Rencana Tuhan

Life is indeed ful of surprises and God has always the best plan. Siapa sih yang nyangka kalau saya sekarang sudah berstatus istri orang? Back to 2017, saya masih menclok kanan kiri. Jalan sana sini dengan pria yang berbeda-beda. Open relationship kalau meminjam istilah Facebook. Mempunyai kedekatan dengan orang namun tak terikat dalam sebuah hubungan. Waktu itu saya jahat sih, menerapkan azas manfaat, yaitu tiap weekend jalan,  dijajanin dan jalan-jalan gratis (hahaha... maafkan saya yang oportunis ini).

Saya jalani hidup saya begitu saja. Nggak punya intention apa-apa ketika bertemu dengan orang-orang baru. Termasuk ketika ketemu Lendra. Nama ini bukan orang baru dalam hidup saya. Acquaintance. Kenalan jaman masih sama-sama liputan di KPK. Saya mengenal Lendra sebagai pria yang sukses menaklukkan dispenser di press room KPK. Entah bagaimana, Lendra bisa-bisanya memasukkan galon ke dispenser tanpa mengeluarkan suara hentakan. Halus. Senyap! Luar biasa! Cuma itu satu-satunya hal yang saya ingat dari sosoknya. 


Pernikahan kawan kami ternyata kembali membukakan pintu silahturahmi saya dengan Lendra. Saya, saat itu bertanggung jawab mengatur flow sesi foto. Supaya lancar, saya menghubungi beberapa orang, salah satunya Lendra yang menjadi perwakilan dari Tempo. Waktu whatsapp-an dengan Lendra, obrolan seadanya aja. 

3 September 2017, saya akhirnya kembali bertemu Lendra. Berkemeja biru telor asin dan memakai tote bag (ada ya kondangan pakai tote bag???). Terjadi perbincangan, kalau tidak salah dia tanya soal pacar, tapi tidak saya tanggapi. Sampai-sampai dia nanya via DM Instagram. Rupanya asyik mengobrol dengan pria asal Tegal ini hingga saya setuju untuk bertemu dengannya. 

5 September 2017, kami bersepakat untuk bertemu. Saya agak malas sebenarnya, karena hari itu mendung. Tapi entah kenapa, kaki saya tetap mengarahkan menuju pusat Jakarta. Karena kedatangan saya tak membawa maksud ataupun harapan apapun, saya pun menjadi diri sendiri. Nggak pakai topeng, nggak dandan, nggak sok manis, nggak sok asik. Maka, ketika mendadak saya sakit perut ingin poop (BUKAN KARNA NERVEOUS YA!), saya bilang blak-blakan ke Lendra. Gw poop dulu ya di lantai bawah. 

Pernah nonton Before Sunrise yang bercerita tentang seorang pria bertemu wanita di kereta lalu mengobrol sepanjang perjalanan? Nah, itulah yang terjadi pada saya dan Lendra. Ajaib ya, perbincangan mengalir air pegunungan. Dari FX hingga ke Saudagar Kopi Sabang dari senja hingga jelang tengah malam. Ngobrol ngalor ngidul nggak kelar-kelar sampai Stasiun Sudirman. Nah, di stasiun Sudirman tuh, saya mulai merasa si Lendra ini menarik. Hahaha.. I won't tell you what was on my mind on that night. Penasaran?? Haha, iya deh saya kasih tahu, saya mikirnya Lendra itu seksi (padahal mah super duper alay).

Sepertinya pertemuan pertama itu menjadi candu buat Lendra. Komunikasi kami semakin intensif dan saya seneng-seneng ngeladenin gombalannya. Tercetuslah sebuah pernyataan suka dan ajakan untuk berkomitmen. Lah, belum seminggu udah sangat tersihir dengan saya yang biasa banget ini???? Untuk meyakinkan,  Dia mengajak saya bertemu lagi. Ketemuannya nggak tanggung-tanggung, di restoran tempat nikahan kawan kami. 

Kalau ditanya di mana kami jadian, di bawah pohon di depan GKJ. Hahaha random banget emang kami berdua. 

Lendra sejak awal sudah menyatakan keseriusannya, sampai mau ketemu orang tua saya segala. Itu yang bikin saya salut sama dia. Berani banget ya. Alhamdulillah, komitmen Lendra sama hubungan ini benar-benar luar biasa. Excitement kami, dari awal jadian hingga kini (dan mudah-mudahan selamanya) masih sama, sehingga hubungan kami sejauh ini sih asyik-asyik saja. Drama-drama ala Korea yang bisa bikin mata jadi mata panda nggak bisa dipungkiri tetap ada dalam hubungan kami. Tapi itu kami anggap sebagai bumbu hubungan dan proses pendewaaan diri (terutama buat saya). 

I'm beyond blessed to have him in my life (dan semoga dia juga merasakan hal yang sama ya! Amin!) Alhamdulillah :)


Comments