Derawan Gagal, Bali Pun Gagal


Waks. Setelah gagal nyelam di salah satu diving spot terbaik di Indonesia, sekarang gagal berlibur ke pulau dewata Bali.

Sedih bukan main. Jumat lalu, gw minta ijin ke atasan gw untuk ijin selama lima hari tidak masuk kerja. Gw mahfum dengan keputusan beliau. Kami adalah media baru dengan SDM yang terbatas. Reporter lima dan dua anak magang. Kalau gw nggak masuk, siapa coba yang bakal mem-back up rubrik yang menjadi tanggung jawab gw.

Awalnya gw sudah ngomong terlebih dahulu kepada atasan tertinggi. Dan dia menyerahkan keputusan gw dapat ijin atau tidak ke redaktur gw. Saat minta ijin dengan atasan tertinggi, gw janji kalau diijinin gw bakal memenuhi kewajiban gw selama gw ga ke kantor. Gw di Bali bakal tetap mencari berita, atau seminggu sebelum terbang ke Bali gw mau mengusahakan menyetok berita untuk minggu berikutnya.

Tapi, kata "Boleh" itu tidak keluar dari atasan gw. Ok, saya tidak begitu sedih mendengar keputusan final itu.

Hari Sabtu, manakala gwbertemu dengan teman yang akan sama-sama pergi ke Bali, gwtidak menceritakan keputusan akhir dari atasan gw. Sabtu malamnya, di Yahoo Messenger gw baru mengabarkan kalau gwmundur dari misi ke Bali. Teman gwitu, si Daboe tentunya saja kecewa. Dia menyesalkan pembatalan kepergian gw. Apalagi liburan kali ini bakal menjadi liburan kedua kami setelah dua atau tiga tahun yang lalu kami berlibur bersama ke Jogja dengan budjet pas-pasan.

Nah, kalau Daboe tidak begitu bersedih dengan pembatalan ini, lain halnya dengan Anda. Gw tahu, Anda bakal menjadi orang yang paling sedih dengan berita ini. Karena hari-hari sebelumnya Daboe dan Anda sudah bertemu dan membicarakan secara detail rencana liburan kami di Bali.

Gw akhirnya berani ngabarin ini ke Anda. "Nda, gw ga bisa ikut ke Bali. Gw ga dapet ijin." Emoticon account semuasayangnoe mendadak hilang dari list online friendlist gw. Daash, mendadak mata gw berkaca. Gw ngebayangin Anda marah besar sama gw. Dan GW PALING BENCI KALAU ADA ORANG YANG MARAH SAMA GW.

Ga lama setelah itu, Daboe ngopi messages dari Anda yang bikin gw makin sakit dan nangis. "It's me Dolphania. I cant help it. Im tired being a dreamer. I give up." GIlaaaa... baca itu gw langsung mewek sesegukan. Dosa luar biasa gw udah mengandaskan mimpi orang yang udah gw anggap kayak kakak gw sendiri.

Kopian messanger Anda berikutnya juga bikin gw makin bersalah. Gw lupa detailnya apa, tapi kira-kira begini "telah mati seorang gadis pemimpi." Harusnya gw nelpon Anda atau paling enggak ketemuanlah sama dia untuk menjelaskan duduk persoalan ini. Tapi minggu ini gw udah disibukan dengan simulasi portal gw. Nelpon pun rasanya gw bakal nggak kuat denger si Anda nangis. Eum, mungkin kalo nelpon sekarang kondisinya lebih baik.

Buat Nandah sayang, harap mengerti dengan keadaan gw. Gw nggak mungkin mangkir dari kewajiban gw. Gw juga sesungguhnya belum punya hak untuk ijin di awal masa kerja gw ini. Dan terakhir, sumber daya manusia kantor baru gw ini masih sangat terbatas, jadi kehadiran gw sangat dibutuhkan.

Insyaallah, di lain waktu kita bisa berlibur bersama. Elu, Daboe dan gw. Kita bakal bareng-bareng pergi ke suatu tempat yang lebih wonderful dari Bali. Maybe Eropa?


Comments