Get Well Soon, Daddy

Semalam, pulang dari liputan, hanya Ibu yang masih terjaga. Saat saya tiba di rumah dengan membawa sebungkus nasi goreng favorit saya, Ibu sedang asyik menonton drama seri Korea.

Pertanyaan pertama saya kepada Ibu adalah menanyakan hasil pemeriksaan dokter terhadap bapak saya.

Bapak saya, atau saya lebih sering memanggilnya dengan sebutan Babeh itu sudah delapan hari sakit.

Senin pekan lalu, kondisi kesehatan beliau mendadak menurun. Suhu tubuhnya meninggi dan beliau tampak lemah.

Kalau Babeh sakit, terlihat sekali perubahannya. Tubuhnya mendadak mengurus dan wajahnya sayu.
Saya dan Bapak saya beberapa waktu lalu

Babeh, sebagai orang yang paling cerewet soal kesehetan, langsung memeriksakan dirinya ke dokter. Tak jelas diagnosanya apa. Beliau hanya diberi obat.

Setelah tiga hari, kesehatan Babeh tidak kunjung membaik. Beliau masih saja lemas. Berhari-hari hanya menghabiskan waktu di tempat tidur.

Kemarin, Babeh memeriksakan diri ke Rumah Sakit Fatmawati. Hasilnya... Cukup mengejutkan.

Ibu mengatakan, berdasarkan hasil USG, prostat Babeh membengkak. What?? Prostat?? Saya pernah dengar tapi tidak mengetahui secara pasti soal pembesaran prostat itu.

Menurut Ibu, Babeh sudah diberi obat oleh dokter. Dalam beberapa hari ini akan dilihat apakah obat-obatan tersebut memberi dampak positif untuk pembengkakan prostat tersebut.

Tadi pagi, sebelum berangkat kerja, saya tanyakan langsung hasil pemeriksaan di Rumah Sakit Fatmawati.
Beliau menyembunyikan penyakitnya. Beliau bilang belum ada hasilnya. Yaaa.. Yaaa... Dasar orang tua. Nggak mau membuat anaknya khawatir.

Saya pastinya sedih. Nggak suka melihat salah satu anggota keluarga saya sakit terutama kedua orang tua saya.

Dua kali saya menyaksikan Ibu kesakitan. Ngeri. Bawaannya pengen nangis kalau ingat dua kejadian itu.

Kejadiannya waktu saya kuliah. Ibu didiagnosa menderita penyakit hati (liver) oleh dokter. Tubuhnya menguning. Serem bangeeeet, apalagi saya banyak dengar cerita kalau penyakit kuning bisa menyebabkan kematian. Hiiiih..amit-amit.

Alhamdulillah, setelah seminggu menjalani pengobatan, kondisi kesehatan Ibu membaik. Hanya saja, penyakit Ibu itu bisa kambuh mendadak kalau Ibu sudah mulai stress.

Kalau Ibu sudah stress dan banyak pikiran, pasti badannya akan demam dan kejang. Makanya, saya jaga banget kondisi kejiwaan Ibu supaya jangan stress dan banyak pikiran.

Tapi yaaa, kadang-kadang diri saya sendiri yang menjadi penyebab Ibu stress. Kalau sifat buruk saya sudah muncul (manja, ngambek), Ibu pasti pusing deh. Maafin, Kiky ya Ibu *peluk*

Nah, kejadian kedua yang bikin perasaan saya hancur lebur adalah pada saat perayaan Idul Adha empat atau lima tahun lalu.

Ibu yang memang selalu super heboh di setiap hari raya, saat itu tengah memasak pisang goreng. Saat sedang memasak, Ibu terpeleset dan tangannya masuk dalam kuali berisi minyak panas.

Ibu histeris. Teriak-teriak kepanasan sembari menangis kejar. Saya kaget dan cuma bisa terdiam. Ibu yang kepanasan kemudian masuk kamar mandi. Ia jongkok di bawah keran air berjam-jam lamanya untuk meredakan panas yang membakar tubuhnya.

Saya melihat Ibu di bawah pancuran menangis sesegukan, menggigil dan histeris.

Miris banget. Mau nangis jadinya :(

Ya Allah, semoga kejadian semacam itu nggak terjadi lagi terhadap dua orang tua saya tersebut.
Ya Allah, angkatlah segala macam penyakit dari kedua orang tua saya. Sembuhkanlah segera Bapak saya dari penyakit yang dideritanya sekarang.

Amin. Amin.

Get well soon, Daddy.

Comments

  1. Ibbooyyy... ayoo ayahnya dirawat jgn sering main2 ajaa.. hihihiii.. semoga ayahmu baik2 saja yaa.. He'll be just fine.. Cemunguuddhh..

    ReplyDelete
  2. Makasih distaaa... pasti akan dirawat :)

    ReplyDelete

Post a Comment