Ketika saya menonton film ini. Saya kebingungan. Loncat dari lokasi ini ke lokasi itu. Dari tahun ini ke tahun lainnya. Setting awal di Kuala Lumpur Malaysia. Valerie tengah mencari informasi mengenai penjualan nuklir yang dilakukan oleh pengusaha lokal.
Lalu, loncat ke America, kantor CIA. Di situ ditampilkan adegan rapat, debat, rapat, debat. Membosankan? Ya tentu saja. Mereka ngomongin penjualan nuklir oleh Nigeria ke Irak. Bla.. Bla.. Bla.. Banyak istilah pernukliran yang nggak saya ngerti.
Selain memperlihatkan Valerie sebagai agen CIA, dalam film ini juga ditunjukan kehidupan sosial Valerie sebagai ibu, istri dan teman. Agak miris juga melihat kehidupan keluarga Valerie. Ia yang bersuamikan Joseph Wilson, seorang eks duta besar dan beranak dua, Trevor dan Samantha harus mengenyampingkan urusan keluarga.
Ada satu adegan dimana di pagi hari, ketika Joseph dan Valerie harus ke kantor, Joseph diminta menjaga dua anak kembarnya karena si babysitter belum datang. Joseph sepertinya lebih banyak mengurusi anak-anaknya dibandingkan Valerie.
Kemudian, pernah pagi-pagi buta, Valerie meninggalkan rumah, terbang ke negera-negara Arab untuk mengulik informasi. Ketika mengendap-endap pergi, Joseph memergokinya. Valerie berdalih, ia sudah meninggalkan pesan di lemari es. Joseph mengeluh, kesal.
"Lama-lama kita berkomunikasi lewat post it di kulkas. Saya nggak tahu ke mana kamu pergi," kata Joseph.
Valerie hanya terdiam dan meraih kopernya dan kemudian meninggalkan rumah.
Miris. Menyedihkan sekali hidup Valerie. Keluarga dinomorduakan dan urusan negara diprioritaskan.
Dan rahasia Valerie pun terbongkar. Hal ini berawal ketika Joseph menulis opini di The New York Post tentang (kalau nggak salah. Agak nggak ngeh saya) tidak adanya nuklir di Irak. Valerie, dari hasil penyelidikannya juga tak menemukan adanya proyek nuklir yang dibangun Irak.
Setelah artikel itu muncul di koran. Pihak Gedung Putih, was-was. Terutama, karena Presiden George Bush Jr menyatakan ada nuklir di Irak dan memutuskan untuk menginvasi Irak.
Atas nama harga diri presiden dan wakil presiden Dick Cheney, salah seorang tangan kanannya Cheney bernama
Louise Libby, membongkar rahasia Valerie ke media. Dituliskan bahwa Joseph memanfaatkan Valerie untuk menyelidiki kasus tersebut.
Sejak rahasianya terbongkar, Valerie kebanjiran telepon dari saudara dan teman-temannya. Selama ini, ia berdalih berprofesi sebagai pekerja biasa. Valerie terguncang dan memutuskan untuk pindah ke rumah orang tuanya.
Joseph berjuang sendiri untuk mengembalikan nama baik istri. Ia melawan Gedung Putih dengan berbagai cara. Mulai dari roadshow di berbagai televisi dan media hingga memberikan kuliah di sejumlah universitas.
Setelah bersembunyi, Valerie akhirnya memutuskan untuk kembali. Memberikan testimoni tentang kejadian yang sebenarnya.
Saya suka adegan akhirnya, sewaktu adegan fiksi dikombinasi dengan testimoni asli Valerie Plame. Ditambah ada keterangan tentang apa yang selanjutnya terjadi dengan Valerie, Joseph dan Libby.
Menurut saya, film ini agak membosankan, iya. Ceritanya loncat-loncat dan banyak adegan yang nggak tuntas. Misalnya saja Valerie mengunjungi berbagai negara di Arab untuk mengorek informasi tentang nuklir Irak. Nggak paripurna ceritanya. Eh, apa saya ya yang nggak ngerti??
Kalau ceritanya begitu, bisa dimaklumi ya. Film ini kan bisa dibilang sebagai memoar Valerie Plame. Jadi cerita hidup Valerie selama beberapa tahun, mulai dari tahun 2001 hingga rahasianya terbongkar beberapa tahun kemudian harus dimasukan dalam film berdurasi sekitar dua jam.
Sayang-sayang, nggak ada kelanjutan hidup Valerie setelah ia memberikan testimoni. Di adegan akhir itu cuma ada teks yang menjelaskan cerita Valerie dan Libby. Tapi bagaimana dengan kelanjutan isu nuklir Irak? Sudah jelas, isu nuklir itu mengada-ada. Tapi, toh tetap saja Amerika menginvasi Irak. Sampai sekarang malah...
foto: hasil googling
Comments
Post a Comment