Jobless

Sudah lima hari ini saya berstatus jobless alias tidak punya pekerjaan. Harusnya sih saya senang bisa keluar dari tempat kerja saya yang dulu. Bayangkan, hampir dua tahun saya mengabdi di kantor itu tanpa satu hari pun cuti (Eum, sebenarnya saya bisa dengan mudah ijin kepada bos saya tak mempergunakan jatah cuti saya).

Nah, harusnya momen seperti ini kan bisa saya gunakan untuk sejenak bernafas dan menikmati dunia. Tapi toh kenyataannya tidak demikian. Saya justru tidak menikmati masa-masa jobless saya ini. Sungguh, sangat tidak enak bermalas-malasan di rumah sepanjang hari. Saya tidak suka situasi ini.

Memang sih kalau dilihat-lihat hari-hari saya sebagai jobless di pagi hari tidak begitu berubah dengan pagi hari saya seperti saat saya masih bekerja. Normalnya saya bangun jam delapan pagi. Setelah bangun saya biasanya langsung mengintip kulkas, mencari minuman (susu putih atau air puutih dingin). Biasanya setelah minum yang dingin, perut saya langsung kontraksi dan berteriak-teriak minta ke toilet.

Sembari melaksanakan kewajiban pagi hari, saya biasanya bawa Koran Republika. Sekadar lihat headlines dan membaca halaman belakang seksi dua, yaitu rubrik Warna (berita tentang musik dan film). Kewajiban selesai, saya makan pagi sembari mengamati penampilan band-band baru di televisi (bilang aja nonton dahsyat boy). Sebagai pengamat musik amatiran nonton acara seperti itu penting lho, untuk menambah khasanah musik kita (hahaha.. justifikasi).

Pokoknya, pukul sepuluh pagi, biasanya saya sudah beres dan rapi. Siap untuk kerja. Nah sekarang? setelah menyandang status jobless, saya bingung mau ngapain setelah jam 10? Huhuhu.. sedih. Mau pergi bingung pergi kemana? Mau liputan? sudah tidak berstatus wartawan. Ya sudah akhirnya hari pertama jobless saya gunakan untuk chatting dgn teman-teman dari seluruh dunia dan woro-woro kepada mereka kalau saya sekarang sudah tidak bekerja.

Di samping itu saya juga berjam-jam di depan laptop memandangi video klip yang sehari sebelum saya jobless berhasil saya unduh. Lumayan, satu video klip Re-play diputar lebih dari sepuluh kali, sakin saya tidak ada kerjaannya.

Nyuci Dua Kali
Itu hari pertama saya jobless. Nah, hari kedua saya lumayan tidak basi karena ada adik saya yang menemani. Jadi bisa ngobrol sama si wanita organisator. Hari ketiga, saya pikir dari pada tidak ada kerjaan, ya tidak ada salahnya beresin rumah. Kayaknya semenjak kerja saya tidak pernah turun langsung beberes rumah. Hari sabtu itu, saya mencuci baju (tinggal nyemplungin ke mesin cuci), menyapu dan mengepel. Memang dasar jarang kerja, saat mengepel teras dan saking grasak-grusuknya, kaki jemuran pun saya sodok dan jadi bengkok. Untung Ibu nggak sadar saya sudah bengkokin jemurannya.

Nah, yang lucu di hari minggu. Karena sabtu sudah sebagian di cuci, jadi hanya sebagaian yang harus di cuci. Kali ini giliran ibu yang mencuci. Setelah semua cucian dicuci dan diperas, pakaian-pakaian semi basah itu dijemur. Usai urusan cuci mencuci kelar, Ibu dan bapak pergi ke resepsi seorang kerabat.

Saya, abang saya dan adik saya yang saat itu di rumah. Saya dan adik saya sedang asyik main Little Big Planet, sementara abang saya tidur pulas di kamar. Saat sedang seru-serunya main PS3, tiba-tiba hujan mengguyur Jakarta. Tidak tanggung-tanggung besarnya. Saya pun reflek langsung mengangkat jemuran yang tadi ibu jemur.

Aman. Ibu pasti senang saat pulang tahu anaknya sudah mengangkat jemuran. Tapi waktu ibu dan bapak pulang, ia justru marah-marah pada saya dan adik saya. "Tuh, kan apa saya bilang, nih bocah pasti lupa angkat jemuran di belakang rumah," kata ayah saya. Saya dan adik saya pun langsung melongo. Hah? ada jemuran di belakang? Saya pun langsung menuju ke belakang. Ya ampun, pakaian itu basah di guyur hujan. Alhasil saya dan adik harus berjibaku membilas pakaian yang kotor dengan air hujan itu.

hari-hari jobless yang tidak akan pernah saya lupakan.

Comments