Wanita Yang Tak Berdaya Tanpa Kaca Mata

ilustrasi [dok: klimopplaza.nl]

Oke, saya sudah bersertifikat menyelam. Berenang pun kayaknya sudah lumayan jago, walaupun hanya mengandalkan gaya katak.


Tapi, kalau berenang tanpa goggles? Apakah saya masih tergolong jago? TIDAK!! Itu jawabannya. Saya bakal mendadak dodol sedodol-dodolnya saat berenang tanpa kaca mata renang.

Reputasi sebagai newbie, one star scuba diver yang setidaknya punya kemampuan baik dalam berenang harus dipikir-pikir lagi.

Bagaimana tidak. Tanpa kaca mata saya buta. Saya hilang arah. Saya tidak pernah bisa berenang dengan mata terbuka. Sakiiit, perih dan ujung-ujungnya mata saya jadi merah.

Dari pada mata sakit, saya lebih memilih berenang merem dengan resiko jalur mencong-mencong dan yang terparah menabrak bibir kolam renang.

Itu pernah terjadi satu kali. Jaman saya kuliah dan masih rajin berenang di Wisma Makara. Waktu itu, saya semangat banget berenang sampai nggak melihat pinggiran kolam. BAAMM... Bibir saya ciuman dengan bibir kolam. Berdarah dan bekasnya masih ada hingga sekarang.

Nah, hari ini kejadian bodoh gara-gara berenang tanpa kaca mata kembali terulang. Saya lupa bawa goggles ice, padahal jadwal tiap Jumat sore adalah berenang di kolam renang Cikini Hotel Formula One.

Awalnya saya berenang di kedalaman 1 meter. Alhamdulillah berenangnya masih lurus karena berenangnya ngintip-ngintip. Juga, kalau sudah merasa dekat, saya akan berhenti sebentar menjejak dan melihat seberapa jauh lagi saya harus berenang.

Saya beralih ke kolam 1,5 meter. Alasannya karena di kolam 1 meter semakin banyak orang berenang. Saya takut bertabrakan.

Di kolam 1,5 meter. Hanya ada segelintir orang dan mayoritas adalah pria. Saya mulai berenang ngintip-ngintip. Sejauh ini berenang saya masih lurus. Ya, mencong dikit, tapi nggak parah-parah amat.

Saya istirahat sebentar. Memperhatikan pria-pria itu berenang. Saya memandang kagum pada pria-pria di kolam 1,5 meter yang berenang gaya bebas dengan sangat tenang.

Mungkin ada 15 menit, saya berdiam di pinggir kolam. Bukan hanya memandangi pria-pria di kolam 1,5 meter, tapi sejumlah atlet [kayaknya atlet deh] yang tengah latihan renang. Kolam dibagi dua. Sisi kiri untuk umum dan sisi kanan untuk latihan para atletm ada pembatas yang mengapung di kolam.

Puas memandangi para atlet latihan, saya memutuskan untuk kembali berenang. Saya mau berenang santai ah. Nggak mau tergesa-gesa.

Saya berenang sambil memandangi ubin. Memastikan jalur renang saya lurus. Setelah lelah berenang memandangi ubin saya mencoba melihat permukaan. Owww, saya berenang mencongnya luar biasaaaa sampai ke pembatas yang mengapung di kolam 2 meter.

Saya cuma bisa mentertawakan diri saya. Saya malu!!! Parah, padahal saya sudah berusaha memastikan jalur saya lurus. Tapi ternyata melenceng 45 derajat!!! Teman-teman saya pun ikut tertawa.

Baiklah, saya akan mencoba untuk melek dalam air, supaya nggak malu-maluin diri saya lagi gara-gara berenang mencong. Jaah, emang dasar otak saya miring. Sudah berenang buka mata tetap saja miring!!

Kali ini, sekolompok pria di kolam 1,5 meter melihat saya dengan pandangan aneh, kasihan dan ingin mentertawakan.

Lagi-lagi saya hanya bisa mentertawakan diri saya. Demikian juga dengan teman saya yang ikut tertawa. Seorang pria putih sepertinya keturunan Thiong Hoa menyapa saya.

"Butuh kaca mata ya? Saya bawa dua. Mau pinjam?" kata pria baik hati itu.

"Boleh, Mas," jawab saya cengengesan. Masih mentertawakan diri saya.

Si pria mengentaskan diri dari kolam. Berjalan menuju tas dan mencari-cari goggles miliknya. Tak lama, ia menemukan goggles biru speedo. Ia serahkan ke saya.

"Pinjam ya mas," kata saya.

"Pakai saja," kata dia sambil menceburkan diri ke kolam.

Tiga orang teman saya, Novi, Hanie dan Shanti mencandai saya dengan mengatakan bahwa si pria ingin berkenalan. Haha, kalau saya berpikir dia kasihan pada saya sekaligus merasa terganggu dengan berenang saya yang melintang ke sana kemari.

Kaca mata dia, saya pakai kaca mata ia kurang lebih 20 menit. Sebenarnya ingin lebih lama lagi berenang menggunakan kaca mata, tapi pria itu tampak sudah ingin meninggalkan kolam. Ia sudah di depan tasnya. Saya kemudian memanggilnya sembari menyerahkan kaca matanya.

"Mas, makasih ya," kata saya menyodorkan kaca mata sementara ia masih berdiri di depan tasnya.

"Kalau masih mau pakai nggak apa-apa kok," kata dia yang hanya mengenakan celana renang [hahaa, infonya penting banget ya!!!]

"Sudah kok Mas. Saya pakai kaca mata teman saya. Makasih ya," kata saya dan disambut senyuman.

Setelah itu, saya melanjutkan renang. Kali ini, karena seluruh kolam sudah tak diberi pembatas, saya berenang dari kolam 1,5 meter hingga kolam 3 meter.

Pukul 18.45, saya selesai berenang. Bilas dan kemudian duduk-duduk di Grato. Di sana ada Tia dan suaminya, Meida dan pacarnya Gema, dan Anissa alias Oneng.

Jadi kawan, pelajaran hari ini adalah saat berenang jangan pernah lupa membawa goggles. Apalagi untuk orang seperti saya yang takut melek di dalam air.

Pelajaran kedua. Bagi pria-pria yang mau kenalan dengan orang di kolam, pesan saya bawalah peralatan renang cadangan. Dua kaca mata renang, dua celana atau baju renang, dan peralatan renang lainnya.

Sayang, tadi saya nggak kenalan! Hehehe, emang nggak niat kenalan sih!! Mbeetje vaderachtig, joh!!! Da's toch jouw. Lievelings man, Boy!!

Sekian :D

Tabik,

Wanita tak berdaya tanpa kaca mata

Comments

  1. kita senasib boy! Gw juga gabisa berenang tanpa kacamata renang. wkwkwkwk! Mooie verhaal. :)

    ReplyDelete

Post a Comment