This user has blocked you from following them



Deeemmm... seriusan deh. Saya mau ketawa guling-guling di lantai. Redaktur saya ngambek, marah dan berujung pada pemblokiran twitter saya.

Tadi, saat saya buka twitter, saya buka profile redaktur saya ini. Setelah dibuka, saya menyadari ada ikon follow di bawah namanya. Lho? perasaan saya belum unfollow dia [walaupun sebelumnya janji mau unfollow]. Aneh. Tanpa pikir panjang, saya klik ikon follow. Dan eng ing eng, ternyata saudara sebangsa dan setanah air, di bagian atas layar muncul tulisan:

This user has blocked you from following them.

Hiyaaahh.. ternyata dia benar-benar marah. Mari merunut awal mula marahan kami.

Jumat lalu, saya tersinggung dengan perkataannya. Saya marah. Nggak mau chat sama dia dan membuat status di twitter yang nyindir dia. Saya ancam dia, akan menghapus account yahoo-nya dari messenger list saya. Kemudian saya katakan juga ke dia kalau saya mau block dan delete twitternya dia.
ilustrasi: teen's area.blogspot.com

Sejak Jumat, saya mengganti status saya menjadi appear to be offline. Saya belum menghapus yahoo-nya begitu pula twitter-nya.

Sabtu malam, saya ganti status saya menjadi online. Dia lantas bertanya mengapa saya belum menghapus yahoo-nya. Saya katakan secepatnya saya akan hapus sekaligus twitter-nya.

Tengah malam, saya menuliskan status ini di twitter:

Q: Are you sure want to delete the selected contact from ur messenger list?
A: definitely yes

Kemudian teman saya Shanti menanyakan siapa yang akan saya delete. Saya jawab, editor saya yang nyebelin. Eh, si mas redaktur baca dan dia jawab cihuy. Saya kembali jawab dengan huruf besar: STALKER [penguntit].

Nah, kayaknya sih dia marah disebut stalker. Padahal apa yang salah dengan stalker. Toh setiap orang pasti pernah menjadi stalker. Menguntit orang.

I am a stalker. Semua gebetan saya pasti saya kuntit melalui sosial media. Saking rajinnya mengungtit saya malah pernah hapal semua foto yang ada di facebook gebetan saya. Saya bahkan tahu, siapa nama-nama temannya maupun perempuan-perempuan yang suka komen di wall-nya dia.

Kayaknya nggak lucu gara-gara hal semacam ini, saya kemudian tidak berteman lagi dengan dia. He's not only my editor, He is a very good friend of mine. Saya senang berteman dengan dia. Dia editor kedua yang cocok dengan saya, setelah Alfred.

Saya suka dengan cara dia mengedit tulisan saya. Setiap kali dia mengedit tulisan saya, dia selalu memberikan hasil editannya dan menyuruh saya membacanya sebelum akhirnya dinaikan ke www.beritasatu.com. Dengan cara mengedit semacam ini, saya sebagai reporter merasa dihargai.

Sayang, kerja sama kami akan berakhir mulai Senin ini. Saya mendapatkan editor baru, dan dia mendapatkan reporter baru [eh, nggak baru juga sih].

Dan mulai malam ini, kayaknya kami sudah tidak berteman lagi. Huhuhu.. sedih!Padahal saya masih mau berteman dengannya.

Oalah, awalnya ketawa-ketiwi, akhirnya sedih meringis!!!

Hup hup semangat! Jangan sedih hanya karena hal semacam ini Iboy!! Semangaaaattttt!!



PS: Kepada mas redaktur, semangat juga yaaa... semoga nanti kalau situ sudah tidak pundung, kita bisa berteman lagi kayak dulu! Marahan lebih dari tiga hari itu dosa lho mas ;)



Comments

  1. ealah boyke....kenapa bisa pundung begitu...hehehe...sabar yaak...

    ReplyDelete
  2. minta maap dong boy.. mundur selangkah untuk maju 2 langkah ga salah kok.
    kl emang mo temenan lagi, knp ga dirimyu yg mulai

    *nasehat mama kepada anak gadisnya* hahha

    ReplyDelete
  3. @mama ditie: iya sih slama ini gw belum minta maaf ke dia.. terima kasih sarannya mamah ditie

    @anin: iya labil tuh orang :p

    ReplyDelete

Post a Comment