Drama Menuju Belanda

Boarding room sebelah. Lain kalilah main ke Madrid!

Yaaaayy... hari ini, 10 Maret 2016, Rizky Amelia alias Kiky punya waktu (ralat: MOOD!!) untuk menuliskan petualangannya di Eropa!! Kuatkan niat, siapkan cemilan! Yuuuk dimulai ceritanya.

Saya bawa pembaca yang budiman untuk mundur ke tanggal 30-an. Di tanggal itu, saya sudah selesai packing. Dua buah ransel siap menjadi teman menjelajah negeri biru. Ransel hitam kecil yang saya pakai untuk menyimpan benda berharga seperti uang, paspor, kamera dan lain sebagainya. Ransel ini akan saya bawa ke kabin pesawat. Satu lagi ransel 100 liter yang dibeli dari Mas Billy. Isinya semua baju hangat dari Uniqlo  beserta titipan-titipan mulai dari kremesan (titipan Feba), kopi Indocafe (titipan Mima) dan CUCUR (spesial dibeli di Pasar Lenteng untuk emak saya selama di Belanda, Dain).

Saya deg-degan banget akan meninggalkan rumah selama lebih dari setengah bulan! Penerbangan saya ke Belanda nggak langsung dari Jakarta. Tiketnya lebih murah kalau jalan dari Kuala Lumpur.

Karena penerbangan ke Kuala Lumpur- Doha- Amsterdam pada tanggal 1 Februari dini hari, maka saya harus sudah berada di Kuala Lumpur sehari sebelumnya, yaitu tanggal 31 Januari. Untuk pesawat Jakarta- Kuala Lumpur, saya membeli Lion Air. Lagi-lagi pertimbangannya karena harganya yang murah. Sempat was-was sih saat memilih maskapai ini. Apalagi Lion terkenal betul sering delay. Sebagai antisipasi, saya memesan penerbangan siang hari. Jadi, se-delay-delay-nya si Lion, saya nggak akan ketinggalan penerbangan berikutnya ke Doha.

Alhamdulillah, Lion hari itu bersahabat banget. Delay tidak sampai 30 menit. Tapiiiii... saat menunggu boarding, di ruang tunggu, terjadi sesuatu yang bikin, nggak hanya saya, tapi juga seluruh calon penumpang kaget.

Saat itu, kami tengah menunggu panggilan untuk masuk ke pesawat. Keheningan pecah, saat kami mendengar adanya teriakan antara perempuan dan lelaki di pintu keberangkatan. Selain adu mulut, selanjutnya terdengar suara tubuh menghantam tembok. Gedebag, gedebug. Masih disertai suara teriakan dan kini rintihan perempuan.

Kami panik dan mencari tahu apa yang terjadi. Rupanya dua penumpang tujuan Singapura itu berkelahi. Dari hasil pengamatan saya, si perempuan meronta-ronta menolak permintaan si lelaki. Para petugas Lion Air turun tangan memisahkan keduanya. Kami sebelumnya hanya mendengar tanpa tahu dua sosok yang berkelahi tersebut. Keduanya kemudian menampakan diri setelah petugas Lion menyarakan agar mereka ke bagian Imigrasi. Keduanya tak diizinkan untuk naik pesawat tujuan Singapura.

Sesosok bapak bertubuh tambun merangkul perempuan muda berpakaian kasual (bahkan lebih mirip baju tidur) berjalan meninggalkan ruang boarding. Si bapak sempat nyeletuk, "Dia bingung." Sementara si perempuan nampak tak nyaman berada didekapan pria itu.

Syukurlah kejadian itu nggak menghambat penerbangan saya ke Kuala Lumpur. Karena Lion Air masuk golongan Low Cost Carrier, maka maskapai milik Rusdi Kirana inipun mendarat di Kuala Lumpur Internasional Airport 2 (KLIA2).  Bandara ini memang dikhususkan untuk maskapai kelas dua.

Saya tiba di KLIA2 sekitar pukul tiga sore. Inginnya sih jalan keliling-keliling Kuala Lumpur. Tapi saya khawatir jika saya keluar bandara, saya bisa ketinggalan pesawat ke Doha. Akhirnya, berjam-jam saya habiskan di KLIA2 dengan makan dan rebahan di satu ruangan yang disediakan oleh bandara.

Sekitar pukul 18.00 WIB, saya mulai memperhatikan papan pengumuman. Saya tidak menemukan nomor penerbangan saya. Panik sih enggak, cuma was-was aja. Saya akhirnya bertanya ke bagian informasi tentang hal ini. Dan ternyataaaa.... duh saya dodol banget.. Qatar Airways tidak berada di KLIA2. Ya iyalah!!! Qatar nggak termasuk low cost carrier!!!

Qatar bersama maskapai kece lainnya ngandang di KLIA. KLIA2 menuju KLIA bisa ditempuh menggunakan kereta seharga 2 Ringgir Malaysia. Cuma sekali stop aja. Daaaannn... ternyata kereta itu juga mempunyai rute ke pusat kota. Doh, tau gitu 10 jam saya nggak usah dihabiskan di bandara.

Fuiihh... saya pada akhirnya tiba di KLIA dengan selamat. Masih jam 20.00 saat itu. Masih lapar. Tapi apa daya, tadi cuma nuker duit Rp100 ribu ke Ringgit Malaysia. Untung ada kartu kredit yang bisa dipakai untuk beli cemilan macam kentang goreng dan orange float di McD (Jomplang banget. Di belahan dunia lain, si Anda lagi makan salad).  

Anteng menunggu check in, lagi-lagi saya disuguhi drama. Ya Allah, belum sampai Belanda harus mengalami dua kali drama. Jadi begini ceritanya. Tiba-tiba ada seorang pria Korea mengamuk, tentunya dalam Bahasa Korea. Saya sih nggak ngerti dia ngomong apa. Tapi dari gelagatnya sih, sodaranya Lee Min Ho ini sepertinya protes kepada seorang pria yang tidur selonjoran di kursi. Pria yang selonjoran itu bergeming aja dooong diteriakin. Tau menjadi pusat perhatian, si pria Korea digiring menjauhi orang yang masih aja asyik tidur. Setelah menjauh, tiba-tiba si pria bangun , petatang petenteng jalan mencoba mendekati Pria Korea. Belum lima langkah, si pria itu melepas sendalnya dan melemparkan ke si pria Korea.

Dhuaaaaaarrr... berantem lagi. Si pria Korea yang sudah siap adu jotos itu, dibawa bersembunyi. Si pria yang lempar sepatu, masih terus mencari. Bagaimana akhirnya... si pria pelempar sepatu akhirnya pulang. Kayaknya dia cuma numpang tidur di KLIA. Kentang yaaa book!!

Pukul setengah satu dini hari, counter check in Qatar akhirnya dibuka. Pas mengantri di check in kelas ekonomi, di sebelah saya ada pria bersama anaknya. Entah ada angin apa, si pria itu tiba-tiba push up di depan counter check in sebelah saya. Saya mensyukuri pemandangan indah ini. Mungkin semacam obat untuk mengurangi ketegangan akibat kejadian di ruang tunggu tadi.
penerbangan lama dan memutuskan untuk dengerin Backstreet Boys! 

Dan saya akhirnya terbang menuju Doha. Pesawat Qatar ini, buat saya nyaman banget. Secara pesawat kelas beginian yang sudah pernah saya naiki cuma Garuda, Cathay dan British Airways. Kursi nyaman, space untuk kaki lega, makanan enak dan hiburan dalam pesawatnya kece bangeeeet!!! Film-filmnya teranyar dan musik-musiknya terkini!! Dan karna maskapai dari negeri Timur Tengah, maka ada seksi musik berupa lantunan ayat-ayat Al- Quran. Subhanallaaaah.

Menjalani penerbangan lebih dari tujuh jam, saya akhirnya sampai di Hamad International Airport Doha, Qatar. Boook, gede bangeeet ini bandara. Nggak cuma menyediakan restoran, dutty free dan toko-toko lainnya, di sini ada instalasi seninya juga!! Mantaaap deh!

Yang bikin saya terkesima adalah sistem boardingnya. Kalau biasanya penumpang antri panjang untuk masuk pesawat. Di sini sebaliknya. Setiap penumpang akan dibagi dalam zona- zona. Pihak Qatar akan memanggil penumpang untuk masuk ke pesawat berdasarkan zona. Jadi yang zonanya belum dipanggil, bisa duduk anteng.
intsalasi seni (?) di Hamad International Airport

Satu lagi. Internet, baik di KLIA, KLIA2 dan HIA bikin kita nggak mati gaya! Kita masih bisa berhubungan dengan orang-orang tersayang dan pamer kegiatan selama di bandara. Luar biasalah!! Sesuatu yang sebenarnya ada di bandara di Indonesia, tapi belum maksimal aja. Soalnya pas saya pulang, saya coba internet gratis dari bandara dan koneksinya jelek amit-amitan!

Jakarta- Kuala Lumpur - Doha berhasil saya lalui dengan lancar. Bagaimana perjalanan saya menuju Schiphol, Amsterdam? Bersambung yaaa.....


Comments