Berapi-Api Mengejar Mimpi


poster Sang Pemimpi [dok: google]

Ikal kecil tidak lagi bersedih karena ditinggal kawan baiknya, Lintang. Ikal menemukan sahabat baru yang tak lain adalah anak dari saudara jauh ayahnya. Arai nama bocah yatim piatu itu. Tak memiliki orang tua lagi, tak berarti Arai sosok anak yang rapuh. Justru, Arai yang sejak saat itu menjadi bagian dari keluarga Ikal yang menjadi pemompa semangat Ikal untuk meraih semua impiannya. Arai, Sang Pemimpi.


Semenjak itu, Ikal dan Arai bersahabat. Banyak tindakan Arai yang membuat Ikal terpana. Misalnya, ketika Arai menggunakan uang tabungan miliknya dan Ikal untuk membantu tetangganya, Maryamah. Arai memodali tetangganya itu dengan bahan-bahan yang bisa digunakan sebagai usaha membuat kue. Ikal tak habis pikir, Arai punya ide kreatif dan daya imajinasi yang tinggi.


Keduanya kemudian dipertemukan dengan Jimbron. Bocah tambun yang memiliki nasib sama seperti Arai, ditinggal mati orang tuanya. Ikal, Arai dan Jimbron bersahabat baik. Mereka melanjutkan sekolah menengah atas di Manggar, meninggalkan keluarga dan Gantong.


Di Manggar, ketiganya mengalami masa-masa paling tak terlupakan seumur hidup mereka. Ikal, Arai dan Jimbron menjadi pentolan di sekolahnya. Suka menjahili kepala sekolah sekaligus guru paling galak di sekolahnya, Pak Bustar. Saking bandelnya, Pak Bustar sampai menamai ketiganya sebagai berandal.


Meski sering bersitegang dengan kepala sekolah, namun ketiganya adalah siswa terbaik di SMA Manggar. Prestasi baik Ikal, Arai dan Jimbron itu dipicu oleh omongan seorang guru muda yang selalu berapi-api ketika mengajar. Namanya Pak Balia. Pak Balia semangar memupuk impian dan cita-cita muridnya. Pak Balia pula lah yang menginspirasi ketiganya untuk menempuh pendidikan setinggi mungkin.


Ikal, Arai dan Jimbron ingin kuliah hingga Sorbonne, Prancis seperti yang direkomendasikan Pak Balia. “Telusuri Afrika, jelajahi Eropa, lalu berujung di altar ilmy, Sorbonne, Paris.” Kalimat Pak Balia itu memotivasi ketiganya. Mereka belajar ekstra keras sekaligus bekerja untuk bekal biaya pendidikan selanjutnya.


Dalam usaha mewujudkan mimpi mereka itu, Ikal tiba-tiba patah arang. Dia menganggap mimpi ke Sorbonne melanjutkan kuliah adalah hal yang tidak mungkin. Ikal memutar setir, berusaha mewujudkan impiannya ke Sorbonne melalui jalan lain. Menjadi Anak Buah Kapal (ABK). Ikal beberapa saat meninggalkan bangku sekolah dan kedua sahabatnya.


Untung, rencana gila Ikal itu buru-buru dipatahkan oleh Pak Bustar. Kepala sekolah yang galak itu mengingatkan Ikal jika dia adalah kebanggaan ayahnya. Ikal segera tersadar. Apalagi saat pembagian rapor, ia menyaksikan raut kekecewaan di wajah Ayahnya. Ikal pun berjanji tidak akan pernah mengecewakan ayahnya lagi. Mulai saat itu, ia kembali giat belajar dan bekerja untuk membuat Ayahnya bangga. Sekaligus mewujudkan impiannya sekolah di Sorbonne.


Masa remaja Ikal, Arai dan Jimbron juga dibumbui oleh bunga-bunga cinta. Arai dan Jimbron mengalami indahnya jatuh cinta. Arai tergila-gila pada gadis Melayu cantik bernama Zakiah Nurmala. Untuk merebut hati Zakiah, Arai hingga harus berguru pada seorang biduan Melayu bernama Bang Zaitun. Arai diajari jurus memikat wanita paling ampuh. Bernyanyi sembari bermain gitar. Arai pun mati-matian belajar gitar dari Bang Zaitun untuk bisa merebut hati Zakiah Nurmala.


Sementara Jimbron jatuh hati pada Laksmi. Seorang gadis yang bekerja sebagai kuli angkut yang ditinggal mati orang tuanya dalam sebuah kecelakaan perahu. Sejak kematian orang tuanya, Laksmi tidak pernah tersenyum. Keinginan Jimbron hanya satu, ingin membuat Laksmi tersenyum dan membawakan sebuah kuda yang bisa meringankan pekerjaan Laksmi.

Sang Pemimpi adalah sekuel kedua dari film tersukses di Indonesia, Laskar Pelangi. Masih disutradai oleh Riri Reza, film yang diangkat dari novel tetralogi karya Andrea Hirata itu mengisahkan masa remaja Ikal dalam mewujudkan mimpi.


Film ini dituturkan dari sudut pandang Ikal. Di film berlatar tahun 1992 itu, Ikal sudah lulus kuliah dan bekerja sebagai pegawai kantor pos. Ikal kesal dengan Arai dan impian-impiannya yang hanya menjerumuskannya ke pekerjaan yang paling tidak diinginkannya. Dari sinilah, Ikal mulai bernarasi mengenai Arai, Jimbron dan masa remaja.


Meskipun bercerita dengan gaya flashback, Riri Reza dengan baik memberikan umpan untuk memundurkan atau memajukan cerita. Misalnya ketika Ikal mengingat kekecewaan yang pernah dialami oleh ayahnya lantaran gagal naik pangkat. Riri Reza men-zoom in mata Ikal remaja untuk flashback ke kejadian itu.


Sang Pemimpi lumayan banyak disisipi adegan komikal yang mengundang tawa. Contohnya pada adegan Arai mengucapkan kata “amin” saat shalat berjamaah. Atau saat Arai, Ikal dan Jimbon berimajinasi menjadi pemeran dalam serial televisi yang ditontonya di balai desa. Arai menjadi koboi, Ikal menjadi orang suku Indian, sementara Jimbon menjadi kuda.


Dialognya pun segar dan terasa cerdas. Misalnya saat Pak Balia meminta muridnya mengucapkan pekik pembangkit semangat. Maka, Ikal yang sangat tergila-gila pada sosok Rhoma Irama itu mengutip salah satu lirik lagu Rhoma Irama yang berjudul Darah Muda “ Masa muda masa yang berapi-api.”


Riri Reza pintar menciptakan adegan-adegan yang menyentuh. Ketika Ikal dinasehati oleh Pak Bustar tentang betapa kecewanya sang Ayah jika tahu Ikal mangkal dari sekolah. Juga saat Ikal mencegat Ayahnya sehabis pengambilan rapot dan membonceng ayahnya kembali ke Gantong. Dua adegan itu cukup membuat mata berkaca-kaca.


Sang Pemimpi, sama seperti Laskar Pelangi, menampilkan pemain lokal dari Belitong. Tiga tokoh utama, Ikal (Vikri Spetiawan), Arai (Ahmad Syaifullah) dan Jimbron (Azwir Fitrianto) remaja adalah warga asli dari Belitong. Sementara untuk peran Ikal dewasa dimainkan oleh Lukman Sardi dan Arai dewasa oleh Nazril Ilham (Ariel Peterpan). Aktor pendukung lain yang ikut menyemarakan film ini adalah Mathias Muchus yang berperan sebagai ayah Ikal, Rieke Diah Pitaloka sebagai ibu Ikal. Dua orang musisi, Jay Widjajanto dan Nugie masing-masing berperan sebagai Bang Zaitun dan Pak Baila.


Satu yang kurang dalam film ini. Emosi penonton tidak dijaga dengan baik. Di tengah-tengah film, rasa bosan mulai menyerang. Itu terjadi pada adegan panjang, ketika Ikal memutuskan untuk tidak bersekolah. Dan ada dialog dimana Jay Widjajanto yang memerankan Bang Zaitun keceplosan sebuah kata dari masa sekarang. Yaitu kata “cucok” yang berarti cocok.


Selebihnya film Sang Pemimpi patut mendapat sambutan baik. Film ini sarat dengan pesan moral dan mudah-mudahan bisa memotivasi mereka yang menonton untuk tidak pernah menyerah mengejar impian mereka. Seperti yang dilakukan oleh Ikal dan Arai. –rizkyamelia-

Comments