Poster film SKUT [Dok: Mojogamon.com]
Asiiik, akhirnya saya kembali menginjakan kaki di bioskop. Rasanya sudah satu juta tahun cahaya [haha, lebai] saya nggak nonton di bioskop. Beruntungnya saya, sekalinya ke bioskop, saya dapat tiket gratis nonton film karya sineas muda Indonesia.
Surat Kecil Untuk Tuhan. Itu judul film yang hari minggu lalu saya tonton bersama tiga orang teman dan adik saya. Berdasarkan cerita teman saya Daboe, film garapan Harris Nizam ini sangat menyentuh. Katanya sepanjang film, kita akan dibuat berurai air mata. Oke, sepertinya well recommended movie.
Dari awal saya sudah mengharapkan film ini akan seperti drama seri Jepang yang juga diangkat dari kisah nyata: One Litre Of Tears. Kisahnya hampir sama. Tokoh utamanya sama-sama menderita penyakit aneh yang berujung kematian. Akan tetapi, mereka tak berhenti berusaha, terus berjuang bersemangat hidup.
Saya ketinggalan beberapa adegan film ini karena saya datang terlambat. Saya yang duduk persis di sebelah Meida menanyakan apakah film sudah berlangsung lama? Kata Meida, film baru berjalan beberapa menit.
Kalau tak salah, adegan yang saya lihat adalah ketika Keke [nama lengkapnya Gita Sesa Wanda Cantika] ditembak oleh Andi. Keke nggak langsung terima pernyataan cinta Andi. Keke akan menerima Andi jika kelopak bunga mawar favoritnya gugur.
Akhirnya, kelopak bunga mawar yang ada di kamar Keke gugur. Bersamaan dengan gugurnya satu kelopak bunga mawar, setetes, dua tetes, tiga tetes darah keluar dari hidung Keke. Ada apa?
Esok harinya Keke menerima cinta Andi. Duduk berdua berdampingan, malu-malu kucing untuk saling memandang, Andi dan Keke kini sepasang kekasih. Sedang asyik-asyik pacaran, mata Keke gatal dan hidungnya berdarah. Ada apa?
Keke dilarikan ke rumah sakit. Pada kali pertama diperiksa, dokter sudah bisa menyimpulkan Keke menderita Rhabdomyosarcoma atau kanker jaringan tulang lunak. Kanker itu menyerang tulang lunak yang ada di bagian kiri wajahnya.
Sejak divonis menderita kanker, Ayah Keke [diperankan oleh Alex Komang] mengupayakan segala cara untuk kesembuhan Keke. Dari dukun, orang pintar, pengobatan altenatif hingga herbal.
Ayah Keke memilih cara penyembuhan ilmiah oleh dokter. Keke diberi dua pilihan. Kanker diangkat yang artinya Keke akan kehilangan separuh wajahnya. Atau kemoterapi.
Keke cantik berubah menjadi buruk rupa. Wajahnya membengkak hingga bola matanya tak terlihat lagi. Bibirnya miring. Namun, akibat pengobatan alternatif ini, Keke berhasil sembuh. Ia kembali menjadi gadis SMP yang menawan.
Kebahagian Keke tak berlangsung lama. Si kanker jaringan tulang lunak rupanya hijrah ke wajah bagian kanan. Kemoterapi tak lagi mempan. Keke terkapar tak berdaya, tinggal menanti sang ajal tiba.
Sad Movie?
Banyak orang menyebut Surat Kecil Untuk Tuhan adalah film yang sedih. Tapi tidak untuk saya. Sutradara film ini kurang berhasil membuat saya menitikan air mata.Mmm.. ada sih satu atau dua adegan yang membuat haru. Tapi mayoritas saya justru dibuat tertawa.
Beberapa adegan, misalnya salah satu orang pintar yang didatangi oleh Ayah Keke ternyata diperankan oleh pelawak yang kerap berlogat ngapak Banyumasan di serial televisi bernuansa islami.
Lalu, ada pula supir Keke. Tanpa berkata-kata, hanya dengan wajah polosnya bisa mengundang tawa. Apalagi ketika si supir rela disuntik oleh orang pintar, juga pada adegan menggendong Keke.
Oh ya, dan jangan lupa, adegan sahabat Keke tidak sengaja menyibakan handuk ke wajah Keke. Menurut saya, Meida dan adik saya, sibakan handuk itulah yang menyebabkan kanker Keke kembali. Hal itu menyebabkan Keke mengucek matanya setelah terkena sibakan handuk. Setelah mengucek matanya, Keke kembali divonis kanker jaringan tulang lunak.
Adegan yang seharusnya bisa membuat saya berkaca-kaca malah membuat saya tertawa. Itu ketika Keke hendak menghembuskan nafas terakhirnya. Ketika Keke ingin menyampaikan pesan terakhir untuk keluarganya.
Saat adegan itu berlangsung, Meida nyeletuk: Mama, aku mau Gerry Chocolatos!! Menirukan gaya Nikita Willy di iklan Gerry Chocolatos. Hahahaaaaaa....
FTV
Sinematografi film ini benar-benar standar. Rasanya seperti menonton Film televisi [FTV] yang bisa ditayangkan di SCTV. Saya agak kecewa, si sutradara selalu menggunakan menggunakan teknik close up [sok ngerti istilah penyutradaraan :p] hampir di setiap adegan. Melalui teknik close-up ini sepertinya sang sutradara ingin menonjolkan raut-raut kesedihan para pemain terutama Keke.
Tapi saya bosan dengan adegan yang di-close up atau mid shot. Saya butuh long shot yang bisa menampilkan landscape yang indah. Jarang sekali ada long shot di film ini. Kalaupun ada angle-nya kurang oke.
Adegan seperti acara jalan-jalan keluarga di taman bunga, cuma ditunjukan dengan foto bareng. Ditunjukin kek taman bunganya dari kejauhan. Tunjukan lah berbagai variasi bunga nan berwarna-warni. Hal itu menurut saya bisa menyimbolkan kebahagiaan yang Keke rasakan saat keluarganya berkumpul.
Pengambil gambar di sekolah juga kurang bagus. Lagi-lagi pemilihan anglenya kurang oke [berasa Roger Ebbert aja gw].
Untuk akting, si Keke lumayanlah. Akting sedih-sedihannya dia cukup membuat haru. Untuk Alex Komang? Mmm.. enggak tahu kenapa saya kurang suka dengan akting akting senior di film ini. Sementara sahabat-sahabatnya Keke, karena memang tidak punya latar belakang di dunia peran, maka dimaklumi saja kalau aktingnya kurang alami dan cenderung berlebihan.
Tapi rasa salut tetap saya tujukan kepada sang sutradara. Newbie di dunia penyutradaraan, tapi sudah berhasil membuat sebagian orang [kecuali saya] menghabiskan berlembar-lembar tisu saat menonton film garapannya.
Salut juga, karena saya yakin niat baik dia bukan untuk mencari keuntungan melalui cerita yang berurai air mata, tetapi untuk menginspirasi. Melalui kisah Keke ini, sang sutradara mengajak kita untuk hidup penuh semangat dan selalu ingat kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Tulisan kecil ini, saya buat untuk Pak Sutradara [Kakaknya teman saya] dan kalian semua.
Iboooy, numpang lewat sambil kritik boleh yaaa. hehehe...
ReplyDeleteTulisan kamyu yang ini sama yang sebelumnya banyak yang salah ketik tuh. Coba diedit dulu sebelum di publish, hihihi... Kalo rapih tulisannya makin enak dibacanya lho.
Keep blogging! :)
iya meiii, membaca tulisan yg banyak salah ketiknya memang membuat mata teriritasi. makasih sarannya.. sudah diperbaiki
ReplyDeletehahaha... makin penasaran nonton ah... pengen liat jadinya... okay, dari segi pengambilan gambar emang gue nggak expect lebih.. tapi dari segi alur cerita, kali aja udah lebih meningkat dibanding film-film horor yang nggak jelas tujuannya apa.. (cerita horor, sex, atau apa sih?)
ReplyDeletemari kita compare.. :p
karena gw cepat terhanyut suasana dan hati gw bersih ya boy, gw nangis2an ma emak gw, hehehee..
ReplyDeletesalut buat si pemeran utama (keke)! botak beneran booo.. :)
@daboe.. hwahhaaa... gw juga salut sm keke dan juga tukang make up-nya. keren waktu yg mukanya dia bengkak
ReplyDelete