Going Solo: Selamat Datang di Penang

Saat membuat itenerary, saya sama sekali tidak berpikir untuk mengunjungi Penang. Sampai, Mas Billy wartawan senior Kompas menyarankan saya untuk mengunjungi kota yang menjadi destinasi favorit orang Medan untuk berobat. 

Mas Billy juga menyarankan saya untuk ke Malaka. Akan tetapi, karena waktu yang tidak mencukupi, akhirnya saya hanya mampir ke Penang. 

Sudut kota Penang. 
Hatyai- Penang saya tempuh dalam waktu lebih dari empat jam. Agak lama karena banyak tetek bengek saat masih di Hatyai. Minivan berputar-putar untuk mengambil penumpang dari berbagai tempat travel.

Minivan hari itu lumayan sepi. Di bangku belakang yang normalnya diisi tiga orang, hanya diduduki oleh saya seorang. 

Sebelum benar-benar berangkat, supir minivan memalak kami sebesar 10 Bath. Saya sih sudah baca review dari teman-teman sesama blogger yang melakukan perjalanan dari dari Thailand ke Malaysia. Supir pasti meminta 10 Bath yang katanya untuk mengurus imigrasi. 

Tadinya males ngasih. Memang sejak kapan lewat gerbang imigrasi harus bayar? Ilegal itu. Pungutan liar.Korupsi kecil.


Bekas Balai Kota Penang
 Tapi ya sudahlah yaaa... saya bayar aja. Cuma 3000 perak doang. Namun saya tetap penasaran, sebenarnya buat apa sih uang 10 bath itu???

Dan saat melewat gerbang imigrasi Malaysia, pertanyaan saya ini terjawab.

Di pintu imigrasinya sih nggak bayar kawan. Tapi, lewat gerbang imigrasi, minivan distop oleh polisi. Nah, supir harus turun. Senyam senyum ke Pak Polisi, ngobrol basa-basi dan di situlah sepertinya fungsi uang 10 bath tersebut.

Ngomong-ngomong soal imigrasi, saya suka dengan orang imigrasi di Malaysia. Ramah-ramah. Mereka suka mengajak ngobrol wisatawan asing yang ingin masuk ke negara mereka. Saya pun diajak ngobrol. Ditanya tujuan saya ke Penang.

Bekas Balai Kota Penang
"Rizky hendak ke kota apa nih?" tanya petugas Imigrasi.
"Penang," jawab saya.
"Sekolah di Penang?" tanya dia lagi.
"Nggak. Saya mau ketemu teman," jawab saya masih sabar.
"Teman atau pacar nih?" goda dia.
"Teman," kata dia.
"Tidak punya pacar?" haduuuuhhh... banyak ngemeng lo! Untung situ ganteng mas. Kalau enggak sudah pasti saya jutekin.
Pas setelah pertanyaan itu, pemeriksaan paspor selesai. Saya pun kabur masuk kembali ke minivan.


Di Penang, saya janjian kopi darat dengan seorang teman yang saya dapat dari milis Backpacker dunia. Namanya Mba Lily. Di waktu yang sama, Mba Lily juga sedang mengunjungi Penang.

Saya rencananya mau numpang naruh tas dan kalau bisa nginep di apartemen yang disewa Mba lily. Pegel banget lho bawa tas backpack. Jadi pikir saya, sewaktu muter-muter di Penang, saya nggak perlu lagi membopong tas ini.

Saya diturunkan di Komtar. Sebuah mall yang menyatu dengan stasiun bis. kayak Blok M Square  dengan terminal Blok M.

Gereje St George
 Di situ ada beragam macam bis menuju destinasi kita. Saya tadinya mau ke tempat Mba Lily. Tapi kok ya lebih tergoda untuk main ke George Town yang oleh orang Penang disingkat jadi Jetty.

Apalagi bis keliling Jetty gratisan. Namanya Cat Shuttle Bus. Disediakan khusus berkeliling kota yang masuk dalam list UNESCO Wolrd Heritage Site. Kalau naik bis, bisa kena dua sampai tingga ringgit.

Setelah makan di emperan Komtar, yaitu Mie Goreng dan Teh tarik, saya langsung mengejar bis gratisan. Agak lama sih bis ini lewatnya. Tapi peminatnya banyak banget.

 Sampai di Jeti, kita langsung disuguhi pemandangan kota tua Inggris. Bangunan-bangunan jadul yang masih terwat dengan BAIK oleh pemerintah.

Pikiran saya langsung teringat pada Kota Tua. Ya, George Town persis kota tua dalam versi yang lebih terawat.

Coba kalau Dinas pariwisata Pemprov DKI dari jaman Baheula mengurus kawasan Kota Tua dengan baik. Gedungnya dibersihin, dipercantik, dihias dengan lampu, dan orang-orang dilarang pipis semabarang, Kota bisa jadi masuk ke Unesco World Heritage Site juga.

Yang menyenangkan dari jalan-jalan di antara gedung tua di George Town adalah udaranya sejuk dan tingkat polusinya nggak separah di Jakarta.

Mobil pribadi jarang-jarang banget lewat. Motor cuma satu dua yang melintas. Orang-orang di George Town lebih suka jalan kaki atau naik bis. Ini harus dicontoh lagi sama Indonesia.

Kebanyak gedung tua di sini tidak dibiarkan kosong melompong. Kebanyakan  difungsikan sebagai kantor pemerintahan.
 Misalnya saja bangunan tua bekas balai kota Penang di jalan Syed Sheikh Barakbah yang dibangun tahun 1903 sekarang menjadi gedung Majlis Perbandaran Pulau Penang.

Tempatnya megah banget. Ya iyalah, Pemerintah Inggris jaman jebot dulu menghabiskan uang sebanyak ratusan ribu dollar. Terlebih di malam hari karena di setiap sudut bangunannya diberi lampuyang cantik membuat siluet gedung. Silahkan Bang Foke tiru ide ciamik ini.

Di sekitar situ banyak bangunan tua lainnya yang wajib hukumnya dilihat-lihat, difoto-foto dan dipelajari sejarahnya.

Puas cuci mata di George Town saya menuju ke Halaman tikus untuk menemui Mba Lily.
 Huhuhu, sayangnya saya nggak berhasil menemukan tempanya Mba Lily. Sudah tiga kali berputar-putar di tempat yang sama, sudah tanya sekeliling, sudah minta bantuan polisi tapi nggak ada yang tahu lokasi apartemen Mba Lily.

Saya ngabarin Mba Lily lewat telponnya dan bilang lain kali mudah-mudahan berjodoh ketemuan lagi (kalau bisa di luar negeri sih).

Ini Cat Shuttle Bus gratisan muter-muter Jetty
 Kembali ke Komtar. Saya beli tiket bis ke Kuala Lumpur di sebuah travel. 35 RM untuk perjalanan pukul 12.00 ke Kuala Lumpur.

Karena bisnya luaaar biasa lama, saya putuskan untuk sekali lagi mengunjungi George Town. Di malam hari, perjalanan ke Jetty pasti sensasinya berbeda.

Pasar dekat komtar
Saya nggak turun dari bis. Cuma melihat dari bis saya pemandangan George Town. Pas bis berhenti di Penang Port, saya sempatkan berputar di daerah sekitar. 

Balik ke Komtar, saya mati gaya. Batere handphone saya sudah hampir habis. Saya minta ke tukang travel. Seorang pria tambun sepertinya berdarah Arab untuk mengijinkan saya mencharger handphone. 

Saya ngajak dia ngobrol hal-hal standar. Dia pun mengajukan pertanyaan standar. Sendirian? Mau kemana? Masih sekolah? dan lain-lain. 

Jalan sekitar Komtar di malam hari
 Dia sok-sokan merendah bilang kalau dia nggak berpendidikan, miskin, dll. Tapi ternyata..bangke nih orang. Lulusan UK doiiii. Menurut cerita dia, dia terpaksa jagain warung peninggalan bapaknya (yeah whatever deh).  Terus dia bilang jadi enterpreneur itu lebih enak dibandingkan jadi karyawan. Duitnya lebih banyak, kata dia. Oke deh kakak :)

Pukul sebelas, si pakci harus tutup toko. Saya diminta pindah ke toko depan untuk menunggu bis. Dia bilang jam 12 bisnya akan tiba.
Menu makan malam saya; Tom yum

Tapi, jam 12 lebih bisnya belum kelihatan muncul. Matiiii.. gw panik!! Gimana ini? Ditipu kah gw??? Nah, mata berkaca-kaca lagi nih. Malahan satu butir air mata sempat jatuh membasahi pipi ini.


Chef dan pelayannya sibuk ngurusin pesanan
Akhirnya gw nanya ke toko yan juga biro travel itu. Saya dikasih solusi untuk naik bis lain ke Kuala Lumpur. Tentunya saya nggak perlu bayar lagi. 

Pengeluaran hari keempat:

Minivan  : 450 bath
Thai tea : 120 bath
Imigrasi :   10 bath
==============
Total   :  580 bath

Makan siang  : 4,5 RM
Sandal           : 10 RM
Angkot          : 4,4 RM
Makan          :  5,9 RM
Bis                :  35 RM
Minum          :  1,3 RM
Roti              :  2,4 RM
Milo             : 2,1 RM
=================
Total            :  65,6 RM

Comments

  1. iboooyy.. kamera kamyuu apa sih? edit potonya pake apaan? cakep deh... :D

    ReplyDelete
  2. kamera aku cuma sony butut kok meih..

    ReplyDelete
  3. saya juga pernah melewati perbatasan sadao-changloon bukit kayu hitam by bus & tidak dikenai pungli. Seathu saya memang kalau pakai minivan kita kena pungli tetapi kalau pakai bus Insya Allah tidak. Saya juga selalu pakai bis free CAT shuttle untuk city tour goergetown, meskipun nunggunya lama tapi tak masalah yang penting gratisan he he salam kenal

    ReplyDelete

Post a Comment