Saya tahu dia. SDD.

Saya tahu dia. Sapardi Djoko Damono. Dia penyair terbaik Indonesia. Karyanya banyak digemari para pencinta sastra.


Saya tahu dia. Sapardi Djoko Damono. Satu-satunya, karya dia yang saya kenal adalah puisi berjudul Aku Ingin


Saya tahu dia. Sapardi Djoko Damono. Tahun ini dia berumur 70 tahun. Ulang tahunnya dirayakan dua kali.


Saya tahu dia. Sapardi Djoko Damono. Kemarin saya menghadiri perayaan ulang tahunnya. Diadakan oleh Universitas Indonesia, almamater saya.


Saya tahu dia. Sapardi Djoko Damono. Semua yang datang kemarin mengaguminya. Mereka datang untuk minta tanda tangan dan berfoto dengannya.


Saya tahu dia. Sapardi Djoko Damono. Harus antri untuk bisa berfoto dengan dia. Bahkan ada seorang ibu yang sudah dua kali berfoto dengannya, tetapi tetap mengantri untuk foto yang ketiga kalinya.


Saya tahu dia. Sapardi Djoko Damono. Saya harus berfoto dan jika bisa mewawancarainya.


Saya tahu dia. Sapardi Djoko Damono. Di luar acara, saya menemuinya. Menemani teman yang ingin berfoto bersamanya. Saya juga minta foto dengannya.


Saya tahu dia. Sapardi Djoko Damono. Berdiri di sampingnya, dia bertanya: kalian dari mana? Saya jawab kami alumni Fakultas dimana dia mengajar ilmu sastra.


Saya tahu dia. Sapardi Djoko Damono. Saya bilang saya wartawan dan ingin wawancara. Dia jawab boleh, tapi tidak saat itu. Dia harus kembali ke acara.


Saya tahu dia. Sapardi Djoko Damono. Saya memperhatikan dia. Sebelum masuk ke ruang acara, dia diminta untuk berfoto. Dia mau, digilir berfoto dengan para penggemarnya.


Saya tahu dia. Sapardi Djoko Damono. Gayanya difoto sama. Telapak tangan kirinya menggenggam telapak tangan kanannya. Diletakan di depan pahanya.


Saya tahu dia. Sapardi Djoko Darmno. Senyumnya pun sama. Ia dengan sabar meladeni permintaan foto yang tak kunjung berhenti.


Saya tahu dia. Sapardi Djoko Damono. Usai acara saya menemuinya. Saya minta waktu untuk wawancara.


Saya tahu dia. Sapardi Djoko Damono. Saya duduk di sebelahnya di atas panggung. Saya jabat tangannya. Perkenalkan diri saya.


Saya tahu dia. Sapardi Djoko Damono. Dia menatap saya. Dengan suara lirih dia mulai bercerita tentang topinya.


Saya tahu dia. Sapardi Djoko Damono. Saya sindir dia. Bapak botak ya? Dia tunjukan rambut putih yang selama ini disembunyikan di balik topinya.


Saya tahu dia. Sapardi Djoko Damono. Ternyata dia tampan dengan rambut putih lurusnya.


Saya tahu dia. Sapardi Djoko Damono. Dia cerita tentang musik. Dia bisa bermain gitar. Cuma kata dia, main gitar menghabiskan waktu, sementara menulis tidak.


Saya tahu dia. Sapardi Djoko Damono. Dia bilang hidupnya menggelinding saja bagai bola. Ia tidak pernah merencanakan hidupnya.


Saya tahu dia. Sapardi Djoko Damono. Usai wawancara. Saya jabat lagi tangannya, dan berterima kasih padanya. Tak lupa saya ucapkan selamat ulang tahun untuknya.


Saya tahu dia. Sapardi Djoko Damono. Saya pamit. Dia tetap meladeni orang yang ingin mengobrol dengannya. Ia antusias menjawab pertanyaan yang diajukan padanya.


Saya tahu dia. Sapardi Djoko Damono. Meskipun sudah renta, dia tak lelah meladeni penggemarnya.


Saya tahu dia. Sapardi Djoko Damono. Dia ramah dan membumi.


Saya tahu dia. Sapardi Djoko Damono. Walaupun sudah diucapkan berkali-kali. Selamat ulang tahun Pak Sapardi. Panjang umur dan tetap berkarya.


Saya tahu dia. Sapardi Djoko Damono. Saya bangga satu hari itu, bisa begitu dekat dengannya.

Comments

  1. Woooww...beruntung banget...jadi agak iri

    ReplyDelete
  2. iiih, kami juga ada di sana looh, kok gak ketemu ya boy? :)[gita]

    ReplyDelete

Post a Comment