Paradise 3: Lari Ke Pulau Babi

Sore hari masih di tanggal 5 November

Setelah makan siang di Pantai Tanjung Tinggi, Kami kembali ke perkemahan. Katanya mau ada upacara pembukaan Kemah Wartawan Indonesia. Duh, sebenarnya saya males banget ikut acara upacara semacam itu. Panas banget, mataharinya lagi semangat-semangatnya bersinar.

bersama Fahmi menerima tanda peserta

Tapi, karena saya ditunjuk menjadi perwakilan wartawan yang menerima tanda peserta, jadi mau nggak mau harus ikut upacara itu. Mending upacaranya ontime, ini telatnya nggak ketulungan gara-gara menunggu Pak Bupati datang.Untung, saya baris bersama teman-teman yang geblek yang hobi mengomentari kakak-kakak pramuka yang bikin acara itu. Nah, Fahmi bisikin saya, minta saya lihat satu kakak pramuka yang gendutnya luar biasa. Saking gendutnya, celananya selalu melorot dan sebentar-sebentar dia memperbaiki posisi celananya. Lumayan, ada hiburan, ada yang bisa dtertawakan.

Oke, upacara selesai. Saya Fahmi,Dimas, Wachyu, Nia dan Tomy merencanakan untuk snorkeling. Saya buru-buru ke kamar ganti baju renang andalan yang super seksi dan melapisinya dengan kaos seragam dari panitia. Tapi menurut saya, tetap lho saya terlihat seksi.
Saya ganti baju berdua dengan Nia di kamar mandi. Saat Nia nyalain keran, eh kerannya patah. Nia panik. Saya yang udah berganti pakaian, ke luar kamar cari bantuan. Eh, pas lagi minta bantuan, anak-anak yang lain udah siap untuk pergi melaut.

Bukannya kembali ke kamar dan membawa bantuan, saya malah sib
uk milih lifejacket. Niat awal mau snorkeling terpaksa dibatalkan karena nggak diijinin sama yang pula alat. Lalu, lalu, ternyata ada kapal speedboot nganggur yang bisa dipakai untuk berenang di tengah laut. Tapi, kapasitasnya cuma untuk lima orang.

Pulau Babi

Jadi maaf-maaf buat Nia dan Tomy, kapasitas boot cuma untuk saya, Dimas, Wachyu, Fahmi dan pengemudi boot. Kami pun berangkat. Saya kira hanya mau dibawa ke tengah laut, ternyata kami dibawa ke Pulau Babi. Hwaaaaa.. Seneng banget. Saya super duper excited mau mengunjungi salah satu gugusan pulau di Kepulauan Belitung.

Pas banget, sampai Pulau Babi, ternyata matahari mau ganti shift sama Bulan. Ay.. Ay.. Ay.. Saya berlima menikmati keindahan sunset di Pulau Babi. Saya cuma bisa bilang: CANTIK!! Dan untungnya, moment itu bisa diabadikan di kameranya Dimas. Kereeeen, kami foto loncat dengan background matahari tenggelam.

heeeyy.. meloncat lebih tinggi

Oya, penasaran nggak sih kenapa namanya Pulau Babi? Menurut mang speedboot, kenapa dinamain Pulau Babi karena di pulau itu banyak Babi. Jadi jaman dahulu kala, pulau itu dihuni oleh orang-orang Thiong Hoa yang suka memelihara babi. Saking banyaknya babi, makanya dinamain Pulau Babi.

Trus, trus ya, ada kejadian lucu nih. Ternyata bukan saya seorang yang terlihat seksi. Dimas jauh lebih seksi dari saya. Hehe, saya kira dia bakal berenang basah-basahan pakai celana bermudanya, ternyata dia tidak bawa celana ganti dan berenang cuma pakai kolor.
Haha, ada yang menonjol. Dia malu banget sama saya. Jadi setiap kali berenang atau foto, dia pasti sibuk nutupin jendolan itu... Hwahahaaaa...

Tuh lihat.. Si Dimas cuma pakai kolor doang

Puas berenang di Pulau babi. Kami kembali ke kemah. Duh, ternyata ada yang ngambek. Hehe, Nia tampaknya bete karena kami tinggal. Dia dan teman-teman lainnya asik main di pinggir pantai saat kami datang. Tapi akhirnya suasana jadi cair ketika kami mulai foto bersama.
Selesai bermain air, saya mandi. Setelah mandi, perut ini siap diisi dengan santapan laut yang super enak. Menu makan malam saya adalah cumi bakar dan ikan (nggak tahu namanya) bakar plus sambel kecap. Maknyuuusss.

di tepi Pantai Tanjung Layang

Entah kenapa setelah makan, tiba-tiba leher saya sakit. Badannya pun jadi nggak enak. Saya coba mengoleskan minyak urut ke leher saya. Karena leher saya sakit untuk digerakan, saya akhirnya memutuskan untuk beristirahat di kamar. Saya tertidur lelap di kamar. Tapi sayup-sayup di luar kamar saya bisa dengar teman-teman yang lain sedang dangdutan.

Tiba-tiba saya dibangunkan oleh salah seorang panitia. Dia meminta saya untuk pindah ke kamar lelaki sementara. Saya yang setengah sadar ikut saja. Sampai di kamar pria, saya langsng tidur pulas. Pukul dua, saya terbangun. Ya ampun, saya jahat banget. Kamar yang seharusnya dipakai istirahat oleh teman-teman pria saya, malah saya tempati dan tidak ada yang berani masuk.

Saya putuskan keluar kamar pria dan kembali ke kamar wanita. Eng ing eng, ternyata kamar perempuan penuh. Saya ke ruang tamu. Kebetulan ada sofa menganggur. Saya akhirnya melanjutkan tidur saya di sofa itu.

Comments