Mengencingi Semua Situs Internet

Mengencingi semua situs internet. Istilah itu milik Abang saya untuk menyebutkan bahwa dirinya mempunyai akun di seluruh website di internet. Si abang ngomong seperti itu jaman saya masih cupu, gaptek dan nggak melek sama internet. Sementara dia dulu, sebagai anak IT sudah khatam dunia maya.

Sekarang saya dengan bangga (Biasa aja sih sebenarnya) bisa mengatakan bahwa saya sudah mengencingi seluruh situs yang ada di internet. Sebut aja nama websitenya, saya pasti sudah punya akun di situ. Mulai dari email, sosial media sampai laman blog ada nama saya.

Apalagi sejak punya siPatokaan, nama gadget terbaru saya. Jejaring sosial yang saat ini sedang happening seperti Path dan Instagram sudah saya coba.
pic from here


Tapi ya gitu, anget-anget tai ayam. Awal-awalnya seru tapi lama-kelamaan bosan seiring dengan kehadiran sosial media yang jauh lebih inovatif. Semacam Friendster yang jaman saya SMA begitu digandrungi, tapi menghilang setelah Mark Zuckerberg memperkenalkan Facebook.

Padahal kalau diperhatikan secara seksama, inti dari semua jejaring sosial itu adalah memamerkan (atau menunjukan) apa yang ada di pikiran kita, apa yang sedang kita lakukan, apa yang sedang kita rasakan melaui kata-kata, foto dan musik.

Saking samanya poin dari jejaring sosial ini, sekarang malah satu jejaring sosial dengan lainnya bisa diintegrasikan. Jadi, jika kita update status di Path bisa di-share sekaligus ke Facebook maupun Twitter. Nggak perlu repot lagi tuh update di masing-masing jejaring sosial.

Jadi bedanya apa dong? Dari segi fitur kayaknya sama semua. Di Facebook kita bisa update status, foto, share musik, klip, check in lokasi. Di Twitter hampir sama. Di Path juga demikian. Nah, untuk Path dia lebih inovatif karena kita bisa tahu siapa yang berkunjung ke akun kita.

Perbedaan lainnya adalah dari sisi subjektivitas pemain jejaring sosial. Kita lebih memilih twitter misalnya karena suka dengan kesederhanaan tampilan laman yang hanya berupa kotak-kotak lini masa berisi 140 karakter. Tidak seheboh Facebook yang penuh dengan gambar, video, link dan aplikasi permaianan.

Ada pula yang membuat klasifikasi jejaring sosial A untuk apa dan jejararing sosial B untuk apa. Misalnya yaaa.. Saya mengutip artis Acha Septriasa yang bilang kalau twitter dia pakai untuk berinteraksi dengan fans sementara Path untuk berhubungan dengan keluarga dan sahabat.

Kalau saya nggak menambatkan diri pada satu jejaring sosial. Saya bakal frekuentif membuka satu jejaring sosial manakala saya punya tujuan tertentu. Contohnya stalking dan cari perhatian gebetan.

Jika saya dan gebetan saya berteman di Facebook, maka saya akan rajin buka Facebook, rajin update status, upload foto dan musik. Tujuannya biar si gebetan mendapatkan informasi soal sosok kita (ini kalau si gebetan ngeh dengan update status kita. Kalau nggak, ya derita lo deh).

Jejaring sosial lainnya, misalnya twitter, biasanya tempat curhat singkat. Untuk meluapkan segala macam perasaan yang ada di hati dan pikiran. Kalau nggak mau diprotes selini masa, sebaiknya kalau mau curhat di jam-jam sepi, yaitu tengah malam. Tapi sebenarnya kalau siang-siang atau pagi mau galau-galauan juga nggak dilarang sih di twitter. Toh itu akun kita, terserah kita dong mau update soal apa. Yang nyinyir dan terganggu dengan twit kita silahkan unfollow atau mute.

Saat ini saya masih aktif di Facebook, Twitter, Path (udah mulai bosen) dan Instagram (khusus posting foto dan aplikasi foto editornya lucu-lucu). Jejaring sosial lainnya sudah saya tinggalkan.

Untuk blog, yang masih sering saya isi adalah Blogspot. Semenatara Multiply, Tumblr dan Wordpress terpaksa dianggurin. Apalagi sekarang Multiply sudah berubah menjadi tempat belanja online.

Untuk chat, saya memakai yahoo dan skype. MSN karena sering bermasalah saat login jadi saya pensiunkan. Email, saya setia pada Gmail dan Yahoomail.

Sebagaimana filosofi mengencingi. Kita datang ke tempat kencing, membuang air seni, kemudian meninggalkannya.

Demikian juga dengan situs di internet. Kita buat akun kemudian ditinggalkan mati suri.

Ya mau gimana lagi, kalau nggak mau ditinggalkan ya harus terus berinovasi. Jangan kalah dengan situs lain yang mempunyai fitur yang jauh lebih menarik perhatian. Begitulah seleksi di dunia maya.

Comments