Nenek saya bernama Saimah. Sudah sejak lama ia menjanda. Kata Ibu, Kakek sudah meninggal Ibu masih balita.
Sejak itu, Nenek hidup seorang diri bersama tiga orang anaknya. Hidup tanpa suami benar-benar menempa Nenek menjadi pribadi yang mandiri, tidak ketergantungan dan kreatif.
Pekerjaannya hanya seorang petani. Macam-macam yang ia tanam. Mulai dari kacang-kacangan, padi, pisang, kangkung. Apapun itu, asal bisa dijual dan dikonsumsi, pasti akan dia lakoni.
Setiap kali mengunjungi cucu dan anak-anaknya di Jakarta, tangannya tak pernah kosong. Oleh-oleh khas Purwokerto berupa klanting dan getuk goreng ia bawa. Tak lupa, hasil tanamannya. Mulai dari pisang, kacang, kangkung dan bahwa biji ketumbar dari pohon di depan rumah.
Hampir semua tetumbuhan yang ada di halaman depan rumah bisa dikonsumsi. Ada dua pohon mangga, satu pohon rambutan, pohon ketumbar dan pohon-pohon lainnya.
Tak cuma pohon yang tumbuh di depan rumah. Tumbuhan seperti bayam liar yang hidup di antara rerumputan dekat kali di belakang rumah juga kerap ia konsumsi.
Sore tadi, Nenek menunjukan segenggam bayam yang ia petik dari jalan.
"Biasanya Nenek ambil bayam segini, lalu di masak untuk sendiri," kata Nenek dalam bahasa Jawa.
Sebelumnya, di siang hari, saya sempat menilik Nenek yang sedang sibuk di samping rumah. Di situ dibangun sebuah ruang sederhana, tak beratap dan hanya dibatasi oleh bambu yang disusun sedemikian rupa membentuk pagar.
Nenek jongkok. Ia sedang meratakan sebuah lempengan kayu atau bambu dengan goloknya. Setelah rata, ia menyelipkan selembar pisau pipih di lempengan kayu itu. Selanjutnya, kayu di selipkan di bambu kecil dan kemudian dipaku.
"Apa itu, Nek?" tanya saya penasaran.
"Ani-ani. Yang lama rusak waktu motong klangkung. Jadi bikin yang baru," kata Nenek.
Setelah ani-ani baru selesai dibuat, perhatian saya tertuju pada kacang-kacangan yang sedang dijemur di atas terpal. Hijau, kuning dan hitam warna bungkus kacang itu. Saya penasaran dan kemudian membuka isinya.
"Kacang hijau ya, Nek," kata saya.
Nenek mengiyakan dan menceritakan bahwa kacang hijau itu adalah salah satu hasil dari kebunnya.
Nenek saya betul-betul kreatif dan mandiri.
Ini contohnya lagi. Saat saya tidur-tiduran di kamar dengan jendela terbuka lebar, tiba-tiba Nenek masuk. Ia memegang sepotong bambu yang dikaitkan ke kain.
Coba tebak, apa yang baru diciptakan Nenek? Sebuah tirai sederhana. Ia menjahit kain sisa, membentuknya menjadi persegi. Kemudian dikaitkan dengan sebuah bambu. Keren!!!
Oya, pakaian dalam Nenek [Bra] juga hasil buatannya sendiri. Waktu tinggal dengan Nenek dulu, saya sering lihat Nenek menjahit bra miliknya. Sampai sekarang ia masih membuat bra untuk dirinya.
Nah, saya baru ingat. Kasur, bantal dan guling di rumah ini juga buatan Nenek. Nenek punya pohon kapuk, yang jika berbunga bisa menghasilkan kapuk yang cukup untuk membuat bantal. Kalau untuk kasur, kayaknya harus beberapa kali panen.
Sebagai cucunya, Saya sangat bangga sama Nenek. Saya sayang Nenek. *peluk erat Nenek*
Comments
Post a Comment