Sweet Distraction

Tak semestinya saya membiarkan perasaan itu tumbuh dan berkembang di hati.

Dia masuk dalam hidup saya sekitar bulan November. Saya mulai menyadari keberadaan pria berjari lentik ini. Sebelumnya, saya sudah mengenal ia. Tapi, sosoknya ketika itu sama sekali tak menarik perhatian saya. Pria biasa, tak ada prestasi ataupun kelebihan lainnya yang membuat saya meliriknya.

Dan permainan jodoh-menjodohkan membuat saya menyadari keberadaannya. Seorang teman, entah ia serius atau bercanda menjodohkan kami. Saya katakan pada pria itu, "hey, kita dijodohkan lho!" Melalui blackberry messanger (bbm) ia membalas, " lu mau sama gw. Kita jadian yuk." Saya tak lagi ingat secara persis kata-katanya. Sejak saat itu kami intens berhubungan melalui bbm.

Jika tak salah, dua minggu kemudian dia menyatakan perasaannya ke saya. "Gue suka sama elo". Saya menanggapi pernyataannya itu dengan bercanda. Dan saya pun yakin, dia cuma berniat menggoda.

Saya lantas bercerita pada teman yang menjodohkan kami. Menurutnya, pria itu serius dengan saya. Tapi saya tetap tidak percaya dan tidak bisa menerima kenyataan bahwa dalam dua minggu, seorang pria bisa suka pada seorang wanita.

Penasaran, saya mencari tahu tentang dia. Saya cari account facebooknya. Ternyata kami belum berteman, saya add dia dan saya "mengubek-ubek" facebooknya. Di situ saya mendapati jika ia bukan pria lajang. Status di facebooknya menunjukan jika ia sudah punya pacar. Saya cari tahu siapa perempuan itu. Tak jelas. Dari pertanyaan teman-temannya tentang siapa pacar barunya, ia memberikan jawaban yang menggantung.

Meski tak jelas siapa pacarnya, saya tetap menjalin komunikasi dengannya. Makin lama, makin intens, terutama melalui bbm. Sementara di dunia nyata, saya tetap berteman dengannya. Berpura-pura tidak ada apa-apa di antara kami.

Malam tahun baru, saya habiskan dengan kawan-kawan kuliah saya. Ia dengan pacarnya. Ia memberi tahu siapa pacarnya. Sebut saja Mawar. Segera setelah saya mengetahui nama pacarnya, saya kembali melakukan inverstigasi. Lagi-lagi, saya obrak-abrik facebooknya untuk mengetahui siapa perempuan pujaan hatinya.

Yang aneh, secara fisik kami terpisah, tapi kami terus berkomunikasi melalui bbm. Iseng, saya sarankan dia untuk menghabiskan mam pergantian tahun dengan pacarnya dan berhenti bbm-an dengan saya.

"Dia juga lagi bbm-an sama temannya," jawabnya.

Suatu hari di bulan Januari, ketika kami sudah membagi segala macam cerita, ia meralat apa yang sudah ia katakan tentang pacarnya. Mawar, katanya hanya teman dekatnya. Well, meski kau bilang dia benar pacarmu, saya juga tak peduli. Tapi ketika mengetahui itu, perasaan senang membuncah di hati saya. Apalagi, kami semakin dekat dan sudah banyak rencana-rencana pertemuan berdua yang hingga kini belum terlaksana.

"Gw suka elo," pernyataan itu kembali ia ungkapkan. Saya lagi-lagi tak mampu menberikan komentar atas pernyataannya tersebut. Berselang satu hari, saya mengungkapkan kalau saya juga menyukainya. Kemudian ia menanyakan kenapa saya menyukainya? Saya kehabisan kata-kata. Entah mengapa perasaan suka itu tumbuh subur di hati saya. Saya malah balik bertanya, apa yang membuat ia menyukai saya. Dia jawab, ia suka dengan senyuman saya dan sifat keterbukaan saya.

Ia dan saya punya dua sifat yang berbeda. Ia cenderung tertutup dan tak banyak bicara, sementara saya periang, pecicilan, dan lumayan terbuka.

"Semoga bisa saling melengkapi ya," kira-kira begitu katanya mengetahui perbedaan sifat kami.

Setelah peristiwa pernyataan perasaan saya padanya, di dunia nyata dia sedikit-sedikit mulai berani menunjukan perasaannya. Ia berani menyentuh saya, curi-curi memeluk. Saya menikmati setiap kontak fisik kami. Tiap kali itu terjadi, jantung saya berdebar kencang, malah terkadang sesak napas. Mungkinkah saya telah jatuh cinta? Kalau dia, entah apa yang ia rasa. Mungkinkah ia juga merasakan hal yang sama.

Saya tak malu bilang padanya mengenai perasaan saya ketika ia menyentuh saya.

"Bokis ah," komentarnya.

Semuanya berjalan baik atau lebih tepatnya berjalan di tempat. Setelah saya menyatakan perasaan saya, lantas kami berdua ini apa? Apakah teman tapi mesra atau apa? Saya penasaran, dia tak pernah memberi kejelasan. Saya berkali-kali menyindirnya. Namun sepertinya dia tidak menangkap sindiran saya itu.

Saya terpaksa minta bantuan seorang teman untuk menjembatani kejelasan hubungan kami. Saya ceritakan semuanya dari awal. Ia bilang, saya harus minta kejelasan darinya. Ia berjanji bantu menjelaskan bahwa cinta itu butuh ketegasan dan kejelasan.

Mereka berdua sudah berbicara. Teman saya itu berkesimpulan bahwa pria itu ragu dengan perasaannya ke saya. Terlebih setelah muncul pengakuan dari si pria bahwa si mawar adalah benar pacarnya. Menurut teman saya, ketika dia bersama pacarnya, muncul saya. Ia mungkin benar suka pada saya, tapi ada wanita lain yang ia suka. Saya cuma jadi selingan.

Jujur, saya hancur mendengar semua itu. Hati saya sakit. Saya ingin menangis sejadi-jadinya. Seharusnya dari awal saya tak membiarkan ia masuk dan mengisi kekosongan di hati saya. Membiarkan perasaan itu tumbuh dan berkembang di hati. Jika dari awal saya sudah tegas, mungkin saya tak akan sesakit ini.

Semalam, kami masih bbm-an. Saya menanyakan status bbm-nya? Apakah sedang galau? Kami kemudian berbicara hingga lewat tengah malam sembari menonton film across the universe. Selagi ngobrol, saya beritahu ada satu scene dan lagu favorit saya di film itu. Ketika lagu If I Fell dinyanyikan, secara real time saya berikan lirik lagu tersebut padanya.

Saya bukannya tidak dengan sengaja menuliskan lirik lagu itu untuknya. Saya mau menyindirnya. Lagu itu untukmu, saya jatuh cinta padamu, tapi dengn segala persyaratannya.

Akan tetapi, tampaknya dia tidak menangkap maksud lagu itu. Ia malah menghubungkan dengan mantan saya. Ia bilang: elo pasti sayang banget ya sama mantan elo. Saya jawab: ya, saya masih menyayangi dia.

Dan malam itu saya kembali sedikit merendahkan diri saya. Ketika ia tanya apa kriteria untuk jadi pacar saya, saya jawab normatif. Ia kemudian berkata: si P*** bisa jadi pacar elo dong?

"Siapapun berpeluang. Si A si B dan bahkan elo. Peluang elo lebih gede, karena gw suka elo," kata gw. Dia malah jawab,

"Kok belom tidur boy," okaayyyy, dialihkan langsung ketika saya mau meminta kejelasan hubungan kami.

Jujur, saya marah besar padanya. Saya kesal. Hari ini saya bertemu dia, saya bersikap acuh sekali padanya. Tak menegornya bahwa cenderung jutek. Saya merasa bersalah. Sifat kekanak-kanakan saya kembali keluar. Tak sepantasnya saya memperlakukan ia seperti itu.

Saya nggak tahu apa perasaan dia jika saya mengumbar kata-kata manis pada pria lain. Tapi yang saya tahu, saya cemburu ketika teman-teman mulai mengungkit wanita-wanita incarannya. Kalau sudah begitu, saya lebih memilih menutup telinga saya dan mengeraskan volume musik. Saya tak bisa lagi, seperti dulu, ikut-ikutan menggodanya.

Tapi, saya harus berbicara langsung dengannya. Bukan untuk meminta kejelasan hubungan, tetapi untuk meminta penjelasan mengenai perbuatannya selama ini ke saya. Apa yang sebenarnya terjadi di sini. Setelah saya mengetahui apa yang sesunnguhnya terjadi, entah itu baik atau buruk, saya akan menerimanya dengan lapang dada.

Dia mengajarkan saya untuk mengungkapkan perasaan. Mengajarkan saya untuk membiarkan pikiran saya liar jika sedang berpuisi. Sayang, kegiatan berpuisi yang dulu sering kami lakukan, tak lagi bisa kami lakukan.

Malam ini, saya lihat facebooknya. Ia memposting video youtube yang diambil dari film across the universe, scene lagu "If I Fell". Di bawahnya ia tuliskan sepenggal liriknya:

"so i hope you see that i, would love to love you, and that he will cry when he learns we are two," If I Fell - The Beatles.

Entah video itu ditujukan untuk siapa, tapi saya ingin mengomentarinya:

"cause I couldn't stand the pain and I would be sad if our new love was in vain,"

*saya tahu dia bakal baca ini. Saya minta maaf jika ada bagian yang terlupa atau tak sesuai. Ini benar-benar berdasarkan apa yang saya rasakan dan alami*


Comments

  1. Iboy, kamu jujur banget sama perasaan. But, that's good!

    kata orang tua jaman dulu, jodoh tak lari kemana, hihi... :D

    ReplyDelete

Post a Comment