Tangis Menuju Paris




Bonjour!!! Karena ceritanya bakal tentang Paris, jadi sok deh nyapa pake Bahasa Prancis. Sebenernya yaaa.. cerita tentang perjalanan saya dan Anda di Paris bisa dibaca di duagadismanis.com. Di situ lengkaaaaappp.. dari sudut pandang Anda dan saya.

Tapi.. tetap yaa kalau nggak cerita sendiri dan diposting di blog sendiri, rasanya gimana gitu. Hmm.. jadi bolehkah saya mulai sekarang?? Baiklah. Sebaiknya saya mulai dari rumah Dain.

Malam hari sebelum berangkat ke Paris, saya dan Anda kembali packing. Saya pindahin semua baju yang ada di carrier merah ke backpack hitam. Dilipat ulang supaya semuanya muat di backpack. Karena kebanyakan baju, jadi saya pisahkan barang-barang penting di tas lainnya. Sialnya saya nggak punya tas lainnya. Maka saya titipin buku, make up, kamera di tas selempang Anda. Nah, backpack saya diisi dengan baju dingin, external hard disk dan peralatan mandi.

Big day!! Yaaayyy.. excited!!! Paris boookk!! Siapa yang nggak bahagia mau ke Paris!!!! Karena kereta pagi, maka kami pun harus pergi pagi-pagi buta. Walaupun sistem transportasinya teratur, tapi tetap aja ada ketakutan kalau kami telat.

Semua barang udah nempel di badan. Plus besek dari Dain. Iyaaa. Dain udah bak emak-emak yang bekelin anaknya yang mau berpetualang. Kami dibekelin nasi, rendang dan ayam KFC (ilove you DAIN!). Supppeeeerrr bangeeet deh Dain!!!! Mayan boook, buat ngirit Euro.

Walau masih banyak waktu, saya dan Anda jalan cepat banget. Niatannya biasa bisa santai-santai di Rotterdam Central dan juga biar tubuh kami hangat. Sekali lagi.. semakin banyak bergerak maka akan semakin hangat tubuh.

Setelah jalan sampai stasiun Slinge, kami lanjut ke Rotterdam Central. Tiba di sana, saya nuker duit dulu. Maklum book, bawanya Dollar bukan Euro. Selesai nuker duit, kami langsung menuju peronnya Thalys. Ada kejadian aneh nih pas kami nyari peron. SMS yang dikirimkan Thalys soal nomor peron nggak sesuai dengan kenyataan di lapangan. Tanya sana-sini. Turun naik tangga samapai akhirnya kami menemukan peron yang tepat.

Kurang dari 10 menit lagi Thalys tujuan Paris akan melintas. Entah gimana ceritanya, saya mendadak mengingat sesuatu. Backpack saya nggak ada di punggung. Saya langsung cari di sekitar peron, namun nihil. Si backpack hitam nggak ada. Dalam pikiran saya, pasti ketinggalan di Money Changer. Saya meluncur turun ke tempat tersebut untuk mendapatkan kembali backpack tersebut. Sial, sudah lari terburu-buru, saya nggak bisa melintas pintu keluar karena tiket nggak terbaca. Mau minta bantuan ke petugas keamanan, eh masnya lagi sibuk ngeladenin mba-mba. Saya disuruh menunggu. Panik setengah mati karena  saya bisa ketinggalan kereta.

Selesai membantu mba-mba, saya ngacir masuk ke money changer. Celingak kanan kiri, saya nggak menemukan apapun. Sedih bukan main. Saya berjalan gontai keluar money changer. Di situ sudah ada Anda yang sama paniknya, dan langsung menyeret saya ke peron Thalys.

"Gue tahu. Backpack elo ketinggalan di kereta," kata Anda. Dia meyakinkan saya untuk maju terus melakukan Eurotrip tanpa backpack itu. Pasti ada solusi atas permasalahan ini.

Saat naik ke peron, saya masih belum menangis. Tangis saya pecah ketika kami sudah dalam perjalanan menuju Paris. Anda menjelaskan bahwa saya lupa untuk menggendong backpack yang saya buka ketika duduk di Metro. Dan saya pun ingat, saat masuk kereta, saya kepanasan. Satu persatu perlengkapan musim dingin saya copoti, termasuk backpack di pundak. Menurut Anda saat turun di Rotterdam Central, saya lupa menyandangkan kembali backpack tersebut.

Untuk mengusir rasa sedih, saya memutuskan untuk berdandan. Alhamdulillah peralatan dempul aman di tas selempang Anda. Lumayanlaaah.. acara dandan di dalam Thalys sedikit mengobati kesedihan saya. Sepanjang jalan, Anda memutar otak bagaimana cara saya bertahan dengan satu setel pakaian saja selama 15 hari bertualang di Eropa. Dan akhirnya dia putusin untuk share pakaiannya dengan saya. Makasiiih wahai sahabat kesayangaaaan!!!


Sekitar empat jam perjalanan Rotterdam-Paris, kami akhirnya tiba di stasiun kereta Gare Du Nord. Girang deh saya akhirnya menginjakan kaki di Paris. Destinasi kami setelah sampai Paris adalah hostel kece berat bernama Christoper. Cuma sekitar lima menit jalan kaki dari stasiun. Sebelum lanjut cerita hostel yang super recommended ini, saya mau berbagi kesan saat pertama kali tiba di Paris.

Jadii.. kesan pertama saya terhadap Paris, agak kurang baik. Kenapa? Karena banyak banget orang-orang yang berdiam diri di stasiun sembari ngeliatin gerak gerik orang. Entah saya ke-GR-an atau gimana, tapi diperhatiin begitu rasanya risih dan nggak aman. Curiga aja kalau mereka punya niat jahat terhadap kami.

Dan.. orang-orang semacam itu nggak cuma di dalam stasiun aja. Di luar stasiun nggak kalah banyak. Makin ngeri ih. Untung hostel cuma selemparan kolor dari stasiun, jadi begitu masuk hostel langsung merasa aman.

Balik lagi ke soal Hostel Christoper. Duh, kece lah untuk ukuran hostel tapi agak mahal sih. Kami tinggal di dorm untuk 4 orang. Harusnya sih kami dapet satu kasur di bawah dan di atas. Tapi pengunjung sebelumnya semena-mena main tinggal di kasur bawah. Jadilah kami berdua tinggal di kasur atas.

Tapi nggak masalah sih. Karna walaupun di atas, fasilitasnya lengkap. Ada colokan dan lampu tidur. Nggak lupa, biar tetap nyaman tidur mangap, ada tirai di setiap kasur. Kamar mandi OK. Lumayan lah kalau cuma mau numpang rebahan doang.

Nah, yang special dari hostel ini adalah sarapannya. To die for, kalau kata reviewer hostel ini. Ya iyalah gimana nggak to die for, kami sarapan di cafe di sebelah hostel. Interior kafenya unyuk dan tentunya sarapan berlimpah. Pilihannya banyak. Ada macam-macam buah, yogurt, susu, roti, ham, dan banyak lainnya. Jangan khawatir kehabisan, karena ada mba-mba yang bakal selalu memastikan tamu hostel kebagian sarapan. Saking berlimpahnya, saya dan Anda (dan juga tamu lainnya) ngambil buah untuk bekal di perjalanan. Buat ganjel kalau tiba-tiba lapar di tengah jalan. Sekali lagi, demi ngirit Euro.

Penjelajahan kami di kota Paris pun dimulai. Berdasarkan GPS, lokasi paling dekat adalah Champs Elysees dan Arc de Triomphe. Sekitar 20 menit jalan dari hostel (kalau nggak mampir sana-sini). Syeru banget jalan kaki di Paris. Mas-masnya ganteng-ganteng dan mba-mba Parisian ini.. Subhanallah cantik (make up-nya kece berats) dan stylish. Mereka benar-benar representasi kota Paris sebagai kota Mode. Salut laaah. Cuma yaa.. di antara mas dan mba kece, jalanan Paris agak kotor ya. Saya kan berharap Paris bersih kinclong tanpa cela. Ternyata masih ada aja lho sampah di mana-mana. Satu lagi yang berkesan tentang Paris adalah bangunannya. Tua tapi tetap terawat dengan baik.

Namanya juga petualang, jadi kami nggak terpaku dengan tujuan utama. Singgah sebentar ke beberapa lokasi yang sekiranya kece untuk difoto. Salah satunya Galery Lafayete! Karena kami berdua adalah kelas menengah ngehek, jadi cuma bisa keliling lihat-lihat. Tadinya mau beli kancut sih, tapi saya urungkan niat itu. Hahahaa...


Sebelum sampai Champs Elysees, kami tiba di alun-alun paling gede se-Paris. Concorde namanya. Gede banget!! Di situ ada taman, kolam dan Bianglala. Paris Flyer. Tanpa babibu, saya minta ke Anda untuk naik itu. Dengan 12 Euro, kita bisa menikmati kota Paris dari ketinggian. Lumayan lah tiga kali puteran, puas bisa lhat Eifel, Arc de Triomphe, Avenue Des Champs Elysees dan objek wisata lainnya dari langit.

Sementara saya menikmati Paris dari ketinggian, si neng Anda panik naik beginian. Saya dilarang banyak bergerak. Oiyaaakk.. rendevouz kami di Paris diiringi sebuah soundtrack unyu dari penyanyi Perancis. Namanya lupa. Anda yang inget.

Champss Elysees itu adalah jalanan yang di kanan kirinya berjejer pertokoan dan di bagian paling ujung terdapat monumen besar bak gerbang bernama Arc de Triomphe. Arc de Triomphe benar-benar majestic. Kalau ke Farish (hahaha.. You know what I mean yaa), wajib hukumnya foto di depan gerbang itu. Penanda kalau sudah pernah ke kiblat mode dunia.

Puas gegilaan foto di depan Arc de Triomphe, kami nyemil cancik di salah satu cafe. Niatannya mau nyobain crepes yang rasanya ternyata biasa ajaaa! Ya elaaah 4 Euro cuma jadi tai jigong!

Tujuan selanjutnya adalah Menara Eifel. Konon lambang kota ini paling cantik dinikmati di malam hari. Maka pergilah kami ke sana.  Beneran cakep sih si Eifel itu. Tapi pas difoto ngeblur sana-sini. Ya udah deh, akhirnya kita mamam cancik aja di sebuah restoran di sebelah menara Eifel.

Masuk hari kedua, jadwal kami adalah mengunjungi Museum Luvre dan sekali lagi mengagumi keindahan Eifel di siang hari. Kata Anda saya beruntung karena Luvre hari itu tak terlalu ramai, jadi nggak perlu berjam-jam mengantri. Anda yang sudah pernah ke sana menjadi guide saya. Seperti newbie lainnya, salah satu atraksi utama yang ingin saya lihat adalah lukisan Monalisa. Yaaaay.. excited bangeeet!!


Luvre ini kece berat lho. Gede banget. Hampir semua karya seni bersejarah ada di sana. Dari Perancis, Italia, Yunani sampai Asia juga ada. Bahkan sekarang ada seksi Islam, yang isinya informasi tentang sejarah Islam. Surga banget untuk pecinta seni dan sejarah.

Mau dikasih spoiler nggak soal Monalisa? Nggak usah ya. Lihat sendiri keindahan lukisan karya Leonardo Da Vinci ini.

Puas mengagumi karya seniman dunia, saya dan anda berjalan kaki menuju Eifel. Berdasarkan GPS sih nggak jauh tinggal jalan lurus sepanjang sungai Siene. Tapi pas dijalanin luar biasa jauh. Tapi enak kok. Worth it kok jalan kaki di Paris. Kaki boleh pegel, tapi mata dan perasaan segar.

Psstt... ini rahasia yang terpaksa diungkap ke publik. Salah satu destinasi wisata di Paris adalah Pont Neuf. Ini jembatan dimana pasangan kekasih dari seluruh dunia meletakan gembok sebagai simbol cinta kasih yang selalu terikat selamanya.


Karena posisi Pont Neuf bertentangan dengan arah menuju Menara Eifel, maka kami nggak ke sana. Tapi tenaaaang hampir semua jembatan di Paris sekarang dijadikan lokasi untuk meletakan gembok (lengkap dengan penjualnya, in case kalian lupa bawa gembok). Beruntung, saat melewati sebuah jembatan nggak jauh dari Louvre ada jejeran gembok yang terpasang rapi. Alhamdulillah ya, nggak perlu putar balik untuk foto di depan Pont Neuf. Di sini juga bisa.

Nggak punya gembok dan nggak modal beli, kami pun nggak mau melewatkan momen untuk menaruh bukti perjalanan kami di Paris. Akhirnya kami pakai kertas yang ditulisi Anda & Kiky Eurotrip 2016 dan diletakan di antara jejeran gembok pasangan kekasih dari segala penjuru dunia.

Daaaan, kami pun tiba di Eifel. Siang hari, Eifel memang biasa saja dibandingkan di malam hari yang bermandikan cahaya. Tapi cakep sih, apalagi pas di foto. Eifel Tower checked!

Sebelum meninggalkan Paris, ada drama yang luar biasa seru! Will tell you the detail next. See you.


Kiky
05.02.2016

Comments