WARNING: Ini bukan tulisan review film The Tourist dan The American. Tapi lebih cenderung spoiler. Buat yang belum nonton, tidak dianjurkan untuk membaca tulisan berikut.
Pilih mana? Guru matematika culun (tapi gantengnya minta ampun) atau pembunuh bayaran berdarah dingin bertato kupu-kupu (tapi super seksi)?
Jawaban saya tentu saja pria dingin yang memiliki tato di punggungnya. Pilihan saya ini sangat subjektif. Karena si pria kupu-kupu diperankan oleh George Clooney, bintang film favorit saya. Si Guru matematika culun itu, sebenaranya juga menarik perhatian saya. Pun dimainkan oleh pria yang tak kalah ganteng dari Clonney; Johnny Depp. Akan tetapi, Depp di Film The Tourist mirip Limbad- magician bisu yang suka pamer gigi supernya. Buyar imaginasi saya tentang Depp yang seksi dan jantan.
Kemudian, saya kasih dua pilihan lagi. Bagi kalian yang sudah pernah nonton The Tourist dan The American, mana yang terbaik?
Saya ngacung buat The American. Tentu saja pertama karena Clooney, kemudian karena alur ceritanya yang baik dan karena sinematografi -tata cahaya dan sudut pengambilan gambar.
The American
Jack atau Edward, usia menjelang 50 tahun, pekerjaan pembunuh bayaran. Ia tidak punya teman atau lebih tepatnya sebagai pembunuh bayaran ia dilarang untuk berteman. Hidupnya berpindah-pindah dari satu negara ke negara lainnya. Tidak pernah ia tinggal berlama-lama di suatu negara.
Dalam misi di Swedia, Jack tak sengaja membunuh perempuan yang bukan menjadi targetnya. Ini dikarenakan si perempuan melihat Jack membunuh targetnya. Maka, untuk menghilangkan jejak, wanita itu ikut dia bunuh.
Jack pindah ke Italia, bertemu dengan Pavel bosnya. Ia minta untuk pensiun dari pekerjaannya sebagai pembunuh bayaran. Namun Pavel meminta Jack untuk melakukan satu misi lagi. Kali ini bukan membunuh, tetapi merakitkan senjata pesanan untuk perempuan bernama Mathilde.
Meski sudah di Italia, Jack tetap dibayang-bayangi peristiwa pembunuhan itu. Rupanya pembunuhan terhadap orang yang tak berhak mati itu, menimbulkan dampak psikologis. Hidupnya tak lagi tenang, tidur tak nyenyak. Selain itu, Jack juga dibuntuti oleh orang Swedia yang sepertinya mengetahui apa yang telah dilakukan Jack. Ia membuntuti Jack, bahkan mengirimkan robekan artikel koran yang memberitakan pembunuhan yang Jack lakukan.
Jack akhirnya berhasil melumpuhkan pria yang menerornya. Sayang, sebelum Jack sempat menanyakan alasan pria itu membuntutinya, pria itu keburu mati tertembak entah oleh siapa.
Jack berkonsentrasi membuatkan senjata untuk Mathilde. Senapan laras panjang lengkap beserta peredam yang Jack buat dari spare part mobil. Sebelum diserahkan ke Mathilde, Jack mencobanya di sebuah rawa. Kemudian saat menyerahkan senapan ke Mathilde, keduanya mencoba senapan itu di tempat yang sama. Jack terpesona pada kemampuan menembak Mathilde yang baik. Akan tetapi tidak pada pribadi Mathilde.
Pembunuh berdarah dingin ini malah terpesona dengan seorang pelacur bernama Clara. Setiap ia ingin bercinta di tempat prostitusi, Ia hanya mau dilayani oleh Clara. Pernah satu kali Clara absen, Jack mengurungkan niatnya untuk bersenggama.
Rupanya Jack jatuh cinta pada Clara. Jack ingin mengakhiri kesendiriannya dengan hidup bersama orang yang dicintainya.
Tentu hal itu tidak akan mudah. Sebagai pembunuh bayaran, Jack dilarang berteman, apalagi jatuh cinta. Mungkinkah?
Dexter-isme
Saya perhatikan, ada kemiripan antara The American den
gan serial tv Dexter. Terutama dalam pengembangan cerita. Jack memang bukan pembunuh yang memunyai dua kehidupan, seperti halnya Dexter. Pembunuh bayaran adalah pekerjaan utama Jack, sementara Dexter pekerjaannya adalah bloodspatter dan nyambi sebagai pembunuh berantai.
Kedua pembunuh ini punya aturan-aturan yang tidak boleh dilanggar. Dexter, oleh Harry Morgan Ayahnya diperingatkan untuk mengikuti aturan yang ada. Sebagai pembunuh, sebetulnya Harry menyarankan Dexter untuk tidak berkeluarga. Tapi Dexter keburu jatuh cinta dan menikah dengan Rita.
Nah, di film The American, Jack juga dilarang untuk berteman apalagi jatuh cinta. Tapip Jack melanggar aturan tersebut dan menyebabkan akibat fatal. Pada peristiwa pembunuhan di Swedia, Jack berteman dengan wanita yang dibunuhnya (Saya nggak lihat adegan awal film ini, jadi maaf kalau kurang akurat).
Aturan lain yang semestinya ditaati adalah bunuhlah orang yang sudah menjadi target pembunuhan. Atau kalau pada Dexter, habisi nyawa orang yang memang pantas dibunuh. Dexter, pernah satu kali membunuh orang lugu dan tak bersalah. Hal itu berdampak pada psikologis Dexter dan keakuratannya dalam membunuh orang. Demikian dengan Jack, akibat membunuh si perempuan yang bukan menjadi targetnya, hidupnya tak lagi tenang. Pavel, bos Jack mengatakan anak buahnya itu tidak lagi memiliki kemampuan yang mumpuni dalam membunuh.
Metafora
tato kupu-kupu di punggung Jack (George Clooney)
Yang saya suka dari film ini adalah metafora-metafora yang dimunculkan. Seperti kupu-kupu. Jack yang super dingin itu entah kenapa bisa menggemari kupu-kupu. Saking sukanya, Jack sampai menato punggungnya dengan gambar kupu-kupu. Ia juga suka pergi ke sebuah rawa, tempat dimana kupu-kupu yang hampir punah berkembang biak. Bisa dibilang kupu-kupu merupakan pelarian terindahnya.
Menurut saya sih kupu-kupu di film ini merupakan perlambang dari sisi lain kehidupan Jack. Jack yang dingin sesungguhnya menginginkan kehidupan yang indah layaknya kupu-kupu. Ia ingin kehidupan yang normal. Berkeluarga, hidup bahagia dengan orang yang tercinta.
Kupu-kupu bisa juga melambangkan kebebasan yang sangat diinginkan oleh Jack. Tak lagi terkekang oleh aturan-aturan pembunuhan yang mengekangnya selama ini.
Metafora terakhir, yang menurut saya telah menutup film ini dengan baik adalah kepompong. Beberapa menit sebelum film ini berakhir, saat Jack mengendarai mobil dalam keadaan tertembak, menuju rawa untuk bertemu dengan Clara, muncullah sekilas sebuah kepompong hijau menggelantung di dahan.
Kepompong itu menurut saya adalah pertanda kehidupan baru untuk Jack. Ia berhasil mendapatkan kehidupan barunya dengan memutuskan untuk hidup bersama Clara sekaligus melepaskan ikatan dengan Pavel. Sayang, Jack tak seberuntung kepompong yang mungkin dalam waktu dekat bisa berubah menjadi kupu-kupu dan memulai hidup baru. Jack, malah mati, ketika sampai di rawa. Untuk mendapatkan kehidupan baru, Jack harus membayar dengan nyawanya. Mungkin kehidupan baru untuk Jack ada di alam lain. Alam baka.
bersambung.......
Comments
Post a Comment