Tadi gw chat sama Meida, temen kuliah gw. Gw minta alamat blognya dia. Kepengen banget baca tulisan dia yang cihuy dan nyastra banget. Dan dikasihlah gw alamat blognya: perempuanbulanmei@blogspot.com.
Begitu gw buka, blognya, gw dibuat ternganga dengan lead dari blognya yang sadis putis:
“ketika awan mendung, aku akan berlari keluar, bertelanjang kaki dan menari bersama rinai hujan. Dalam basah akan kutemukan inspirasi, maka pada kata-kata ini kukristalkan dingin kisahnya.”
Gila.. Meida gila! Ternyata ga Cuma leadnya aja yang bikin gw merinding bacanya. Di kolom deskripsi tentang dirinya, di sebelah foto yang menampilkan ia bersama sastrawan terkenal Sapardi Djoko Darmono, Meida kembali bermain kata:
“Jika kau lihat semburat di ufuk timur, pada pagi yang masih lelap, ketika embun-embun membuas nyawa.. itulah aku.”
Setelah baca dua penggal kalimat itu, gw jadi tertarik untuk baca tulisan Meida lainnya. Gw Cuma baca sekilas saja tulisan Meida. Meskipun hanya sekilas gw udah bisa dapat gambaran kalau Meida itu she was born to be a writer. Kaya kosakata dan lincah bermain kata.
Dari lima tulisan (kalo ga salah dalam satu halaman itu ada 5 tulisan), gw kepincut sama satu tulisan tentang hujan (yeah.. kayaknya semua tulisan Meida emang tentang hujan). Tapi kali ini bikin gw ketawa, nyegir sendiri saat baca tulisan berjudul: “Gerimis pagi ini, But it’s not even like London”. Di sini Meida mengurangi kadar mellow dalam tulisannya. Yang ini fresh, ceria dan lucu. Gw suka.
Kebetulan ada bokap di samping gw. Gw ceritalah tentang si Nenek lampir ini (hehe.. piss mei). Gw bilang kalau si Meida ini jago banget nulisnya. Gw lantas bacain salah satu tulisan Meida. Dan bokap langsung komentar.
Bokap: “Dia pasti banyak baca. Kosakatanya kaya dan ga monoton. Pilihan katanya juga bagus,” kata Bokap.
Gw sambil meraung-raung : “Arrghh, kiky kok nggak bisa ya nulis kayak Meida? Pengen nulis puitis kayak gitu tapi nggak bisa?”
Bokap: “Semua orang itu punya gaya menulis masing-masing. Meida itu puitis, kalau kamu lugas. Tapi kosakata kamu terbatas. Malas baca, sih!,” (ekh.. ini maksudnya membesarkan hati anaknya sekaligus menjatuhkan mental!!)
Bener juga kata Bokap. Gaya menulis gw emang lugas. Gw emang ga bisa menulis kayak Meida. Kalau diibaratkan, gw Raditya Dika dengan gaya penulisan yang lugas dan ceplas ceplos, sementara Meida Dewi Lestari yang puitis.
Gw menikmati setiap tulisan yang Meida tulis. Bikin gw geleng-geleng bacanya dan agak-agak nggak percaya kalau itu ditulis oleh seorang Mentari Meida. Edaaaan.. Meida itu sakit kalau udah nulis. Kerennya abis-abisan. Dan gw bilang ke Meida, kalau buku kumpulan puisinya terbit, gw mau minta satu. Hahaa... Can’t hardly wait Mei J
iboooy... hahahhaa,, gw ketawa-ketawa sendiri jadi baca tulisan lo..
ReplyDeleteemang ya orang itu ga pernah puas.. gw pengen bisa nulis ceplas ceplos kaya lo, jujur kaya tulisan anda.. sementara lo pengen bisa nulis puitis..hehe
tapi apa pun boy,, yang penting tetep berkarya aja, tetep nuliss.. dan baca boy! bener tuh kata bokap lo, jangan males baca!!! makin banyak yg dibaca makin kaya kosa katanya..:)
finally, bisa komen juga di blog lo boykeeeeeeee...
ReplyDeleteKalo lo jadi Raditya Dika, mau jadi kambing betina atau sapi betina, boy?
anyway, setiap orang berbeza, termasuk gaya tulisannya. setiap orang special, unik...termasuk kamu :)
@meida: iya mei kudu banyak baca emanggg.. tetap menullis mei.. gw tunggu stiap tulisan baru eloo
ReplyDelete@daboe: ENDUD.. akhirnya stlh dipaksa2 komen juga lu. Iya ndut.. jij juga special pake telor dan kari India :))