Menjelang Hari Inspirasi

Saya ingin mengabadikan setiap kegirangan, kecemasan saya menghadapi Hari Isnspirasi, 20 Februari nanti. Banyak kejadian menarik saya alami menjelang hari dimana saya akan bercerita tentag profesi saya di depan anak SD Bibis Wetan Solo. Teramat sayang jika tidak dituliskan di blog ini.

Setelah mengetahui saya lolos seleksi Kelas Inspirasi di Solo, saya mulai mencari tahu apakah ada relawan asal Jakarta yang akan bertugas di Solo. Ternyata ada 15 orang. Panitia Solo menyarankan kami untuk berkomunikasi mengatur keberangkatan kami ke Solo. Jika bisa bersama ke Solo, tentunya lebih baik.

Beberapa relawan asal Jakarta mulai saling menghubungi. Menurut saya, daripada komunikasi hanya antar orang per orang, ada baiknya jika kominikasi tersebut disatukan dalam satu wadah. Saya berinisiatif mengirimkan email kepada seluruh relawa Jakarta. Dari 15 orang, hanya sembilan yang merespon.

Dari perbincangan di email, kami akhirnya membuat grup di whatsapp. Belum sehari dibuat, grup whatsapp ini sudah ramai riuh rendah mengobrolkan keberangkatan. Berawal ngobrol soal Kelas Inspirasi berujung pada rencana-rencana jalan-jalan dan wisata kuliner di Solo. Tujuan utama untuk mengajar sempat teralihka sih gara-gara teman-teman relawan jauh lebih excited ketika membicarakan kuliner Solo yang menggoda selera.

Komunikasi via whatsapp dengan relawan Jakarta ini setidaknya membuat saya lebih mengenal mereka. Saya bisa menerka-nerka karakter mereka dari caranya mengirim pesan. Mba Ochie yang sudah pasti talk active, Mas Aang yang cenderung pendiam, Mas Sano yang suka curhat colongan dan Mas Fahmi yang terdengar seperti anak gaul.

16 Februari seharusnya seluruh relawan Kelas Inspriasi Solo mengikuti briefing. Akan tetapi, karena beberapa alasan, akhirnya relawan di Jakarta tidak semuanya bisa ikut briefing. Kalau tidak salah hanya ada tiga orang berangkat ke Solo untuk briefing, yaitu Mas Aang, Mba Tatie dan Mba Merry.

Sebelum mereka berangkat ke Solo, kami mengadakan pertemuan. Kopi darat di Pejaten Village. Ada Mba Ochie dengan putrinya Lala, Mas Aang dan istrinya, Mas Fahmi, Mas Sano, Mba Merry dan saya. Kami membayangkan bagaimana nantinya ketika mengajar di depan anak-anak SD di Solo. Selebihnya, kami membicarakan lagi-lagi soal jalan-jalan dan makan-makan. Oh ya juga soal pekerjaan masing-masing.

H-4, hari workshop. Whatsapp kembali ramai dengan cerita Mba Tatie dan Mas Aang soal  briefing. Mas Aang menjelaskan hasil briefing selengkap-lengkapnya kepada kami. Tapi, lagi-lagi setelah menjelaskan soal materi briefing, Mas Aang mulai bercerita atau lebih tepatnya pamer soal kuliner Solo. Aaah, saya kepingin buru-buru menginjakan kaki di Solo.

Oh ya, karena Hari Inspirasi semakin dekat, saya mulai menyiapkan peralatan yang akan saya pakai saat mengajar nanti. Mengapa harus pakai peralatan? Karena murid yang kami hadapi berusia enam hingga 12 tahun. Jadi mereka akan sulit menerima hal-hal abstrak. Kami harus menjelaskan atau menunjukan sesuatu yang kongkrit dan sederhana mengenai pekerjaan yang kami lakoni.

Rencananya, saya akan memperlihatkan video, foto kegiatan saya sebagai reporter. Saya juga mau mengajak anak-anak itu untuk menulis artikel sederhana. Beberapa karton, kerta warna-warni, spidol, lem, pita  sudah saya beli untuk simulasi menulis artikel.

Selasa, 19 Februari saya akan terbang ke Solo. Sehari kemudian saya akan membagi kisah perjalanan karir saya sebagai reporter kepada adik-adik di SD Bibis Wetan, Solo. Semoga mengajar yang hanya sehari ini bisa memberikan inspirasi selamanya.

Semangaaaaaaattt!!!

Comments