Jurnalis Masa Kini

Eddy dan Shanti sibuk nulis laporan sembari nunggu angkot setelah preskon ICW

Coba, dulu senjata utama para wartawan apa? Block note dan pulpen. Lagi wawancara dengan nara sumber biasanya wartawan menuliskan catatan-catatan penting. Setelah dicatat, baru diketik di komputer.

Itu dulu. Sekarang, semuanya dikerjakan di handphone. Yup, lihat nih dua orang temen saya yang lagi nunggu angkot, masih sibuk menulis berita (ini bukan lagi update status twitter ya). Nah, dengan handphone (biasanya qwerty pad ya), wartawan sekarang bisa menulis dimana saja. Di angkot, di jalan, bahkan saat wawancara itu sedang berlangsung bisa langsung diketik dan dikirim ke redaktur di kantor untuk kemudian dinaikan ke portal media (ini untuk online ya). Ga ribet lagi harus melalui beberapa tahap sampai akhirnya tulisan diterima orang kantor.

Tapi kecepatan ini bukan tanpa cacat. kalo menurut gw sih, ketika wawancara kemudian langsung menuliskan hasil wawancara itu sama aja nggak menghormati lawan bicara. Ga ada kontak mata saat wawancara karana matanya terus nunduk mandangani blackberry atau handphone qwerty lainnya. Mungkin ada perasaan ga dihargai dari si nara sumber, karena si pewawancara seolah-olah tidak memberikan perhatian pada penjelasananya (walaupun sebenarnya tetap memperhatikan dan mengkritisi jawaban si nara sumber).

Gw nggak tahu, apakah hal semacam ini juga terjadi dengan jurnalis di luar Indonesia. Sepengetahuan saya, eum.. sebenarnya ini cerita dari kawan saya yang dikirim ke Afrika Selatan, meliput piala dunia, wartawan asing tetap setia dengan block note dan pulpennya. Masih bergaya konvensional, sementara wartawan Indonesia asik mengetik langsung apa yang diomongkan nara sumber.

kata teman saya itu: gila, kita udah langsung ngetik di blackberry, dia masih aja pake note buat nyatet jawaban orang yang kita wawancara!!

Comments