Tersesat Itu.. Menyenangkan

Jujur ya, saya paling malas bekerja di akhir pekan. Alasannya karena jarang ada agenda yang bisa diliput. Kadang, saya lebih memilih untuk tidur-tiduran di rumah. Telepon narasumber, follow up beberapa berita di hari sebelumnya. Males banget kan saya?? :P

Tapi hari ini beda. Saya nggak punya ide mau menindaklanjuti kabar apa? Nazaruddin? Nunun? Miranda? Baaah, nggak ada yang baru.

Pagi hari sih sebenarnya ada Polemik Sindo Radio di Warung Daun Cikini. Tapi lagi-lagi saya malas dan sudah ada reporter lainnya yang meliput diskusi soal BBM itu.

Setelah mati gaya, usel-uselan di tempat tidur sambil BBM-an dengan Putri, Icha dan Caca, saya akhirnya dapat agenda yang bisa diliput.

Yeah.. ada konferensi pers soal hasil analisi isi media kandidat calon presiden 2014 di Rawamangun. Mmmm... Rawamangun?? Jauh aja ya lokasi liputannya. Ini nih yang lagi-lagi bikin saya jadi malas berangkat.

Tapi, daripada nggak ada laporan satupun, saya memutuskan untuk berangkat. Dengan gaya kasual, kaos oblong plus celana jins, saya berangkat menuju kantor Pusat Kajian Negara Berkembang (DCSC).

Sebelumnya saya mampir dulu ke kantor mengambil coklat dari Ulma yang sudah sebulan ada di laci meja kerja saya. Untung si coklat masih tersimpan rapi di laci meja saya yang nggak pernah saya dudukin itu :P

Coklat sudah diambil. Saya kembali naik TransJakarta menuju Rawamangun. Di dalam bus, saya mencoba memanfaatkan kecanggihan ponsel pintar saya, si Bebeboy untuk mencari lokasi liputan saya.

Saya pakai aplikasi yang namanya Maps. Saya memasukan nama jalan dari kantor DCSC, Jalan Tongkol, Rawamangun. Gotcha, ternyata terdeteksi di Maps.

Karena koneksi yang agak lamberta lamborgini, jadi sebagian daerah di sekitar Jalan Tongkol nggak kelihatan.

Tapi, pas seluruh daerah di kisaran Jalan Tongkol muncul, saya nggak tahan untuk nggak ketawa sendiri dalam TransJakarta.

Ya allah, ternyata nama- nama jalan di daerah tersebut didedikasikan untuk biota laut. Selain ikan tongkol, ikan Nilam, ikan Gabus, ikan Tenggiri, ikan Rajungan, ikan Betok, ikan Belanak, ikan Gurame, ikan Lindung dan Cumi-cumi dijadikan nama jalan di kawasan Rawamangun.

Hahahaha.. seriusan deh, saya nggak bisa menahan tawa. Bayangin ada yang bertanya: tinggal dimana? // Di jalan Cumi-Cumi. // Serius lo? Nggak bercanda kan?

Nama jalan di daerah Rawamangun.
Ada-ada saja. Saya jadi ingat dengan tempat tinggal saya, di kawasan Jagakarsa juga nama jalannya menggunakan nama buah-buahan. Mulai dari pepaya, durian, kecapi, jeruk, sirsak, hingga cipedak.

Saking terpana dan girang dengan nama jalan di kawasan Rawamangun, saya sampai tersasar. Saya nggak mendengarkan pengumuman kondektur bus (kuping saya disumpel dengan lagu-lagunya Adele).

Seharusnya saya turun di Shelter Arion. Tapi, saya malah terus sampai Shelter Bernis di dekat Pulogadung.
Setelah menelwati Arion, saya kira tak jauh dari Arion busway akan berhenti.

Ternyata tidak. Saya harus berhenti di halte Bernis untuk putar balik ke Shelter Arion lalu nyambung bus ke shelter Layur.

Ajaibnya saudar-saudara, saat nyasar itu saya nggak panik, nggak bete, nggak uring-uringan.

Saya menikmati rasanya tersesat. Selama nyasar, saya lagi-lagi ketawa melihat maps yang menunjukan bahwa saya semakin jauh dari lokasi tujuan saya.

Selain itu, saya juga melihat pemandangan kiri-kanan dan menjumpai tempat-tempat yang selama ini belum pernah saya lihat. Misalnya Korean Town, sebuah kawasan yang sedang dibangun menjadi kota menyerupai bangunan di Korea. Ada satu gedung yang atapnya khas rumah-rumah Korea.

Lalu, saya ingat bahwa saya pernah lewat kawasan itu. Sumarecon, Kelapa Gading, tempat saya mendukung teman-teman Pejuh Kuning (Persatuan Jurnalis Hukum Kuningan) memperebutkan Piala Futsal Gubernur Bank Indonesia tahun lalu.

Nah, di shelter Bermis sembari menunggu TransJakarta jurusan Dukuh Atas, saya asyik makan coklat yang sengaja saya bawa untuk bekal. Orang-orang sekitar saya cuma bisa ngelihatin saya, dan mungkin menegak air liur. Hahahaa, maaf ya nggak nawarin, soalnya coklatnya dari Jepang. (penting banget ini!!)

Pas TransJakarta lewat, ternyata bus itu adalah bus yang membawa saya nyasar. Doh, mba kondekturnya sama dan jadinya ngeliatin saya terus. terpaksa saya berdiri jauh-jauh dari dia.

Saudara-saudara, akhirnya saya tiba di shelter Layur. Saya kembali mengandalkan aplikasi Maps untuk membimbing saya menuju Jalan Tongkol.
Panah hijau itu saya dan bulat merah itu lokasi liputan. Kebayang kan nyasarnya :s
Dari gambar yang ditunjukan Maps, tampaknya Jalan Tongkol masih cukup jauh dari Jalan Layur. Saya putuskan untuk naik Bajaj.
Saya: Pak ke Jalan Tongkol berapa?
Abang Bajaj: Rp 5000 neng.
Saya: (Agak shock. Kok murah sih? Biasanya harga awal Rp 10ribu. Saya nggak berani nawar jadi Rp 3000. Tega banget itu namanya). Oke Pak. 
Si Bajaj oranye pun melaju endul-endulan menuju Jalan Tongkol. Baru jalan lurus sejauh selemparan kelereng lalu ambil kiri sedikit saya melihat mobil ANTV.

Jaaaah, pantesan saja murah. Ternyata dekat banget. Tahu begitu jalan kaki saja tadi ke sana.
Yah, begitulah kisah liputan di hari Sabtu saya yang menyenangkan itu. Dari liputan di Jalan Tongkol saya berhasil bikin tiga berita.

Tapi total berita yang saya tulis hari ini adalah empat berita. Satu berita saya dapat dari hasil wawancara dengan Antropolog Universitas Malikussaleh, Lhoksemawe, Aceh.

Comments

  1. Wakakaka.. Aq sih rela tersesat asal ga laagi buru2, Boi :D eh betewe mau dong ancer2nya Korea Town! Kyknya bs buat foto2 tuh..

    ReplyDelete
  2. Korea townnya masih underconstruction piiit. baru ada beberapa gedung doang. di pertigaan mall arion ambil kiri ke arah sumarecon.

    ReplyDelete

Post a Comment