Star Trek - Live Long And Prosper

Saga Star Trek kesebelas film ini jelas dimaksudkan untuk memperkenalkan karakter Star Trek kepada generasi baru

poster film Star Trek [dok: google]


Bukan perkara mudah untuk membuat prekuel dan sekuel film besar yang sudah memunyai penggemar fanatik. Para sineas dituntut bekerja lebih keras untuk menghasilkan film yang lebih baik dibandingkan film sebelumnya. Film seperti X-Men: Wolverine Origin dan The Dark Night adalah film yang berhasil memenuhi hasrat para penggemar. Sementara prekuel kisah kepahlawanan manusia super, Superman Begin hanya menjadi celaan para penikmat film akibat kualitasnya yang jauh dibandingkan dengan film terdahulunya.


Siasat yang dipakai untuk meningkatkan kualitas film sekuel umumnya dengan menggunakan pemeran yang sama bahkan menggandeng aktor kawakan. Di luar faktor aktor, tentunya kualitas naskah (jalan cerita) yang runut dan tidak melenceng dari kisah sebelumnya juga menjadi hal penting. JJ. Abram, sutradara saga terbaru Star Trek tampaknya punya pemikiran lain. Sutradara untuk tayangan serial televisi Lost dan Cloverfield ini menempuh jalan yang berbeda dengan sutradara film berseri lainnya.


Abram gemar sesumbar di media mengenai film terbarunya. Ia memberi bocoran pemeran yang ia percaya untuk membintangi Star Trek adalah para aktor muda yang minim pengalaman. Pula, secuil penggalan cerita yang akan berkisah tentang masa muda dua tokoh utama Star Trek. Sedikit bocoran itu nyatanya sempat membuat para Trekkie khawatir dengan kualitas film besutan Abram. Para kritikus film pun tidak sedikit yang meragukan film yang berkisah tentang diplomasi luar angkasa. Namun, dengan tindakannya itu, Star Trek justru menjadi topik yang paling sering diperbincangkan sepanjang tahun 2009.


Semua kekhawatiran itu terjawab saat Star Trek tayang di bioskop. Film berdurasi 126 menit ini begitu memikat. Perang bintang. Narrada, kapal milik planet Romulus menyerang U.S.S Kelvin milik Federasi. Narrada menang, Enterprise hancur lebur. Pantas jika Narrada menang. Kapal di bawah kepemimpinan Nero ini datang dari masa sekarang. Menjelajah waktu ke masa lalu untuk mengubah masa depan. Nero ingin balas dendam pada Spock, Kapten kapal Federasi yang telah meluluh lantahkan planetnya. Nero membalas semua dosa Spock di masa depan dengan balik menghancurkan planet yang masuk dalam gugusan federasi, di mulai dari bumi.


Duel Spock Kirk


Usai peristiwa hancur leburnya kapal Federasi, ksiah Star Trek berfokus pada Spock dan Kirk. Di mulai dari masa kecil keduanya hingga perseteruan di antara dua bintang utama Star Trek ini. Spock kecil, terasing dari pergaulannya lantaran darah campuran yang mengalir dalam dirinya. Ibunya manusia sementara Ayahnya kaum Vulcan. Hal ini membentuk Spock menjadi pribadi yang dingin dan introvet Namun di sisi lain, Spock mampu menunjukan prestasi yang baik.


James Tiberius Kirk, adalah putra George Kirk, kapten U.S.S Kelvin yang mengorbankan diri demi menyelamatkan Federasi. Kirk tumbuh liar. Hobi kebut-kebutan di jalan. Sewaktu ia kecil, Kirk berani mengendarai mobil dan adu balap dengan petugas lalu lintas. Beranjak dewasa Kirk berubah menjadi pemuda tampan, hobi balapan, biang perkelahian dan juga pandai.


Dalam suatu perkelahian, Kirk bertemu dengan Christoper Pike. Ia adalah kapten U.S.S Enterprise. Pike mengungkapkan kekagumannya pada tindakan heroik ayah Kirk. Pike membujuk agar Kirk mau bergabung dalam Starfleet Academy dan menjadi kapten seperti Ayahnya. Di Starfleet Academy inilah Kirk berjumpa dengan Spock. Keduanya bagai air dan api yang tidak mungkin bisa bersatu. Satu sama lain saling berkompetisi menjadi untuk menjadi perwira terbaik Starfleet Academy.


Kirk, dalam ujian simulasi berhasil mengalahkan simulator. Namun oleh Spock, si perancang program simulasi justru dituduh telah berlaku curang. Akibatnya, Kirk tidak diikutsertakan dalam misi investigasi masalah yang terjadi di planet Vulcan. Berkat kelihaian Dr. Leonard McCoy, Kirk berhasil menyusup dalam kapal. Kirk dan Spock kembali bersitegang. Kirk mengenali siasat yang dipakai Romulus, persis ketika Nero menyerang U.S.S. Kelvin.


Puncak dari perselisihan antara si congkak Kirk dengan si angkuh Spock terjadi ketika keduanya memperebutkan kursi kapten kapal U.S.S Enterrprise. Kirk dapat dengan mudah merebut kursi kapten dari Spock (setelah Pike disandra oleh Nero, kursi kapten diserahkan ke Spock). Ia membuat Spock menunjukan emosi yang seharusnya tidak dimiliki oleh kaum Vulcan. Spock tak mampu mengendalikan emosi saat Kirk menyinggung tentang rasa sayang Spock terhadap ibunya yang manusia.


Singkat cerita, Kirk dan Spock yang tak pernah satu kata, akhirnya bisa bersatu melawan Nero.

Keduanya bahu-membahu menghentikan niat jahat Nero untuk menghancurkan federasi. Krik menahkodai kapal U.S.S Enterprise sementara Spock menjadi perwira pertama di bawah kapten.


Film Orang Tua


Star Trek kali ini merupakan kombinasi antara aksi, fiksi ilmiah dan juga humor. Pula terdapat pergumulan filosofi yin-yang, antara logika dan emosi dalam setiap karakter.


Film ini tak semata-mata ditujukan untuk mengobati rasa rindu Trekkie. Dengan cerita semacam ini, saga kesebelas film ini jelas dimaksudkan untuk memperkenalkan karakter Star Trek kepada generasi baru. Menggaet penggemar baru, para generasi muda, sehingga cap film ‘bapak-bapak’ tidak lagi melekat pada film yang seri pertamanya dibuat tahun 1979.


Berjiwa muda. Itu ungkapan yang tepat untuk mendeskripsikan Star Trek. Penuh dengan darah, pertarungan brutal, seks, cinta cemburu dan amarah. Film ini jelas terasa lebih segar dibandingkan kesepuluh saga sebelumnya maupun serial televisi yang mencapai 726 episode.


Bintang-bintang muda nan segar dipasang dalam rangka membangkitkan semangat jiwa muda itu. Bintang baru Chris Pine, dengan tampang badung nan seksi, rambut acak-acakan, dan berbibir tebal ini dipercaya untuk memerankan James T Kirk. Sebelum membintangi salah satu ikon Star Trek, Pine beberapa kali tampil dalam film bergenre komedi romantis seperti The Princes Diary dan Just My Luck. Dalam Star Trek, Pine tampil sangat baik menghidupkan karakter Kirk yang sukar dikendalikan itu.


Zachary Quinto, lebih dikenal sebagai Sylar melalui serial televisi fenomenal Heroes. Quinto memerankan Spock, separuh manusia separuhVulcan. Quinto cenderung lebih halus dibadingkan Leonard Nimoy pemeran Spock terdahulu. Meskipun demikian, Spock oleh Quinto justu jauh lebih vulkanik. Emosi Spock di masa muda belum stabil. Terlihat dari romansa yang terjalin antara Spock dengan Uhara, seorang kru kapal seksi.


Eric Bana, hampir tak dikenali dengan perannya sebagai Nero. Sayang, Bana tidak diberi kesempatan untuk mengeksplorasi bakat aktingnya lebih jauh. Jatah adegan yang secukupnya kurang mampu menunjukan betapa jahat dan bringasnya Nero.


Simon Pegg sebagai Scotty dan Anton Yelchin sebagai Pavel Chekov, dua kru kapal yang menawan hati. Setiap kali mereka membuka mulut, terutama mendengar logat Inggris-Rusia milik Chekov akan menyebabkan gelombang histeria.


Memasukan Leonard Nimoy dalam saga terbaru Star Trek merupakan ide cemerlang. Nimoy hadir pada beberapa adegan memerankan Spock tua. Dikisahkan Spock tua tertangkap oleh Nero dan di buang ke masa lalu ke Planet Delta Vega. Di sana Spock tua berjumpa dengan Kirk yang diasingkan oleh Spock muda. Berkat pencitraan masa depan yang diberikan oleh Spock tua, Kirk termotivasi untuk memegang kendali kapal U.S.S Enterprise. Dan di akhir cerita, Abram mempertemukanSpock tua dengan Spock muda.


Film tua dan saga yang melelahkan itu telah disuntikan energi dan kegelisahan masa muda. Semua ini berkat arahan Abram dan skenario yang ditulis oleh Roberto Orci dan Alex Kurtzman. Sayang, dibandingkan dengan saga sebelumnya, memang film ini lemah dalam hal dialog. Ejekan yang kerap dilontarkan Kirk kepada Spock tidak seprovokatif seperti salah satu episode televisi Star Trek tahun 1967. Kirk mengatakan pada Spock: “Apa yang kamu harapkan dari orang aneh bertelinga iblis yang ayahnya sebuah komputer dan ibunya sebuah ensiklopedia?” Sementara saat Kirk memancing amarah Spock. Kirk hanya mengatakan: “Ada apa denganmu Spock? Nero baru menghancurkan planetmu namun kau sama sekali tak tampak sedih. Kau tidak merasakan apapun. Kau tak pernah mencintai Ibumu.”


Walaupun kurang dalam hal peracikan dialog, namun Abram menutupinya dengan rangkaian aksi yang menegangkan. Abram menyiasati dengan menjaga ritme setiap momen. Tidak pernah membiarkan satu detikpun terlewat tanpa makna. Kemudian cara Abram memperlihatkan gambaran masa depan tidak berlebihan dengan menampilkan segala bentuk kapal luar angkasa yang futuristik. Hal itu justru ditampilkan dengan teknologi yang mengagumkan. Ia memberikan gambaran angkasa yang cantik, tidak semrawut dengan gambar kapal yang berlebihan.


Abram berhasil mematahkan keyakinan tentang kesuksesan film ditentukan oleh kekuatan bintang pendukung. Abram dengan sesumbarnya dan kepercayaandirinya sukses mencetak sebuah film sekuel dan menarik penggemar baru. Semoga dengan tangan dingin Abram dan kepiawaian Orci dan Kurtzman Star Trek, sekali lagi bisa hidup lebih lama dan makmur. Seperti salam yang selalu diucapkan oleh Spock sembari memberi ruang di antara jari tengah dan jari manis: Live long and Prosper! -rizkyamelia-

Comments