Pintar Keblingar

Di Indonesia, orang pintar tak terhitung jumlahnya. Permasalahannya, orang-orang pintar itu ada beberapa yang salah jalan. Mereka buta oleh gelimang harta. Akibatnya, dirinya dan keluarga menjadi korbannya.

Contohnya Gayus Halomoan Tambunan, pegawai pajak golongan III A yang sekarang sedang menjalani perkara dugaan korupsi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi [Tipikor], Jakarta.

Selain Gayus, ada juga Cirus Sinaga, jaksa fungsional Kejaksaan Agung yang pula tengah di sidang kasus dugaan korupsi di Pengadilan Tipikor, Jakarta.  

Keduanya menurut saya mempunyai tingkat intelegensia yang tinggi. Ketika dihadirkan sebagai saksi, Gayus mampu menjelaskan semua peraturan pajak secara runut dan sama sekali tidak memusingkan. Gayus mengubah peraturan pajak beserta pasal-pasalnya yang rumit itu dalam bahasa yang ia pahami. Saya benar-benar terkesan dengan penjelasannya itu. Menurut saya ini adalah kecerdasan yang tidak dimiliki orang lain. Kemampuan untuk mengubah hal rumit menjadi hal yang sederhana dan dimengerti.

Hari ini, Gayus kembali menyuguhkan hal yang menurut saya tidak biasa dilakukan oleh seorang terdakwa. Gayus seolah mensuplai sejumlah pertanyaan yang diajukan kuasa hukumnya kepada saksi.

Gayus dan Hotma Sitompul [Foto: Dok Tribunnews]
Gayus yang duduk di sebelah kuasa hukumnya, Dion Pongkor, kerap sekali membisiki pertanyaan yang harus ditanyakan kepada saksi. Jadi pertanyaan Dion tidak sepenuhnya hasil pemikiran Dion, melainkan sumbangsih Gayus.

Saya dan teman saya, Isma hanya bisa tertawa diam-diam menyaksikan tingkah Gayus. Ketika Dion memperoleh kesempatan untuk bertanya, maka Gayus akan mencondongkan badannya ke dekat badan Dion, mendekatkan kepalanya ke kuping Dion dan membisikan sejumlah pertanyaan.

"Gayus kayak lagi nyetanin si Dion gitu," kometar Isma.

Dengan melihat kecerdasan Gayus, saya rasa Gayus sebenarnya tidak membutuhkan kuasa hukum. Gayus menguasai seluruh materi yang didakwakan kepadanya. Mungkin kehadiran pengacara hanya sebatas untuk memberikan masukan dan pertimbangan mengenai strategi hukum yang harus dilakukan Gayus agar mendapatkan hukuman minimal.

Cirus punya cerita sendiri.Cirus misalnya usai Jaksa Penuntut Umum membacakan surat dakwaan, ia akan mengkoreksi setiap kesalahan dari yang sepele sampai yang paling penting. Saya ingat betul Cirus membenarkan pasal yang menurutnya salah diformulasikan oleh Jaksa Penuntut Umum.

Melihat aksi ini, saya dan teman-teman yang meliput hanya bisa geleng-geleng. Cirus sangat detail mengkoreksi surat dakwaan terhadap dirinya.

Juga, saat sidang masuk pada tahap pemeriksaan saksi. Setelah diberi kesempatan bertanya pada saksi, Cirus mengajukan pertanyaan yang jumlahnya tak sedikit. Saking banyaknya pertanyaan Cirus, Ketua Majelis Hakim, Albertina Ho sampai menghentikan Cirus.

Sayang, sungguh sayang. Orang-orang pintar ini keblingar karena tumpukan rupiah dan dollar. Kepintaran mereka kini tak lagi berharga. Tak bisa disumbangkan ke negara, tidak bisa ditularkan kepada keluarga gara-gara mereka harus mendekam dalam penjara.

Semoga setelah menjalani hukumannya, mereka menyadari kesalahannya.  Tidak lagi memanfaatkan kepintarannya untuk hal tercela yang hanya membawa bencana bagi dirinya dan keluarga.


PS: Bok, berat banget ya bahasannya. Nggak ada ide mau nulis apa, tapi harus tetap menjalankan komitmen. Ya sudahlah, semoga besok diberikan kegiatan menarik, lucu yang asyik untuk diceritakan.

Ciao..

Comments