Ke Belanda lagi?


Impian itu kembali...

Menginjakan kaki di negeri kincir angin adalah impian terbesar saya. Dari dulu saya memupuk impian saya itu. Mengusahakan segala cara untuk bisa merasakan tinggal di Belanda barang sehari-dua hari. Ikut kompetisi ini itu yang berhadiah liburan atau sekolah ke Belanda, rajin main ke kedutaan Belanda, sampai mendekati seorang karyawan NESO, sebuah lembaga di bawah pemerintahan Belanda yang memberikan beasiswa kepada mahasiswa asing (Haha..becanda, saya memang berteman dengan dia). Semuanya saya lakukan demi bisa sungkem dengan Ratu Beatrix.

Tapi sayang, belakangan impian itu memudar. Saya semakin sibuk dengan kerjaan (plus dipusingkan dengan masalah di kantor yang tak kunjung berakhir). Lalu, sibuk menekuni hobi baru saya, menyelam di bawah laut. Intinya, saya sudah tidak pernah lagi "teriak-teriak" tentang impian saya menginjakan kaki di Belanda.

Alhamdulillah, Tuhan saya itu, Allah SWT, baik sama saya. Dia yang tahu bahwa hamba-Nya ini sudah mulai lupa dengan impiannya, akhirnya diingatkan kembali. Sebulan terakhir dalam hidup saya, Tuhan menghujani hidup saya dengan ingatan akan impian-impian itu. Hujannya rintik-rintik lho. Bukan seperti hujan besar yang belakangan melanda Indonesia.

Rintik pertama, ketika tetangga saya meminta saya untuk mengajar seorang temannya yang akan ke belanda. Tawaran itu sempat saya acuhkan karena sekali lagi saya sibuk (waks...). Saya tidak memberikan jawaban apakah saya bisa mengajar atau tidak. Sebulan pun berlalu. Pagi hari, di akhir februari, orang yang membutuhkan jasa saya itu akhirnya menelpon saya. Mendengar suaranya yang antusias, saya akhirnya mengiyakan. Mau tak mau, untuk mempersiapkan pertemuan pertama saya dengan murid saya itu, saya pun akhirnya kembali membongkar materi kuliah dulu yang saya simpan rapat di sebuah kardus besar.

Rintik kedua. Kemarin saya akhirnya bertemu dengan orang yang saya ajar itu. Hari pertama belajar, tentu saja diisi dengan perkenalan. Saya senang dia banyak cerita tentang hidupnya. Saya sangat terkesan mendengar celotehannya, terutama rencananya menikah dengan orang Belanda. Dari beberapa penggalan ceritanya itu, ternyata banyak yang berhubungan dengan saya. Kisahnya tentang calon suaminya dan perjalannya ke Belanda, kok rasanya mengena sekali pada saya. Ada momen-momen yang secara kebetulan saya rencanakan. Kebetulan? Eumm.. saya bukan orang yang percaya pada kebetulan. Bagi saya kebetulan itu adalah kedipan genit dari yang di atas.

Rintikan ketiga. Teman saya dari club diving, dua minggu yang lalu tiba-tiba mengabarkan kabar gembira. Dengan senyum kudanya dia memberi tahu saya jika dia diterima di TU Delft, ITB-nya Belanda. Saya senang bukan kepalang, sekaligus merasa dicambuk. Ya Allah, dia saja bisa diterima, masa saya tidak?

Rintikan keempat. Wow..wow..wow..kompetisi berhadiah summer course ke Belanda segera dimulai. Kompetisi Blog 2010. Aih...saya sangat excited untuk kembali berpartisipasi. Eum.. tapi tahun lalu saya sudah menang sebagai juara tiga. Apa boleh ikut lagi untuk kali ini menang menjadi juara pertama. Kata abang saya, saya ikut saja. Kalau ada yang mencibir bilang saja, tahun lalu saya ikut kompetisi ini bukan untuk dapat digital camera, tetapi untuk ke Belanda. Karena belum berhasil ke Belanda, makanya tahun ini saya akan ikut kompetisi berhadiah ke Belanda itu lagi. Bedanya, kali ini saya tidak ngoyo menang (tapi maksa). Saya nothing to loose saja ikut serta dalam kompetisi ini. Untuk bikin ramai dan menambah persaingan bagi mereka yang juga berpatisipasi.

Yah... empat rintikan itu kembali menggelorakan semangat saya untuk kembali ke Belanda. Mudah-mudahan impian itu tahun ini bisa terwujud.

Wahai Tuhanku sayang, kamu sudah mengingatkan aku akan impianku ke Belanda, maka Kamu harus tanggung jawab membantu aku mewujudkan impian aku itu. Tentunya aku tidak begitu saja bergantung pada-Mu. Aku juga akan berusaha.

Tuhanku sayang, berikan jalan yang terang terhadap kedipan yang telah Kau berikan.

Foto: gucang.wordpress.com/2009/06/30/...belanda/

Comments