Bertamu Ke Rumah Guru

Saya, Jajang, Shanti, Sintha, Mba Zahroh dan Ziza
Sabtu lalu, saya diajak teman saya untuk bertamu ke rumah guru kami. Mba Zahroh, nama guru [kalau kuliah disebut dosen] kami yang memang punya kedekatan dengan sejumlah mahasiswa.

Jajang, Sintha dan Shanti pernah janji akan main ke rumah Mba Zahroh setelah lulus kuliah. Baru kemarin, janji itu ditepati.

Saya ikut karena memang ingin silahturahmi sekaligus ngobrol dengan salah satu dosen yang tergolong asyik ini.

Pukul 4 kami ke rumahnya di kawasan Depok [Persisnya saya nggak tahu. Buta arah]. Perempuan kurus ini menyambut mahasiswa lamanya dengan wajah sumringah.

Segera kami dipersilahkan masuk ke rumahnya yang indah dan sangat nyaman. Selagi Mba Zahroh memmbuat minum dan menyiapkan hidangan, kami mengobrol. Ya, paling standar, ditanya kenapa datangnay telat, dari mana tadi, apakabar.

Saat Mba Zahroh tak lagi direpotkan dengan tetek bengek penjamuan, kami berlima duduk di meja makan kayu.

Mba Zahroh duduk paling ujung. Jajang dan Shanti duduk di sisi kanan meja, sementara Sinta di sini kiri. Saya duduk persis berhadap-hadapan dengan Mba Zahroh.

Perbincangan seru segera dimulai. Shanti mulai memotong cake jeruk [kayaknya yaa] dan dibagikan merata pada kami.

Teh Tongji keemasan dalam teko transparant bertutup merah dituang ke cangkir. Sementara khusus Jajang, oleh Mba Zahroh disajikan kopi Aceh.

Kami bak orang Inggris yang sedang tea time. Bedanya tehnya bukan the mahal seperti Early Grey. Teh kami lokal dengan cita rasa yang tak kalah dengan produk internasional.

Obrolan kami dimulai dengan membicarakan pekerjaan. Lanjut ke soal masa-masa kuliah dulu. Mba Zahroh sedikit membongkor cerita di balik layar saat menjadi pembimbing dan dosen kami.

Gaya bercerita Mba Zahroh yang lucu membuat kami tertawa, khususnya ketika menceritakan seorang anak yang tak boleh disebutkan namanya.

Setelah membicarakan masa kuliah berlanjut ke perjodohan. Mba Zahroh iseng mau menjodohkan Jajang dengan kepononakannya. Sementara Shanti mau dijodohkan dengan teman lama Mba Zahroh.

Obrolan itu terus mengalir. Ada saja bahan perbicangan yang tak habis dibicarakan. Korupsi, kebijakan pemerintah, tingkat keamanan Jakarta dan sekitarnya sampai penipuan dengan jalan hipnotis.

Tak terasa, 4 jam berlalu. Sudah pukul delapan. Kami harus segera pulang. Ibu saya sudah menelpon, Shanti ada janji menonton dengan kakaknya, Sintha harus menemani Ibunya yang sendiri di rumah.

Sebelum pulang, kami berfoto. Anak pertama Mba Zahro, Zizou yang mengambil foto ini.

Ngomong-ngomong soal anaknya Mba Zahroh, ketiganya lucu. Zizou punya senyum manis yang membuat saya kepincut [Sayang masih kecil]. Ziza, agak pendiam, mungkin karena sakit, tapi sangat cantik. Nah kalau Zizi, walaupun awalnya malu-malu, mengumpat dibalik ketiak Mba Zahroh, tapi lama kelamaaan dia mau berinteraksi. Tubuh Zizi lebih gambil dibandingkan kedua kakaknya. Rambut berponinya juga lucu, mirip seperti Dora The Explorer.

Menyenangkan. Inginnya silahturahmi semacam ini tetap terjalin. Dulu setelah lulus kuliah, saya dan teman-teman di bawah bimbingan Bu Ari pernah bertandang ke rumahnya.

Nah, kira-kira siapa ya berikutnya.

Oh ya, saya, Anda, Dahlia dan Oneng pernah janji kepada Mba Lina, dosen kami yang berjiwa muda untuk mentranktir beliau. Pasalnya, saat mau wisuda, dia mentraktir kami karokean di Margo City.

Kapan ya bisa terlaksana?

Comments

  1. Damn! gw masih inget janji itu...huaaah harus dilunasi!!!! HUaaah iboyyy kalo tau mau ke rumah mba zahroh gw kan pengen ikut

    ReplyDelete
  2. hehe.. gw juga diajakin sm jajang shanti dan sintha.. yuuukk.. kapan nih qta tepatin janji ke mba lina?

    ReplyDelete

Post a Comment