CAKRA

Rutinitas yoga minggu pagi di Taman Suropati semakin menarik. Tiap pekannya selalu ada hal-hal seru yang terjadi di sana.

Minggu lalu, kami diajar oleh Mas Akhlis Purnomo, pria dengan tubuh super elastis. Pagi itu ia terpaksa menjadi pemandu yoga lantaran guru-guru lain berhalangan hadir.

Pose-pose yoga yang dipraktekan Mas Akhlis sesungguhnya sama dengan guru-guru lainnya. Namun, di tangan Mas Akhlia pose-pose tersebut tampak menyiksa. Sebabnya, Mas Akhlis selalu memberikan hitungan yang lambat. Hitungan satu ke dua, bisa berdurasi semenit. Akibatnya, tubuh saya pegal-pegal pasca yoga.

Itu pekan lalu. Minggu ini jauh lebih menyenangkan. Guru tamunya cantik. Wajah dan tubuhnya bercahaya. Auranya juga terasa positif. Namanya Mba Telma. Ia adalah guru di sanggar yoga Kamaratih Kemang.

Mba Telma dengan energi positifnya mengajak kami melakukan yoga dengan riang gembira. Ia selalu meminta kami tersenyum saat beryoga.

Teknik mengajarnya menyenangkan. Ia tidak ngoyo memaksakan seluruh gerakan dilakukan dalam tempo cepat. Setiap satu pose selesai, kami diberi bonus istitahat (child pose). Ia pun selalu bertanya tentang kondisi kami pasca melakoni satu yoga pose.

Kegembiraan memuncak saat Mba Telma mengajarkan kami cara mengembalikan energi yang terkurang selama satu jam yoga. Caranya di luar dugaan. Kami dibebaskan untuk menggerakan seluruh tubuh. Gerakan yang dicontohkan Mba Telma persis seperti gaya joget di lagu Happy milik Pharrel William.

Seluruh peserta Yoga Gembira lantas bergoyang sesuka hati. Senyum dan tawa mewarna wajah kami.

Usai yoga, Mba Telma mengenalkan kami dengan cakra. Beberapa waktu lalu, saat yoga bersama artis Anjasmara, ia mengenalkan saya kepada Cakra. Namun saat itu saya sama sekali tidak bisa memahami apa itu cakra. Penjelasan Anjasmara terlalu absurb. Hanya sekedar warna-warna dari setiap cakra.

Penjelasan Mba Telma tentang cakra lebih mudah dicerna. Terdapat tujuh cakra yang menyebar mulai dari ujung tulang ekor hingga kepala. Masing-masing cakra memiliki fungsi. Cakra kedua yang terletak di bagian alat kelamin merupakan simbol kreativitas. Atau cakra di bagian jantung yang melambangkan kasih sayang.

Ketujuh cakra harus dijaga keseimbangannya. Tak boleh terlalu kuat atau terlalu lemah. Nah, fungsi dari yoga inilah sebagai penyeimbang cakra.

Mba Telma mencontohkan apabila cakra di bagian jantung terlalu kuat, maka hal itu bisa menyebabkan orang-orang yang kita sayangi justru menjauh.

Pembahasan cakra berlanjut di warung tenda depan Masjid Sunda Kelapa. Sudah menjadi rutinitas, untuk sarapan di Sunda Kelapa sehabis yoga.

Awalnya Mas Arik bertanya ke kawannya Mas Yudi (alias Bli Wayan) untuk memaparkan soal cakra dalam bahasa sederhana. Mas Yudi yang memang sudah lama melakoni yoga lantas memberi penjelasan soal cakra. Saya lupa detail cerita Mas Yudi. Saya takut salah informasi. Lain kali saja, soal cakra saya tuliskan secara mendalam (mungkin harus melakukan riset terlebih dahulu).

Setelah mendengarkan Mas Yudi, muncul seorang kawan. Ia pun terlibat dalam pembicaraan soal cakra. Mas yang saya lupa namanya itu lalu memberitahu bahwa salah satu peserta yoga ada yang mempunyai kemampuan melihat cakra. Menurut Mas itu, kita nanti jadi tahu cakra mana yang berlebihan, cakra yang kurang. Dengan mengetahui itu, kita akan melatih pose-pose yoga untuk memaksimalkan cakra yang kurang.

Saya penasaran dan tertarik mencoba. Ingin tahu cakra terkuat dan terlemah. Kalau boleh sok tahu, cakra nomor dua saya sepertinya berlebihan :))))))

*ditulis saat kereta berhenti di Brebes, dalam perjalanan menuju Bromo*

Comments