Delft, 19 Februari..

Seharian kemarin saya chat dengan teman saya di Delft, Belanda. Gara-gara obrolan itu, saya mau mengabadikan pengalaman/kenangan saya di Delft bertemu dengannya. Siapakah dia? Nah, yang berteman dengan saya di Facebook dan Instagram mungkin pernah melihat si dia. Yup, saya pernah posting foto yang bersangkutan di dua media sosial tersebut.

Namanya susah dilafalkan dalam Bahasa Indonesia. Jadi selanjutnya saya sebut dia sebagai Koala. Nggak usah di-eyaaaa-in, atau menganggap itu panggilan sayang. Kenapa Koala? Karena profile picture dia di Skype gambar koala. Hahahaaa...

Saya akan mengajak kalian semua naik mesin waktu, kembali ke pertengahan masa kuliah. Hmmm... kira-kira sekitar tujuh atau delapan tahun lalu. Ceritanya ada seorang dosen yang menyarankan untuk latihan Bahasa Belanda dengan cara chatting dengan penutur aslinya. Ada beberapa situs pertemanan macam Facebook yang isinya orang Belanda semua. Bikin akun dong saya di situs-situs itu. Singkat cerita, di situ pertama kali saya "bertemu" dengan Koala.

Rupanya, obrolan lumayan nyambung ya. Saya dan Koala terus berkomunikasi sampai sekarang. Dari awalnya kirim-kiriman pesan di situs itu, lanjut ke MSN Messenger, Skype, Facebook dan akhirnya pakai WhatsApp. Delapan tahun nggak pernah putus kontak-kontakan. Ya, ada masanya sebulan dua bulan tiga bulan nggak chat, tapi kemudian pasti kontak-kontakan lagi.

Selama delapan tahun nggak ada apa-apa? Hmmm... enggak! Sempat suka sih, tapi setelah itu biasa aja. Saya mah orangnya labil. Kadang suka kadang enggak. Tergantung mood aja. Tapi saya pernah bilang begini ke dia: Kamu jangan nikah dulu ya sebelum ketemu Aku. (Eyaaaaaaa...!!!)

Setelah delapan tahun berteman, akhirnya saya bisa ke Belanda. Salah satunya untuk menemui dia. Koala nampak excited. Nampak ya. Agak susah nih mengatur jadwal dengan Koala. Karena saya cuma beberapa hari di Belanda. Setelah nego sana-sini, akhirnya diputuskan, kami akan bertemu tanggal 19 Februari 2016 di Delft, kota tempatnya tinggal. Konon dia rela ambil cuti demi ketemu saya (blushing).

Karena Koala jago masak ya, jadi saya tuh pengen bangeeeet dimasakin apa gitu. Hahhaa.. modus ya biar diajak ke rumahnya trus di....... (#&*%%#). Dia menolak. Alesannya sih ribet ya book. Ya sudahlah saya mah setuju- setuju aja deh.

Rame nih teman-teman saya di Belanda menyambut kopi darat saya dengan Koala. Ada yang nyuruh Dain (emak saya selama di Belanda) nggak usah nungguin saya pulang. Ada yang saranin saya bawa underwear ganti. Ya begitulah becandaan anak Belanda yang rada-rada vulgar. Tapi udah gede dan udah menikah jadi nggak apa-apa dong! Saya ingat betul saat bersiap-siap, Dain nawarin untuk pakai dress miliknya. Tapi saya tolak, saya pakai baju sendiri.

Koala menawarkan untuk menjemput saya di Rotterdam Central, namun saya usulkan agar bertemu di Stasiun Delft karena saya sudah lumayan paham dengan jalur kereta di Belanda (Sotooy.. jumawa bangeet! Hahahaa).
Stasiun Delft. Tembok-tembok di sini jadi saksi bisu pertemuan saya dengan Koala.

Sepanjang jalan menuju Delft, saya berkomunikasi dengan Koala. Saat saya sudah mau sampai di Delft, Koala kirim pesan kalau dia harus kembali ke rumahnya karena lupa membawa dompet. Saya kira dia mengurungkan niat untuk ketemu saya. Mungkin dia nggak shangguuuup ketemu langsung sama saya. Zttt.. maaf ya lebay. Ternyata, rumah Koala dan stasiun hanya berjarak 10 menit. Jadi pas saya keluar kereta lalu berjalan menuju lobi, si Koala ganteng udah ada di hadapan saya.

Saya coba ingat-ingat detail adegan pertemuan saya dengan Koala. Rrrr... tapi kok saya lupa ya. Pokoknya dia tampak tersipu-sipu. Sementara saya (kayaknya) berusaha untuk cool! Nggak usah harap ada adegan ciuman ya! Ini ketemu teman, jadinya cuma cipika cipiki cipika (Iya, di Belanda cium pipinya tiga kali tsaaay!).

Selanjutnya kami jalan-jalan cantik sambil ngobrol mengelilingi kota Delft. Ternyata  kota yang terkenal sebagai pusat produksi keramik a la Belanda ini kecil banget. kayaknya cuma dua jam kami sudah tamat berkeliling Delft.

Walaupun keinginan untuk dimasakin ditolak, tapi Koala mengajak saya ke rumahnya. Duh, deg-degan deh saya! Rumahnya lucu dan mungil. Makin lucu karena ada dua kucing yang seneng banget nyender di kaki saya (Padahal mah saya nggak suka kucing). Dia mempersilahkan saya duduk, sementara dia membuat teh. Mata saya berkeliling menyimak setiap sudut rumahnya. Oh ada sarung tangan cewek, ada topi cewek ada jas cewek,(untung saya nggak nemu underwear cewek!)

Saya tahu Koala sudah punya pacar. Cuma nggak nyangka aja kalau dia tinggal bersama, yang sebenernya hal wajar untuk orang Belanda. Mungkin itu salah satu alasan Koala pada awalnya nggak mau mengajak saya ke rumahnya.

Trus mood saya drop dong mau cerita kejadian selanjutnya. Yang jelas kami nggak kepergok  (karena emang nggak ngapa-ngapain selain ngeteh dan ngobrol) atau lainnya. Semuanya berjalan lancar kayak jalan Sudirman saat Lebaran.

Kembali ke masa kini. Obrolan kemarin itu berkaitan dengan pertemuan itu. Adakah hal yang mengganjal setelah pertemuan itu? Jawaban kami: ADA!

Apakah itu? R.A.H.A.S.I.A!!!

Nanggung ya! Sengaja! Semoga ada yang penasaran! Hihihihi.



Kiky


PS: Kami janjian akan bertemu lagi dan menuntaskan apa yang belum tuntas. 




Comments