Episode Terakhir

Oke, ini blog terakhir saya yang membahas soal dia. Setelah ini, nggak akan ada lagi tulisan di blog ini tentang dia. Saya sudah coret dia dari hidup saya.

Hari ini kami liputan di tempat yang sama. Dari pagi sampai siang saya nggak menegornya. Bukan karena marah, tapi karena saya memang tidak perlu menegor dia. Pun, akhirnya saya menegor dia, ketika saya benar-benar membutuhkan bantuannya dalam menulis berita.

Setelah semua berita beres, dia mengajak saya bicara. Saya awalnya menghindar. Males. Males. Males untuk mengobrolkan apa yang saya anggap masa lalu itu. Toh akhirnya saya meladeni dia. Kami bingung mau duduk dimana? Di pojokan tempat yang asik buat ngobrol itu ada teman yang sedang menulis berita. Tak mungkin berbicara di depannya. Selain mengganggu, nantinya ia akan tahu apa yang terjadi di antara kami.

Ia memutuskan untuk duduk di sofa yang berada di ruang tunggu. Oh, maaf ya sebelum saya ceritakan inti dari pertemuan kami, saya mohon maaf jika ada yang menyinggung, ada yang FIKSI di tulisan saya kali ini. Ingatan saya pendek, akan lebih pendek untuk mengingat hal-hal buruk yang tak pantas diingat.

Saya katakan kepadanya. Saya males bertemu dia. Lagipula semua yang ingin dia tahu sudah ada di blog. Toh dia sudah baca. Kemudian dia tanya kenapa harus ditulis blog kisah semacam itu? Saya bilang itu hak saya. Ketika sedang mengobrol itu, nada suara saya tinggi (emang saya yang hobi teriak-teriakan). Dia kayaknya malu omongan kami di dengar orang lain. Mukanya tampak panik, akhirnya saya ajak dia ngobrol di depan.

Inti obrolan kami adalah penjelasan dia bahwa saya ini GR dengan semua yang ia katakan ke saya. Secara implisit dia mau bilang kalau apa yang diomongkan ke saya adalah hal yang biasa. Saya menyalahartikan semua omongan dia selama ini.

Nggak terima sebenarnya dikatakan "GR". Saya yang awalnya tenang mulai kesal. Saya katakan ke dia bahwa saya kesal dan bete. Saya nggak mau memperpanjang pertemuan nggak penting itu. Saya bukan orang yang sulit untuk minta maaf. Saya minta maaf ke dia karena saya sudah menyalahartikan omongan dia ke saya.

Fine. Saya sudah minta maaf. Tapi saya katakan ke dia. Kami punya definisi atau batasan yang berbeda tentang perlakukan kepada seorang teman. Saya tegaskan ke dia, saya punya teman cowo yang bahkan sangat dekat sama saya, tapi dia tidak pembual -tukang obral kata- kayak dia.

Sudahlah, ini sudah terjadi dan saya tidak menyesali kebodohan saya karena sudah terpikat pada pria yang tak pantas diperlakukan spesial itu.

Demi menjaga kemaslahatan bersama, di akhir pembicaraan, saya bilang ke dia, setelah ini saya tetap akan menjaga komunikasi dengannya. Saya tidak akan menghindarinya atau menghapus bbm-nya (sebenarnya kalau bisa, saya pengen block dia. Sayang nggak bisa). Mungkin awalnya akan sulit, tapi saya yakin saya bisa.

Kami tetap berteman. Saya dulu menganggapnya teman special saya. Tapi dia kini sama seperti teman-teman lainnya. Teman biasa tanpa perasaan khusu. Just friend.

Oh ya dia protes sama blog saya. Menurut dia apa yang fiksi di situ. Tapi saya bilang ke dia, tulisan saya sudah berdasarkan apa yang saya lihat dan alami. Serius, saya sudah males banget ngebahas masalah ini.

Temans, saya harap kalian berhati-hati dengan pria semacam ini. Kata-katanya berbisa, sedikit lengah, kalian bisa mati terpana.. LOL

Haha.. Saya jadi mikir ya... Ingat seorang teman yang pernah digombalin juga oleh dia. Dia jelas lebih hebat dari saya, karena dia pakai armor, seragam baja yang membuat dia bisa menangkal semua gombalannya. Saya salut dengan dia.

Pinjam omongan wanita itu. Next time, Iboy also can't be fooled!!!!!!

Dan seperti janji saya ke seorang teman. Ini adalah kali terakhir saya ngomongin dia.

F (a.k.a UKP4 Iboy): Boy, ini terakhir kali ya lo ngomongin dia.
I: Iya.. Janji ini yang terakhir kali.

Ekh, sorry ya masnya, kalau anda kira saya bakal down gara-gara hasil pembicaraan kita? Big No No. Tadi buktinya, saya masih bisa ketawa-tawa sama teman-teman. Masih bisa melangkah dengan kepala tegak. Dan kayaknya malah situ deh yang jadi nggak enak sama saya?? Ngaku lo!!!!

Tapi maaf-maaf ya, kalau menurut kalian (atau si masnya) tulisan ini kayaknya penuh dengan emosi. Serius lho, saya nulisnya dengan wajah datar sembari dengeri Justin Timberlake dan menunggu busway kosong).

Sip!!! Like I've said to him last week: Case Closed!!!

Let's move on..

-Halte Busway Kuningan Madya 19:45-


PS:

1. kalau situ baca tulisan saya dan menurut situ ada yang nggak pas, tulis di kolom komentar aja yaaa... Gampang kan?
2. kok setelah dibaca lagi, tulisan saya ini banyak menyudutkan dia ya? Sorry, saya nggak bermaksud demikian. Well, sebenarnya dia baik, tak buruk-buruk amat. Dia teman yang baik tapi bukan untuk saya... Hei, kau no hard feeling ya..

Comments

  1. Did I miss sumthin here?? baru 2 minggu gak ke KPK udah ketinggalan jauh kayaknya gw. Siapa dia boy?? Katakan padaku! Bukan gw kan..?? hehehehe..

    ReplyDelete
  2. aku pernah di posisi yg sama. rasanya pengen bom rumahnya. hahahah.
    Ga ada itu yg namanya GR. yg ada adalah perbedaan batas pertemanan. yap

    ReplyDelete

Post a Comment