Jalan-jalan sendirian ke negeri orang? Siapa takut? Pertengahan Maret lalu saya baru saja traveling sendirian ke dua negara Asia Tenggara, yaitu Thailand dan Malaysia. Seruuuuuuu.. tapi menyedihkan juga sih. Pastilah ada plus minusnya solo traveling kayak begini.
Nah, sebelum beranjak lebih jauh bercerita soal solo traveling ini. Saya mau mundur berbagi kisah asal muasal solo traveling ini.
Tahun lalu, saya dan empat orang kawan saya, Anggie, Annisa, Sekar dan Shanti mupeng ingin mengunjungi negeri gajah putih. Kebetulan gayung bersambut. Maskapai dengan jargon Now Everyone Can Fly itu lagi promo penerbangan super murah. Setelah cari-cari, ternyata tiket ke Thailand harganya tetap mahal.
Novi, kawan kuliah yang sekarang menjadi rekan kerja saya kasih tahu kalau ke Thailand bisa ditempuh melalui Malaysia lewat jalan darat. Informasi ini saya teruskan ke empat orang teman saya tersebut.
Mereka setuju dengan ide tersebut. Kebetulannya lagi, kami dapat tiket ke Malaysia sangat murah. Rp750 ribu pulang pergi untuk lima orang. Tickets booked!!
Beberapa teman pun mencoba mencari informasi soal perjalanan darat Malaysia-Thailand. Doh, ternyata kalau dihitung-hitung jatuhnya tetap mahal dan makan waktu yang lumayan lama. Di situ sudah mulai timbul keengganan untuk menggunakan tiket Jakarta-Kuala Lumpur- Jakarta. Yaa.. kalaupun hangus tak seberapa. Lha wong masing-masing cuma bayar Rp150 ribu.
Empat teman saya akhirnya fix menghanguskan tiketnya. Saya sendiri nih yang masih kekeh untuk menggunakan tiket ini. Menurut saya sayang banget tiketnya diangusin. Kapan lagi bisa ke luar negeri dengan ongkos semurah itu? Itung-itung perbanyak cap di paspor saya lah.
Sebulan menjelang keberangkatan, Novi membantu saya menyusun itenerary perjalanan saya ke Malaysia dan Thailand. She is my holiday planner. Pengetahuannya soal traveling murah ke Thailand dan Malaysia lumayan mumpuni. Saya pun mengandalkan dia untuk menyusun setiap detail kegiatan saya di Thailand dan Malaysia.
Novi menyarankan itenerary dibuat sedetail mungkin. Hari, tanggal, jam, kegiatan, transportasi, biaya. (Kalau temannya Novi dan teman saya juga Vitri, malah ada kolom baju apa yang akan dipakai).
Itenerary berhasil saya bikin walaupun hanya sampai hari ketiga. Hari keempat dan kelima saya biarkan kosong karena rencananya, di hari tersebut saya akan bertemu dengan Mba Lily, teman yang saya kenal melalui milis Backpacker Dunia. Kebetulan, di saat yang sama, dia sedang berada di Penang.
Itenerary sudah jadi. Ongkos selama mengembara di dua negara sudah dikalkulasi. Sehari sebelum keberangkatan, saya pergi menukarkan uang pecahan Rupiah ke Ringgit, Bath dan Dollar.
Berdasarkan hasil perhitungan dan diskusi dengan Novi dan Virti, saya paling tidak harus membawa 200 RM , 3000 Bath dan US$ 50. Waktu menukar di money changer Plaza Semanggi, mereka hanya mempunyai 1000 Bath. Saya terpaksa hanya menukarkan 200 RM , 1000 Bath dan US$ 50. Kekurangan Bath akan saya tukarkan di Malaysia atau di Thailand.
Selain menyiapkan mata uang negara yang mau saya kunjungi, saya juga membeli beberapa barang yang akan bermanfaat selama traveling. Paling wajib adalah tisu basah. Barang ini penting karena sepertinya saya akan jarang mandi selama di Thailand dan Malaysia.
Yang tak kalah penting, saya juga membeli sejumlah botol-botol kecil untuk diisi dengan perlengkapan mandi, body spray, lotion dan pelembab wajah. Kenapa harus ditempatkan di botol kecil? Saya tak pakai bagasi. Otomatis semua barang akan masuk kabin. Setiap benda cair yang masuk kabin tidak diijinkan melebihi 100 ml. Tahun lalu saya lotion 200 ml saya terpaksa ditinggalkan di security bandara gara-gara hal tersebut.
Semua perlengkapan backpack sudah terpenuhi. Tas ransel besar hasil pinjaman dari Putri juga sudah siap dipakai berkeliling Thailand dan Malaysia.
Saya siap sendiri.. berkelana. Bismillah.
Nah, sebelum beranjak lebih jauh bercerita soal solo traveling ini. Saya mau mundur berbagi kisah asal muasal solo traveling ini.
Tahun lalu, saya dan empat orang kawan saya, Anggie, Annisa, Sekar dan Shanti mupeng ingin mengunjungi negeri gajah putih. Kebetulan gayung bersambut. Maskapai dengan jargon Now Everyone Can Fly itu lagi promo penerbangan super murah. Setelah cari-cari, ternyata tiket ke Thailand harganya tetap mahal.
Novi, kawan kuliah yang sekarang menjadi rekan kerja saya kasih tahu kalau ke Thailand bisa ditempuh melalui Malaysia lewat jalan darat. Informasi ini saya teruskan ke empat orang teman saya tersebut.
Mereka setuju dengan ide tersebut. Kebetulannya lagi, kami dapat tiket ke Malaysia sangat murah. Rp750 ribu pulang pergi untuk lima orang. Tickets booked!!
Beberapa teman pun mencoba mencari informasi soal perjalanan darat Malaysia-Thailand. Doh, ternyata kalau dihitung-hitung jatuhnya tetap mahal dan makan waktu yang lumayan lama. Di situ sudah mulai timbul keengganan untuk menggunakan tiket Jakarta-Kuala Lumpur- Jakarta. Yaa.. kalaupun hangus tak seberapa. Lha wong masing-masing cuma bayar Rp150 ribu.
Empat teman saya akhirnya fix menghanguskan tiketnya. Saya sendiri nih yang masih kekeh untuk menggunakan tiket ini. Menurut saya sayang banget tiketnya diangusin. Kapan lagi bisa ke luar negeri dengan ongkos semurah itu? Itung-itung perbanyak cap di paspor saya lah.
Sebulan menjelang keberangkatan, Novi membantu saya menyusun itenerary perjalanan saya ke Malaysia dan Thailand. She is my holiday planner. Pengetahuannya soal traveling murah ke Thailand dan Malaysia lumayan mumpuni. Saya pun mengandalkan dia untuk menyusun setiap detail kegiatan saya di Thailand dan Malaysia.
Novi menyarankan itenerary dibuat sedetail mungkin. Hari, tanggal, jam, kegiatan, transportasi, biaya. (Kalau temannya Novi dan teman saya juga Vitri, malah ada kolom baju apa yang akan dipakai).
Itenerary berhasil saya bikin walaupun hanya sampai hari ketiga. Hari keempat dan kelima saya biarkan kosong karena rencananya, di hari tersebut saya akan bertemu dengan Mba Lily, teman yang saya kenal melalui milis Backpacker Dunia. Kebetulan, di saat yang sama, dia sedang berada di Penang.
Itenerary sudah jadi. Ongkos selama mengembara di dua negara sudah dikalkulasi. Sehari sebelum keberangkatan, saya pergi menukarkan uang pecahan Rupiah ke Ringgit, Bath dan Dollar.
Berdasarkan hasil perhitungan dan diskusi dengan Novi dan Virti, saya paling tidak harus membawa 200 RM , 3000 Bath dan US$ 50. Waktu menukar di money changer Plaza Semanggi, mereka hanya mempunyai 1000 Bath. Saya terpaksa hanya menukarkan 200 RM , 1000 Bath dan US$ 50. Kekurangan Bath akan saya tukarkan di Malaysia atau di Thailand.
Selain menyiapkan mata uang negara yang mau saya kunjungi, saya juga membeli beberapa barang yang akan bermanfaat selama traveling. Paling wajib adalah tisu basah. Barang ini penting karena sepertinya saya akan jarang mandi selama di Thailand dan Malaysia.
Yang tak kalah penting, saya juga membeli sejumlah botol-botol kecil untuk diisi dengan perlengkapan mandi, body spray, lotion dan pelembab wajah. Kenapa harus ditempatkan di botol kecil? Saya tak pakai bagasi. Otomatis semua barang akan masuk kabin. Setiap benda cair yang masuk kabin tidak diijinkan melebihi 100 ml. Tahun lalu saya lotion 200 ml saya terpaksa ditinggalkan di security bandara gara-gara hal tersebut.
Semua perlengkapan backpack sudah terpenuhi. Tas ransel besar hasil pinjaman dari Putri juga sudah siap dipakai berkeliling Thailand dan Malaysia.
Saya siap sendiri.. berkelana. Bismillah.
Iboy, slogannya yang bener "Now everyone can fly".. Kalo yang "We make people fly" itu teh punyanya si singa udara :p
ReplyDeletehahahaa.. salah ya ternyata. Oh itu punyanya lion air. nuhun koreksinya enjiii :D
ReplyDelete