heart attack

Untuk pertama kalinya (umm.. kalimat pembuka yang berlebihan) jantung gw berdegup kencang. Lebih kencang daripada saat gw jatuh cinta, abis lari ngelilingi lapangan sekolah gw karena datang terlambat, atau presentasi yang super menegangkan dalam bahasa Belanda di depan Pak Kees (ya ampunnn bibir... miss his lips ). Ini serangan jantung. Heart Attack di malam minggu nan kelabu. Serius, semalam gw benar-benar mengalami yang kata orang-orang Betawi jantung hampir copot.

Kemarin gw diperbantukan, seperti biasa, untuk mentranskrip hasil wawancara untuk rubrik
wawancara. Durasi wawancara yang kalau lagi kalap bisa mencapai lebih dari setengah jam itu, normalnya di bagi tiga hingga empat orang untuk mentranskrip hasil wawancara itu. Namun kemarin, hanya dibagi dua karena kolega-kolega gw lainnya sibuk banget. Jadi hanya gw dan Caca yang mengerjakan transkrip itu. Masing-masing 30 menit.

Nggak tahu kenapa, ada perasaan malas saat ingin mentranskrip itu. Apalagi saat mendengar hasil rekaman yang amat sangat buruk. Suara Mba Danny, sang nara sumber kecil banget. Mungkin karena ngomongin presiden sendiri makanya dia ngomong bisik-bisik kayak begitu. Kualitas rekaman makin buruk karena lokasi wawancara amat berisik. Hwaa.. tobat gw!! backsoundnya orang ngobrol, ketawa dan teriak-teriakan!!

Gw berusaha konsentrasi penuh supaya hasil transkripnya bagus. Hwaa... tapi ndak bisa. Nyerah! Gw merayu bang Ginting untuk berbagi transkrip, tapi dia menolak. Terpaksa gw melanjutkan sendiri. Omongan mba Danny yang tak jelas terdengar gw bolongin atau di kasih komentar "nggak jelas. Mbanya ngomong bisik-bisik." Tapi akhirnya kelar juga. 30 menit yang normalnya kalau ditranskrip bisa mencapai 10 halaman, ini cuma dapet empat halaman. Yah.. berkat suara yang tidak jelas itu.

Hasil transkrip gw kirim ke redaktur yang bersangkutan, ke Mas Adi. Tapi bos besar
mendelegasikan tugas itu ke Mas Tegus. Saat proses pengeditan, kebetulan posisi gw dan caca deket dengan Mas Teguh. Kita ketawa-tawa baca hasil transkrip. "Ini orang antek-anteknya SBY ya?" celetuk Mas Teguh. Ia kemudian menbacakan salah satu omongan Mba Danny yang penuh dengan kata penunjuk "ini" dan "Itu". Sekarang giliran Ginting yang nyeletuk, "Dia ini mirip banget sama Megawati cara ngomongnya!".

Selesai edit, kirim ke bos besar untuk diedit lagi. Umm.. kali ini semuanya diam. Nggak ada yang berani cekakak cekikik. Dan inilah saat jantung gw copot. "Aku suka UU Rahasia Negara? Mana pengantarnya?" tanya si bos yang memang ikut wawancara. JEDER.. kagetlah gw! Itu kan bagian transkrip gw. "Nggak kedengeran Cak," jawab gw yang direaksi dengan gelengan kepala dan wajah sinis. Untung ada Caca yang juga ikut wawancara yang kemudian menjelaskan omongan Mba Danny tentang UU RN.

Aman. Gw kembali berkutat dengan laptop (hayo tebaak.. ngapain? Ya.. fesbuk, multiply, skype, twitter). "Boy, hasil transkrip kamu mana? Kok nggak ada di milis?" tanya bos memecah keheningan. "Aku kirim ke Mas Adi," jawab gw dengan kondisi jantung luar biasa deg-degan. "Kirim ke milis juga dong! kirim sekarang boy?" gw langsung memenuhi permintaan dia. "Udah, Boy?" tanya dia beberapa saat kemudian. "Udah cak, ke milis dan email cak," jawab gw.

Setelah itu, jantung gw masih terus memompa kencang. Anjriitt.... kok bisa begini ya? Apa jantung gw nggak sehat lagi? Dimarahin kayak tadi udah jadi hal biasa untuk gw dan teman-teman gw. Bahkan marah dengan tensi yang lebih tinggi nggak pernah bikin gw deg-degan kayak begitu!! Haduuh... kayaknya gw harus periksa kesehatan gw!! Mungkin benar ada yang tidak beres dengan jantung gw!! Tapi amit-amit (sembari mukul-mukul laptop dan jidat bergantian!) jangan sampai ada masalah dengan jantung gw!! Sehat.. Sehat.. Sehat... Aku Sehat!!!

*foto:http://www.myhip.com/heart_attack_splash.html

Comments