Imamnya Meninggal?


Sudah delapan hari puasa, kalian sudah berapa kali shalat tarawih? Hayoo ngaku? Kalau saya jujur saja ya, baru dua kali. Di malam pertama Ramadhan dan malam kedua. Kebetulan, saat itu sedang libur, jadi nggak ada halangan apapun untuk menjalankan sunah di bulan puasa tersebut.

Tahun ini, saya shalat tarawih di Masjid yang baru 90 persen selesai direnovasi. Namanya Masjid Jami Al- Wiqoyah. Lokasinya nggak terlalu jauh dari rumah saya. Jalan lima menit, sudah sampai di Masjid berlantai dua yang sejak setahun lalu direnovasi.

Pada Ramadhan sebelumnya, saya selalu shalat tarawih sebanyak 11 rakaat termasuk witir tiga rakaat. Nah, di Masjid Al-Wiqoyah, shalat tarawih dilakukan 23 rakaat. Deuh, kebayang deh bakal capek.

Tapi ya, di hari pertama shalat tarawih, saya betul-betul menikmati. Saya sama sekali tak merasa gerah, kepanasan maupun pegal. Mungkin karena Masjid begitu lapang dan beberapa jendela belum terpasang, makanya perasaan-perasaan itu tidak muncul. Saya berhasil shalat full 23 rakaat.

Hari pertama puasa, saya tak kalah bersemangat dengan ibadah shalat tarawih di malam pertama. Tapi, karena dapat posisi shalat paling belakang, maka banyak gangguan dari anak-anak kecil yang lari-lari, teriak-teriak, ketawa-ketawa dan ngobrol di waktu shalat.
ilustrasi [dok:wahyu2005.wordpress.com]

Keganggu? Ya pastilah. Shalat saya jadi tak khusyuk. Malah saya sempat satu kali melototin anak kecil yang lewat di depan saya. Padahal saat itu saya sedang shalat.

Bencana dari ketidakkhusyukan itu terjadi pada pertengahan shalat tarawih. Saat itu tahiyat akhir dalam posisi sujud. Saya khusyuk melafalkan lirih bacaan ketika sujud.

"Subhana rabbiyal a'la wabihamdih. Subhana rabbiyal a'la wabihamdih. Subhana rabbiyal a'la wabihamdih."

Tiga kali saya lafalkan doa tersebut. Saya menunggu Imam menyerukan Allahu Akbar. Saya sabar menanti sembari memanjatkan doa.

Eh, tapi kok sudah cukup lama sujud, Imam tak kunjung bangun dari sujudnya? Saya lirik sebelah saya, yaitu adik saya yang terlihat masih sujud.

Pikiran buruk mulai berkecamuk di otak saya. Ada apa ini? Kenapa? Apa mungkin Imamnya lupa? Kalau lupa, kenapa jamaah di belakangnya nggak nyolek si Imam? Atau jangan-jangan Imamnya meninggal saat sujud? Kan banyak kejadian, Imam masjid meninggal ketika memimpin shalat? Nah lho? Otak saya terus memproduksi pikiran-pikiran buruk tentang s Imam.

Tiba-tiba, sayup saya mendengar...

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh," ucap si Imam.

Saya reflek langsung bangun dari sujud saya dan mengakhiri shalat dengan mengucap salam.

Adik saya, yang shalat persis di sebelah saya tertawa terbahak-bahak ketika saya selesai shalat dan berkomentar macam-macam.

"Sujudnya lama amat? Berdoanya panjang. Minta apaan sih?" goda adik saya.

"Lho, Gua nggak dengar suara Imamnya. Gua kira Imamnya mati. Serius," kata saya memberikan alasan yang sebenarnya.

"Ya nengoklah," kata adik saya lagi.

"Gua sudah nengok, dan Gua lihat elu masih sujud," kata saya.

Damn, ini yang salah sebenarnya pendengaran saya dan daya konsentrasi saya yang menurun saat itu atau si Imamnya yang terlalu lirih?

Errr, kayaknya permasalahan terletak pada konsentrasi saya. Mengapa? Karena kejadian yang beti [beda tipis] ini terulang lagi.

Rabu [3/8], saya menemui bagian IT di lantai tiga The Aryaduta Suites. Selagi menunggu orang IT yang mau menyerahkan perangkat kerja, saya putuskan untuk shalat Dzuhur. Saya ke mushola kecil yang terletak di sudut kantor.

Kebetulan saat itu ada dua orang yang sedang shalat berjamaah. Dengan tergesa, saya mengambil air wudhu dan kemudian ikut shalat pada rakaat kedua.

Saat tiba pada rakaat keempat [rakaat ketiga untuk saya], saya mengikuti duduk tahiyat akhir. Ketika Imam berseru: Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, kepala saya reflek menengok ke kiri lalu.......

Eh, saya kan baru tiga rakaat ya?? Sebelum menengok ke kanan, saya buru-buru berdiri dan menyelesaikan satu rakaat lagi.

Kaaaaaaannnn, memang saya bermasalah dengan konsentrasi. Sampai-sampai melakukan kesalahan ketika shalat.

Eh, tapi kesalahan saya saat shalat itu tidak menjadikan saya jadi malas tarawih lho. Saya nggak tarawih karena kerja. Pulang hampir selalu larut. Mmm, pernah sih pulang cepat, tapi saya tetap tak tarawih karena tak mau melewatkan episode final MasterChef Australia.

Ya Allah, maafkan Aim ya Allah. Aim janji akan rajin shalat tarawih. Tapi shalat tarawih nggak wajib kan ya Allah? [Doa versi Buku Harian Baim]

Plaaaaaaaaaaaaaakkkk!!! Emang saya agak-agak nggak niat shalat tarawih nih tahun ini.

Ya Allah, maafkan hamba-Mu ini. Beri pencerahan pada hamba-Mu yang bandel ini Ya Allah.


Comments

Post a Comment