Going Solo: Improvisasi

Itenerary yang sudah dibuat sedetail mungkin hancur berantakan gara-gara AirAsia delay hampir selama 30 menit. Ada aja deh alasannya AirAsia. Lalu lintas di bandara sedang hectic, pesawat berada di urutan ke sekian untuk terbang. Sekitar 15 menit baru mendapat jatah lepas lantas. Bla.. bla.. bla!! Ikutin aja deh.

Ini kali pertama saya naik maskapai milik orang Malaysia. Nggak enak! Sandaran kursinya nggak bisa dimundurin. Jadi selama 2 jam perjalanan Jakarta-Kuala Lumpur, saya cuma bisa duduk ajeg sembari menempel di dinding badan pesawat.

Setelah menempuh dua jam yang cukup bikin pegel, saya pun tiba di Kuala Lumpur. Bukan di Kuala Lumpur International Airport ya, tapi di LCCT atau Low Cost Carrier Terminal. Jadi LCCT ini terminal khusus yang dibuat untuk maskapai murah macam AirAsia.

Seperti biasa. Saya selalu norak. Menginjakan kaki untuk pertama kali di Negeri Jiran, senyum pun merekah di wajah saya. Senyum malu-malu saya itu berubah jadi tawa ngakak gara-gara sejumlah plank yang saya temui sepanjang jalan dari pesawat menuju bandara.

Oh ya, for your info ya guys, kita akan diturunin dari pesawat nggak jauh dari sebuah lorong. Nah lorong bolong-bolong (nggak berjendela dan berpintu) itu akan menghantar kita ke dalam bandara.Nggak jarang, lantainya yang cuma disemen itu ada genangan air kalau hujan.

Balik lagi ke soal plank. Gimana saya nggak ketawa, tepat di bawah plank berbahasa Inggris ada terjemahan dalam Bahasa Malaysia (eh disebutnya Bahasa Melayu yah?). Kocaknya ampun-ampunan. Dan saya pun dengan senang hati menjadikan papan-papan pengumuman ini sebagai objek foto sekaligus objek ketawa.

Salah satu contoh papan informasi di LCCT Bandara. Feel free to laugh :))
Di dalam LCCT saya bingung mau ngapain. Yang pasti ke imigrasi lah, Boy. Yee, itu mah saya tahu. Masalahnya.. perlukah saya mengisi kartu kedatangan? Saya muter-muter cari di sekitar bandara, ternyata nggak disediakan. Ya sudahlah, saya beranikan diri ikut mengular diantrian panjang imigrasi LCCT.

Pas giliran saya, alhamdulillah ternyata kartu itu nggak dibutuhkan. Saya lolos proses imigrasi dan bisa melenggang ke luar bandara.

Kebingung kembali menyapa. Dimanakah mencari Aero Bus dan Sky Bus menuju KL Sentral? Pas jalan keluar bandara, ada orang India dari dalam booth teriak-teriak: "KL Sentral.. KL Sentral?"

Saya mendekati pria India tersebut. Aha, counter Sky Bus rupanya. Saya pun membeli tiket menuju KL Sentral seharga 9 RM. Padahal kalau naik Aero Bus harganya lebih murah satu ringgit. Nggak apa-apalah. Baru datang, berasa masih kaya!! Hahaa..

Tiket sudah di tangan. Saya main ngeloyor aja meninggalkan counter tersebut. Nggak lama kemudian saya balik kanan. Oh iya.. bisnya parkir di sebelah mana? Saya tanya ke Mas India dan dijelaskan bahwa saya jalan lurus sampai ketemu McD lalu ambil kiri sampai parkiran. Nah, busnya terparkir di sana.

Nggak seperti di Indonesia, dimana Damri muncul satu juta cahaya sekali (30 menit sekali). Kalau di sini, bis selalu ada. Begitu penuh pun langsung meluncur ke KL Sentral.

Perjalanan LCCT ke KL Sentral ada kalinya satu jam. Saya gunakan itu untuk tidur-tidur ayam sembari sekali-kali melihat pemandangan di kiri dan kanan jalan. Ternyata yaaa... LCCT itu bak Soekarno Hatta yang terletak nun jauh dari perkotaan. Jadi sepanjang jalan isinya rumput..rumput.. hamparan rumput.. bukit berumput.

Akhirnya tiba di kota ditandai dengan adanya manusia yang berlalu lalang, pertokoan, bis, kendaraan pribadi, dan gedung-gedung yang tak terlalu tinggi.

Saya kira KL Sentral tidak akan terlalu jauh dari situ. Saya senang apabila KL Sentral ternyata dikelilingi oleh pertokoan. Saya suka toko :)

Tapi.. tiba-tiba, Sky Bus berwarna kuning yang saya tumpangi ini masuk ke lantai bawah gedung. Pemandangan kiri-kanan adalah bangunan yang sedang di renovasi. Bah, ini nih KL Sentral?? Jelek amat, kata saya dalam hati.

Bingung? Pastinya. Kemana nih setelah bawah tanah ini? Tip untuk orang yang nggak tahu arah adalah ikuti mayoritas penumpang mengarah kemana. Saya ikutin aja tuh sekelompok orang yang naik eskalator ke atas. Dan ternyataaa.. itulah KL Sentral.

Terminal ini lumayan besar. Nggak cuma melayani bis, KL Sentral juga melayani perjalanan dengan moda transportasi berupa Komuter, Subway dan LRT. Di dalam KL Sentral, banyak convinience store seperti 7/11 dan mynews.com. Selain itu, tempat makan juga nggak kalah banyak. McD, KFC, dan restoran lokal lainnya ada di sini.

Sesuai jadwal (meski molor), saya harusnya ke Batu Cave dengan komuter. Tapi sudah jam 17.00 sore kakak. Bagaimana ini? Saya pun bertanya ke petugas komuter soal kereta terakhir dan kira-kira Batu Cave tutup jam berapa?

Katanya sih sampai malam dan komuter terakhir itu jam 22.00 waktu setempat. Saya pertimbangkan masak-masak. Kalau berangkat jam 5 atau paling lambat setengah enam, sampai sana sudah gelap. Mau lihat apa? Gelap-gelapan di gua? Haaah, saya perlu konsultasi dengan travel advisor saya, Novi.

Sebelum memutuskan untuk membeli tiket, saya isi perut dulu sembari mikir plus mengiba wifi di KFC. Kenapa KFC? Karena itu fast food favorit saya. Yess.. saya pesan snackbox plus ice lemon tea. Itu yang paling murah. Sekarang saya sudah mulai ngerasa nggak kaya. Setiap mau beli apa-apa selalu dikonversi ke rupiah.

Pelayan KFC, mba berjilbab ini super ramah dan doyan ketawa. Ngelayanin saya sambil senyum sumringah ketawa-tawa. Dia tanya-tanya soal tujuan saya ke negaranya.

"Kakak ni sekolah?" tanya dia.

"Tidak. Saya holiday," jawab saya. Eh, saya sengaja pilih kata holiday dibandingkan libur karena kata-kata dalam Bahasa Malaysia banyak diambil dari Bahasa Inggris. Kalau saya bilang libur belum tentu kakak ini mengerti.

Jadi snackbox itu berisi kentang goreng plus sebuah paha ayam. Saya ambil saus yang warnanya seperti saus McD. Saya cocolkan kentang goreng ke saus itu. Eh kok manis? Kok rasanya aneh? Saus tomat kali ya? Saya cek, ternyata benar saus sambal. Setelah cocolan pertama itu, saya menyingkirkan si saus. Blaaah, sama sekali nggak enak deh saus di sana. Saus ABC, Sasa, Indofood dan apalagi Belibis seribu kali lebih nikmat daripada saus di Malaysia.

Nah pelajaran banget nih. Kalau nggak sengaja harus makan junk food, sebaiknya bawa lima sachets saus sambal deh. Biar makannya lahap. Soalnya, si kentang goreng nggak saya habisin. Tasteless lah kalau makan kentang goreng tanpa saus.

Sembari cemal-cemil, saya wifi-an berkirim email ke Novi. Saya minta saran ke dia kalau saya tidak ke Batu Cave melainkan ke Menara Petronas dengan pertimbangan yang saya sebutkan di atas.

Tapi.. tapi.. saya nggak tahu kalau mau ke Menara Petronas naik apa? Terpujilah Mbah Google. Saya tanya dia dan dia beri jawabannya. Naik LRT ke KLCC ternyata.

Saya pun menuju counter LRT yang berada di lantai dasar. Lagi-lagi bingung bagaimana cara membeli tiketnya. Untuk ada meja informasi yang berisi dua pria yang siap menjawab pertanyaan dari para pendatang seperti saya ini.

Membeli tiket LRT melalui mesin yang berjejer nyender di tembok. Touch screen bok. Canggih bener deh. Sebagai pemula tentunya saya super duper kagok. Padahal step by step membeli tiket LRT ini sudah sangat jelas terpampang di layar mesin. Mungkin sayanya agak bodoh atau malah baca petunjuk (padahal sudah pilih opsi Bahasa Melayu) makanya proses pembelian tiket gagal terus.

Kegagalan pertama, karena saya membayar menggunakan uang 10 RM. Ternyata mesin itu nggak menerima pecahan 10 RM. Alhasil saya disuruh tukar uang di counter penukaran uang (hebat ya, sampai counter penukaran uang kecil pun disediakan untuk memudahkan pengguna jasa LRT).

Kegagalan nomor dua. Saya nggak ngeh kapan harus memasukan uang ke dalam mesin. Karena gagal dua kali, saya pun akhirnya minta tolong mba asli Malaysia, karena mukanya Melayu, pakai Jilbab dan berbaju kurung.. sangat bersahaja terlihatnya. Berkat dia, tiket berbentuk koin pun berhasil saya dapatkan.

Saya kasih bocoran dikit cara membeli tiket LRT:

1. Pilih opsi beli tiket
2. Pilih opsi Bahasa Melayu (tapi kalau lebih pede pakai Bahasa Inggris, sok atuh dalam Bahasa Inggris)
3. Di layar akan tampak peta LRT. Tinggal pilih tujuan
4. Di layar akan ada pilihan jumlah tiket yang mau dibeli. Kalau sendiri ya beli satu. Lalu tekan opsi bayar
5. Masukan uang bisa lebih atau bisa sesuai dengan harga tiketnya. Kalau kelebihan akan ada kembaliannya kok.
6. Ambil kembalian (kalau ada) dan koin biru LRT.

Busway ayo contoh Malaysia. Nggak boros kertas
Guna koin biru itu adalah untuk buka pintu untuk masuk ke stasiun LRT. Yang perlu kita lakukan hanyalah menyentuhkan koin di kotak bertuliskan ticket LRT. Pintu akan otomatis terbuka. Nah, si koin disimpan baik-baik karena akan menjadi kunci untuk keluar stasiun tujuan kita.

Di dalam LRT. Sama seperti di KRL sih. Tapi nggak penuh sesak
Yang galau silahkan lewat sini.. hahaha 
KLCC tak terlalu jauh dari Kl Sentral. 5 menitan sampai. Dan ternyata KLCC ini terhubung langsung dengan sebuah mall besar bernama Suriah. Langsung dong mata saya berbinar bahagia. Ya allah, saya berhasil tiba di salah satu Mall terbesar di Malaysia (tapi masih kalah besar dengan Mall di Jakarta).

Penampakan Suriah KLCC, tak seriuh Mall di Jakarta
Saya berpusing-pusing (muter-muter dalam Bahasa Malaysia) di mall dan menemukan sebuah toko sepatu asli Malaysia. VINCI. Boook, lagi diskon 50 persen dong. Murceeeee... Murah cekalliiih. Cuam 19 RM. Bahkan yang paling mahal pun nggak sampai 100 RM. Aaah, beli nggak yaa.. beli nggak yaa.. Sudah ada beberapa yang cocok di hati nih. Mmmm... berpikir keras!!!

Baiklah. Saya putuskan untuk membelinya nanti. Berputar-putar seluruh Mall dulu lah. Kali aja bisa menemukan barang yang lebih murah. Naik ke lantai demi lantai, saya nggak menemukan apa-apa. Kecuali satu  toko bernama I Setan. Hahahaha.. saya ngakak nih bacanya. Kok bisa namain toko seperti itu yaaa?? Berputar lagi, saya menemukan Bumbu Desa dan toko sepatu Bata.

i Setan: Menjual segala jenis mahluk halus. 
Ujung-ujungnya saya balik ke VINCI. Pegang sepatu yang sama. Ya allah, beli nggak ya. Rp60 ribu doang nih?????? Kapan lagi?? Ah, nggak usah ah. Nanti budget membengkak gara-gara beli ini. Skip beli VINCI.Lain kali aja boy pas jalan-jalan, bukan backpack.

Saya putuskan keluar dari Suriah. Saya celingak-celinguk cari Menara Petronas. Mana sih?? Kok nggak nemu. Saya mengelilingi bagian luar Suriah dan menemukan pintu masuk ke Menara Petronas. Oalaaaah..ternyata Suriah itu bagian dari Menara Petronas toh. Dodol banget, Iboy!!

Lihat harga masuk Petronas bikin saya jiper. Doh mahal amirrr!! 50 RM. Ogah dah! Seharga bis ke Hatyai, Thailand bok. Skip lah. Foto-foto dari luar saja.

Karena eh karena saya sendirian saya jadi bingung gimana caranya mau foto di depan Petronas? Mau nggak mau harus minta tolong orang lain memotokan saya.

Saya duduk di taman depan Menara Petronas. Ada sih beberapa bule backpacker yang juga asik foto-foto Petronas. Tapi kok dia nggak mau foto dirinya di depan Petronas sih. Wooii.. minta tolong gw dong untuk ambil foto lo di depan menara kembar. Ntar elo fotoin gw balik. Eeeehhh, enggak lho. Si bule ngeloyor kabur tuh abis mengabadikan menara kebanggan orang Malaysia itu.

Mau nggak mau saya harus menunggu orang yang tepat. Damn, kenapa ujung-ujungnya saya malah minta tolong sama segerombolan orang India yang lagi asyik-asyik foto dengan latar belakang Petronas. Untung baik ya, salah satu dari mereka mau fotoin saya. Alhamdulillah.

Mejeng di depan Menara Kembar Petronas
Puas foto-foto, saya kembali ke dalam Mall. Niatnya mau cari dompet koin untuk menyimpan uang receh dan memudahkan ketika digunakan. Tapi nggak nemu. Segeralah menuju Terminal Pudu Central untuk melanjutkan perjalanan ke Hatyai Thailand.

Untuk mencapai Pudu, saya kembali harus menggunakan LRT dari KLCC. Nah, perlu transit nih di Masjid Jamek dan kemudian naik LRT ke Pudu Central. Dari Stasiun LRT menuju terminal Pudu, tinggal ngesot lima menit sampai.

Tanpa Babibu, saya langsung cari tiket bis ke Hatyai. Loket penjualan tiket ada di lantai tiga. Satu ruangan itu isinya loket berbagai macam bus. Kalau bingung, ada meja informasi yang bisa dimanfaatkan. Kayak saya, saya bingung cari Alison Coach Bus tapi nggak nemu-nemu akhirnya meminta bantuan Pakci di meja informasi. Dia mengarahkan saya untuk membeli tiket di counter Sri Maju.

Nyaman banget kan kelihatannya Terminal Bis Pudu Central ini?
Saya beli tiket Bis tingkat yang 5 RM lebih mahal dibandingkan bis biasa. Saya pengen nyoba, bedanya naik bis di lantai dua dan di lantai satu apa.

Tiket sudah dibeli, sayapun menunggu di depan counter bis. Tiba-tiba Pakci yang menurut taksiran saya berumur 40 tahunan mendekati saya. Ngajakin ngobrol, tanya macam-macam dan ujung-ujungnya ngajakin makan di lantai empat. Sebenarnya sih lapar. Tapi yaa.. saya agak males nih sama si Pakci. Jadi saya tolak permintaannya. Saya malah turun ke bawah dan cari cemilan.

Bis bakal berangkat 22.00. Daripada mati gaya yaaaa, saya memutuskan untuk membeli majalah Marie Claire Malaysia seharga 7,9 RM. Lumayan lah punya hiburan daripada bengang-bengong dan kesambet setan Malaysia.

Malam hari di depan Pudu Central
Jam sepuluh lewat bis akhirnya datang. Ternyata bisnya ada di luar terminal. Jalan beberapa menit untuk sampai bisnya. Saya langsung naik ke atas bis dan mendapat kursi besar nan nyaman. Aaaah, 50 RM terbayar dengan kursi empuk dan luas, sandaran kaki dan sehelai selimut.

Perjalanan ke Hatyai akan penuh kenyamanan.



Pengeluaran Hari Pertama:

1. Makan KFC 8,6 RM
2. Sky bus        9 RM
3. Mineral water       1,70 RM
4. Fotokopi Paspor       1,20 RM
5. Tiket LRT-KLCC      1,60 RM
6. Tiket LRT- Pudu       2,40 RM
7. Tiket Bus Hatyai       50 RM
8. Snack Udang+ Susu   3,6 RM
9. Dompet kecil       2 RM
10. Majalah       7,9 RM
==================================
Total             88        RM

Comments

  1. saus cabe kfc/ mc.d paling enak emang di indonesia doang.
    hmm petronas bayar ya boy? dulu gw gratis dan setau gw emang gratis. lo dateng pagi2, ngantri deh.
    lanjutkan ceritamu, nak! ;)

    ReplyDelete
  2. aku tunggu cerita selanjutnya, boyke!!

    ReplyDelete
  3. Wow boyke.. Beneran going solo yaaa,, cool!!

    ReplyDelete
  4. whahahahaha lucu amat blg lu ^^ ngakakkk gw bacanya ,,,mhahahahaaa

    ReplyDelete

Post a Comment