Arthur Verbiest: [15:42:29]Alles goed, mevrouwtje? Ik ben nu in NL en op maandag begint de zomercursus in Zeist. kom je ook?
Pesan itu saya terima hari ini pukul 15:42 WIB. Berasa ditampar nggak sih baca pesan dari temen eks dosen tamu jaman kuliah dulu? Deuh, kayaknya hampir setiap musim panas, dia akan mengirimkan saya pesan yang isinya sama. Arthur memberi tahu bahwa ia akan mengajar di kursus musim panas di Zeist, Belanda [Dia tinggal di Madrid, Spanyol] dan diikuti dengan pertanyaan: Kamu datang juga kan?
Rrrr... menurut L?? Rasanya ingin saya balas begini: Bayarin yah.
Tapi gengsi banget dan nggak mungkin lah saya minta dibayarin ke Belanda sama dia? Siapa saya? Siapa? Siapa? Siapa saya? [drama]
harusnya bertemu Arthur di sini
[foto: dok orgenlsinutrecht]
Seriusan deh, saya benar-benar merasa tersindir, tercambuk, tercubit, terpukul, tertampar, dan ter, ter lainnya kalau Arthur sudah menanyakan kapan kira-kira saya bisa mewujudkan mimpi saya untuk menginjakan kaki di Belanda?
Dan Arthur bukan satu-satunya orang yang hobi menanyakan hal itu. Ada Tijl, Patrick dan Benjamin yang kerjaan tanya: Kapan kamu ke Belanda?
Wahai Tijl, Patrick, Benjamin dan Arthur. Tolong dicatat ya. Saya nggak mungkin ke Belanda dengan ongkos sendiri [makanya pada patungan gih bayarin gw ke Belanda]. Ada dua jalan untuk bisa merasakan jalan-jalan di taman bunga Keukenhof warna-warni di Belanda. Pertama beasiswa sekolah di Belanda. Kedua menang kuis atau lomba yang hadiahnya ke Belanda.
Jalan pertama sudah dua kali saya coba. Saya sudah dua kali mencoba untuk ikut kursus musim panas di Belanda, tapi ditolak.
Nah, untuk opsi kedua. Kayaknya saya sudah berkali-kali mencoba tapi tetap saja belum beruntung!!!!
Oh ya.. ada cara ketiga sebenarnya. Kawin.. eh.. maksudnya nikah dengan orang Belanda. Cara ini belum pernah saya coba. Dan nggak tahu apakah akan saya coba.
Kayaknya saya emang nggak jodoh sama Belanda. Cinta saya bertepuk sebelah tangan. Saya cinta Belanda tapi si Belanda nggak cinta saya.
Ibarat magnet, saya dan Belanda itu kutub Utara. Kalau didekatkan ya nolak, malahan menjauh.
Karena desperado luar biasa, saya memutar haluan. Impian ke Belanda, sementara waktu dihempaskan ke dasar laut. Saya mencoba peruntungan dengan negara lain, yang mungkin memang jodoh saya. Yang punya kutub selatan, sehingga bisa menarik saya si kutub utara ke negaranya.
Semoga gayung bersambut dengan yang satu ini. AMIN!!
Comments
Post a Comment