Drama Menuju Barcelona



Melanjutkan postingan sebelumnya, saya dan Anda bersiap meninggalkan Paris yang.. Akhh.. Lupa ditulis kalau Paris itu pesing di beberapa sudut kotanya. Kejadian di Rotterdam membuat kami ekstra hati-hati. Biar nggak ketinggalan pesawat, maka empat jam sebelumnya kami sudah meninggalkan hostel menuju Charles De Gaulle, bandara utama di Paris (berasa ke Soekarno-Hatta, jauh dari pusat peradaban).

Banyak alternatif transportasi menuju bandafra. Kami pilih kereta karena lebih cepat dan dekat dengan hostel. Tiket seharga €11 bakal mengantar kami ke bandara. Sore itu, entah mengapa stasiun sangat ramai. 75 persen calon penumpang menggeret koper, yang artinya mereka menuju lokasi yang sama, yaitu bandara.

Saya dan Anda sampai di peron yang dimaksud. Chaos banget. Ada gerombolan orang yang mengerubungi satu orang. Keriuhan suara gerombolan bercampur dengan pengumuman melalui pengeras suara. Alhamdulillah, si Anda udah mahir bahasa Prancis jadi bisa mengira-ngira isi pengumuman tersebut.

Inti dari kekecauan di stasiun kereta adalah kereta tak bisa mengantar penumpang ke bandara karena ada demo yang menghalangi jalan. Kami diberi solusi untuk naik bis. Dan tiket yang sudah kami beli, nggak bisa dikembalikan. Padahal udah usaha untuk bisa mendapatkan €11 kembali. Alih-alih duit kembali, saya malah dibikin dongkol. Karena saat saya meminta refund, petugas di desk infromasi menjawab bahwa ia tidak bisa berbahasa Inggris dan dengan tidak sopan langsung menutup tirai.

Singkat cerita kami berhasil terangkut setelah perang urat syarat antara sesama penumpang. Ya bayangkan saja. Satu bis langsung diserbu oleh puluhan orang. Pintu tidak dapat tertutup yang artinya bis tidak akan jalan. Untung, mereka yang memaksa naik pada akhirnya mau legowo turun dan membiarkan bis jalan.

Bis penuh sesak, jalannya lambat. Dan bis itu sesungguhnya hanya akan sampai di terminal cargo 3, bukan ke terminal penunpang. Ternyata benar, lokasi bandara sangat jauh dari pusat kota. Semua orang panik karena mengejar penerbangan mereka.

Chaos pun kembali terjadi. Seorang pria protes ke supir yang sangat lambat membawa bis. Setelah protes si pria, alhamdulillah bis berjalan cepat menuju bandara.

Nah, kebetulan mas yang protes itu duduk di belakang saya. Saya curi dengar obrolan dia dengan penumpang lainnya. Jadi si masnya mau ke Madrid dan naik Air France. Begitu tau dia naik maskapai non low cost carrier, saya langsung ketawa dalam hati. Ya elah mas. Wong sugih kenapa ikut-ikutan naik bis begini. Naik taksi kali!!! Tapi bisa dimaklumi karna taksi langka dalam situasi semacam ini.

Alhamdulillah, kami akhirnya sampai bandara meski harus berlari-lari sekuat tenaga menuju terminal tiga. Dan kami bersyukur pihak maskapai sepertinya maklum banyak penumpang yang terlambat karena kelangkaan angkutan.

Alhamdulillah.. Drama menuju Barcelona berakhir bahagia.

Kiky


Comments

Post a Comment