Siap Kuliah Lagi?

Gara-gara ngobrol sama Neng Anda soal beasiswa, semalam saya jadi getol mencari beasiswa. Saya mencoba mencari beasiswa yang memberikan tenggat waktu penyerahan aplikasi hingga April.

Kenapa? Karena, nilai TOEFL saya belum mencukupi untuk bisa ikut dalam sejumlah program beasiswa. Nah, sekarang ini saya sedang usaha untuk meningkatkan nilai TOEFL dengan ikut les TOEFL preparation di UI.

Setelah mengubek-ubek informasi beasiswa di milis, saya menemukan satu program bantuan biaya pendidikan yang diselenggarakan oleh Universitas Swansea, Inggris. Nama beasiswanya Eira Francis Davies.

Beasiswa ini ditujukan khusus untuk perempuan di negara berkembang. Indonesia masuk dalam daftar negara berkembang  tersebut.

Saya sudah pasti tertarik. Apalagi setelah melihat batas akhir pengumpulan dokumen pendaftaran adalah bulan Mei. Mudah-mudahan, bulan April setelah kursus persiapan TOEFL selesai, nilai saya bisa mencukupi untuk mendaftar ke universitas yang terletak di Wales itu.
Foto dari sini

Universitas Swansea cukup familiar untuk saya. Tahun lalu, saya berniat untuk mengambil Erasmus Mundus Jounalism. Salah satu universitas yang masuk dalam daftar penyelenggaran Mundus Journalism, ya Universitas Swansea ini.

Saya membuka situs universitas tersebut dan mulai "memperkosa" setiap detail informasi yang ada. Fokus saya tetap mencari bidang studi yang relevan dengan kerjaan saya sekarang, yaitu jurnalistik.

Dan masuklah saya pada Sekolah Humaniora dan Seni, Universitas Swansea. Di situ saya mendapati sebuah program yang cocok untuk saya, yaitu Digital Media.

Saya baca semua informasi dengan seksama. Saya kuliti program tersebut mulai dari tujuan program, silabus kuliah dan siapa saja yang bisa melamar program ini.

Di bagian akhir dari penjelasa program ini, terdapat sebuah subjudul yang membuat merasa ngeri. Futher Reading, demikian nama subjudul tersebut. Isinya tentang bahan bacaan yang sebaiknya dibaca sebelum perkuliahan di mulai. Ada delapan buku yang harus dibaca untuk membuat calon mahasiswa jurusan tersebut familiar dengan program studi tersebut.

Further Reading
Students sometimes ask what they can do to prepare for their studies. It would be a good idea to make yourself familiar with some of the literature and key concepts of the field.
Background reading includes: 
  • Berry, D. M. (2008) Copy, Rip, Burn: The Politics of Copyleft and Open Source, London: Pluto.
  • Lessig, L. (2004) Free Culture: How Big Media Uses Technology and the Law to Lock Down Culture and Control Creativity. New York: Allen Lane. 
  • Jenkins, H. (2006) Convergence Culture. London: New York University Press.
  • McQuail, D. (2005) Mass Communication Theory, London: Sage.

For people with little previous experience of the concepts, theories, and research methods of Media Studies (if, for example, your undergraduate studies were not either media studies or mass communication), it is important to become familiar with some general approaches in this field. See, for example: 
  • Croteau, D. and  Hoynes, W. (2000) Media/Society: industries, images, and audiences, Thousand Oaks, Calif: Pine Forge Press.
  • Webster, F. (1995) Theories of the Information Society. London: Routledge.
  • Downing, J.,  Mohammadi, A.,  Sreberny-Mohammadi, A. (1995) Questioning the media: a critical introduction, London: Sage.
  • Curran, J. and Gurevitch, M. (2005) Mass media and society, London: Hodder Arnold.

Aaaah, saya jiper banget baca referensi buku-buku yang wajib dibaca tersebut. Saya kan bukan tipe orang yang gemar membaca.

Tapi ya, kalau dipikir-pikir, pasti bukan cuma jurusan Digital Media ini saja yang mewajibkan untuk membaca buku sebanyak itu. Saya yakin di semua universitas di Eropa dan Amerika mewajibkan mahasiswanya untuk membaca sejumlah buku sebelum perkuliahan dimulai.

Ya, kita tahu lah kalau di luar negeri, sistem pembelajarannya berbeda dengan di Indonesia. Di kelas bukan untuk membaca, namun mendiskusikan materi atau buku yang sudah dibaca di rumah. Analogi sederhananya, kelas itu bak medan perang. Kita turun ke medan perang harus dengan amunisi komplit. Nggak boleh dengan tangan kosong. Nah, amunisi itu adalah buku maupun  materi yang sudah kita baca.

Huuuh, sepertinya mulai sekarang harus segera membudayakan diri untuk rajin membaca. Bukan cuma untuk persiapan sekolah, tapi juga untuk pengembangan diri dan membuka wawasan seluas-luasnya. Bersemangat!!!!

Comments

  1. *nyanyi aaaaaaah.. * Dimaaaaa(na)... Dima(na)... Dima(na).. Semangaaaaaaaaaaaaat!!! AYooo kita ke INggris bareeeeeeng taun ini!!!

    ReplyDelete
  2. yukkk yukkk yukkk gadis. mari menjemput impian, menjemput calon suami, menjemput calon pacar, menjemput masa depan di Inggris :) AMin!! mudah2an tahun ini!! Eymen!! Eymen!!

    ReplyDelete
  3. Duh! aku ngiri deh sama kelian-kelian yang masih bisa kepikiran mau sekolah lagi, nyari beasiswa S2, apalagi ikut TOEFL preparation.. Kok gw berasa mandek bener yaaa... :((

    iboooyy, i adore you dech!!

    ReplyDelete
  4. meiii... rencana mau sekolah lagi tuh cuma pelarian. lari dari pertanyaan orang kapan nikah? laaah pacar aja gw kagak punya. makanya kabur jauh2 ke luar negeri hahahahaaaaa...

    ReplyDelete
  5. hahahaha... siapa tau ketemu jodoh di luar negeri yeee...
    gw justru sedang bertanya-tanya pada diri sendiri, abis nikah terus ngapain lagi ya?? :D

    ReplyDelete

Post a Comment