Para aktor cillik itu seolah-olah sedang menjalani hidup normal mereka sebagai bocah sekolah dasar yang polos.
Nama anak itu Nicolas (Maxime Godart). Ia punya kehidupan keluarga dan sekolah yang sempurna. Hingga suatu ketika teman sekolahnya yang bernama Joachim bercerita jika ibunya tengah mengandung calon adik kecilnya. Joachim berpikir ketika adiknya lahir, kasih sayang orang tua akan seluruhnya tercurah pada sang adik. Secara kebetulan di malam hari, Nicolas mencuri dengar pembicaraan orang tuanya.
Dia menduga ibunya tengah mengandung adiknya. Setelah mengetahui hal itu, Nicolas teringat cerita Joachim. Dia pun merasa was-was jika orang tuanya akan lebih sayang pada adik barunya. Nicolas berpikir dia akan dibuang ke hutan seperti Tom Th umb, dongeng klasik dari Inggris tentang seorang anak yang besar tubuhnya seukuran jempol. Nicolas pun mengupayakan segala cara untuk menyingkirkan calon adiknya. Dengan bantuan genk di sekolahnya, Nicolas berencana menyewa seorang penjahat untuk menculik adiknya. Di sini lah dimulai petualang Nicolas dan teman-teman sekolahnya yang super lucu dan seru dalam mewujudkan rencananya.
Kisah Nicolas yang menggemaskan ini diceritakan secara naratif oleh tokoh utamanya. Dengan alur mundur, fi lm ini diawali dengan pengambilan foto kelasnya. Ketika hendak diambil fotonya, Nicolas menerawang mengingat pertanyaan yang ditanyakan gurunya tentang apa yang ia ingin lakukan ketika besar nanti. Dari sini, flashback mengenai kehidupan Nicolas yang tak rela orang tuanya berbagi kasih sayang dengan calon adiknya itu dimulai. Satu-persatu teman main Nicolas diperkenalkan.
Mereka tak kalah menggemaskannya seperti bocahbocah sekolah dasar lainnya. Ada Alceste (Vincent Claude), si gendut yang tidak pernah berhenti mengunyah makanan. Lalu Clotaire (Victor Carles), anak yang kurang pintar di sekolah dan suka tidur di dalam kelas.
Kemudian Agnan (Damien Ferdel), si pintar yang kuper dan terakhir ada Geoff roy (Charles Vaillant) si anak orang kaya. Masing-masing tokoh ini memberikan warna-warni dalam jalinan cerita. Misalnya saja Clotaire yang selalu mendapat hukuman berdiri di pojokan kelas itu. Ketika gurunya sakit dan digantikan oleh guru yang galak, dia mendadak menjadi murid kesayangan guru galak itu. Sebaliknya, Agnan yang paling pintar dan m e n j a d i kesukaan para guru, justru di mata guru galak itu adalah anak yang bandel.
« Menduga ibunya tengah hamil, takut setengah mati ketika diajak orang tuanya
berlibur ke hutan. »
Dan manakala Agnan dihukum untuk berdiri di pojokan kelas, Clotaire dengan polosnya membimbing sahabatnya itu untuk menjalani hukuman itu. Kata Clotaire “Biar saya ajarkan. Dia tidak pernah tahu bagaimana caranya berdiri di pojokan kelas.” Celotehan spontan dan nakal bocah-bocah itu benarbenar mengundang tawa. Yang juga membuat terpingkal adalah imajinasi anak-anak yang berlebihan terhadap suatu hal. Nicolas yang menduga ibunya tengah hamil, takut setengah mati ketika diajak orang tuanya berlibur ke hutan.
Karena takut bernasib sama dengan Tom Th umb yang ditinggalkan di hutan oleh orang tuanya, dia pun mengunci dirinya di dalam mobil ketika sudah sampai di hutan. Alhasil, orang tua Nicolas harus mendorong mobil itu menjauhi hutan agar Nicolas mau keluar dari dalam mobil. Sikap polos nan jahil Nicolas dan teman-temannya itu benar-benar mengocok perut dari awal hingga akhir cerita. Lihat saja cara jahil mereka mengumpulkan uang 500 franc. Mereka membuat sebuah “ramuan ajaib” yang bisa membuat seseorang menjadi kuat.
Ramuan ajaib itu dibuat secara asal dari bahan-bahan yang mudah mereka dapatkan. Karena tahu, jika ramuan itu tidak memiliki khasiat apapun, mereka pun memutar otak untuk membuat teman-teman sebayanya percaya jika ramuan itu berkhasiat. Nicolas dan kawan-kawannya meng gantung janggar, batu dan mate rial berat lainnya di satu sisi mobil rongsok.
Mereka meminta seorang anak meminum ramuannya dan mengetes khasiat ramuan itu dengan mendorong mobil yang berat sebelah itu. Tentu saja berhasil, dan anak-anak kecil lainnya berbondong-bondong membayar Nicolas dan kawannya untuk mendapatkan ramuan ajaib itu. Simsalabim, uang 500 franc terkumpul dalam waktu singkat meskipun belakangan ada orang tua yang mengeluh jika anaknya teracuni ramuan ajaib itu.
Adaptasi Komik
Le Petit Nicolas merupakan fi lm yang diadaptasi dari buku komik legendaris karya Rene Goscinny dan Jean Jacques Sempe karangan dengan judul serupa. Film ini menjadi salah satu yang diputar dalam Festival Film Prancis ke-15 yang diadakan di enam kota, yakni Jakarta, Denpasar, Bandung, Balikpapan, Yogyakarta, dan Surabaya, 15 April hingga 15 Mei mendatang.
Tahun lalu, Le Petit Nicolas oleh Laurent Tirard diangkat ke layar lebar dengan menggandeng Alain Chabat dan Gregorire Vigneron sebagai penulis skenario. Agar fi lmnya tidak banyak melenceng dari isi buku, Tirard pun meminta saran dari Anne Goscinny, anak dari kreator sekaligus penulis Le Petit Nicolas. Di luar dugaan Tirard berhasil mengintepretasikan komik itu dengan sangat baik.
Dia piawai memvisualisasikan imajinasi anak-anak yang liar itu dengan sempurna. Hasil arahan Tirard ini sukses membuat fi lm ini lebih lucu dari yang diharapkan. Dukungan akting dari para aktor juga menyempurnakan fi lm ini. Untuk peran orang dewasa ada Kad Merad yang berperan sebagai Ayah Nicolas. Merad dikenal sebagai pemeran utama dalam film dengan jumlah penonton paling banyak di Prancis, Bienvenue Chez Les Ch’tis.
Aktingnya sudah tidak usah diragukan lagi. Dengan wajah komikalnya, Merad berakting cantik ketika ia berusaha membuat Nicolas tertawa yang sedih karena tahu ibunya tidak mengandung. Sementara dari deretan aktor cilik, ada Maxime Godart, Vincent Claude, Victor Carles, Damien Ferdel dan Charles Vaillant. Bocah-bocah ini tampak seperti tidak sedang berakting. Mereka seolah-olah sedang menjalani hidup normal mereka sebagai bocah sekolah dasar yang polos, jahil dan bandel dan kemudian oleh Tirard direkam dalam kamera seluloid. Hasilnya, ya sangat alami. _ rizky amelia
Di muat di Koran Jakarta, Minggu, 25 April 2010
Comments
Post a Comment