Sementara orang lain berharap nggak sakit, saya justru kegirangan kalau sakit. Saya tergolong orang yang jarang sakit. Ya, tetap dalam sebulan ada sakit. Tapi paling banter sakit saya cuma sebatas sakit perut, pusing dan sariawan. Yang parah-parah kayaknya belum pernah (amit-amit sih. Jangan sampai! Knock on the wood).
Terjawablah keinginan saya. Dari hari Minggu dini hari saya sudah merasa sakit. Badan nggak enak, tenggorokan sakit, pusing, mata panas dan flu. Saya kira dengan diistirahatkan bakal sembuh. Ternyata tidak. Tadi pagi, saya memaksakan diri untuk tetap kerja. Padahal saat itu kondisi saya lemah. Sampai-sampai nggak sempet nyatok rambut dan terpaksa hanya dikuncir kuda. Teman-teman di KPK ada yang shock dengan rambut keriting saya. Selama ini mereka mengira rambut saya sudah lurus selama (haduuuh, rambut saya tumbuh kali. Aslinya keriting, ya pas tumbuh keriting dong).
Saya cuma berhasil menyelesaikan dua berita. Selebihnya saya hanya tiduran di bangku. Menjelang siang, saya izin kepada Mba Febri, editor saya untuk pulang. Segera setelah pulang saya memeriksakan diri ke Rumah Sakit Zahirah yang letaknya tak jauh dari rumah.
Dokter Johannes, dokter yang memeriksa saya awalnya menanyakan keluhan saya. Saya jelaskan apa yang tidak terasa enak di badan. Saya kemudian disuruh berbaring di tempat tidur. Dengan stetoskop, detak jantung saya diperiksa oleh si dokter berkacamata itu. Bagian dada tengah, kiri, kanan, lalu diulangi dada bagian kiri dan kanan.
Kemudian perut. Dipukul-pukul hampir di seluruh bagian. Nah, ada beberapa bagian yang ditekan-tekan, seperti uluh hati dan perut bagian kanan (ini mungkin takut dikira usus buntu ya). Perut beres, dokter beralih ke rongga mulut. Dilihatnya bagian terdalam tenggorokan saya.
Sekarang giliran si suster. Dia mengukur suhu tubuh saya. 37 derajat celsius. Lalu, menghitung tensi darah saya yang katanya masih dalam batas kewajaran (tapi saya lupa berapa).
Dokter Johannes mengatakan tenggorokan saya merah. Ada infeksi di situ. Selain itu pernafasan saya juga terengah-tengah. Katanya kemungkinan ada infeksi di saluran pernafasan saya. Saya disuruh istirahat selama dua hari dari 23 sampai 24 Oktober. Padahal saya request istirahat kalau bisa seminggu. Eh si dokter malah bilang kalau lama-lama istirahat di rumah juga nggak enak.
"Istirahat ya di rumah. Ini benar-benar harus istirahat lho. Kamu nggak boleh kerja. Jangan banyak beraktifitas. Tidur-tiduran saja di rumah," perintah dokter Johannes yang langsung disambut dengan teriakan "Yes libur". Si dokter cuma bisa geleng-geleng lihat kelakuan saya.
Oh ya, si dokter juga jelaskan kenapa saya bisa terkena penyakit ini. Ada virus milik orang lain yang secara tidak sengaja (atau sengaja) tertular ke saya. Lalu, saya dikasih tahu harus makan tepat waktu, perbanyak minum air putih dan menghindari es.
Hahaha... bandelnya saya, sehabis membayar seluruh biaya administrasi dan mengambil obat, saya malah ngeloyor ke Toko Donat, Ring Master untuk membeli Milo dingin. Enak banget tenggorokan setelah dialiri manis dan dinginnya cokelat. Semoga nggak tambah parah ya penyakit saya.
Jadiii, sampai hari Kamis ini saya absen ke Kuningan (KPK dan Tipikor). Senang rasanya. Hahahahaa.. tapi di sisi lain kasihan kantor karena tidak ada yang meng-cover berita-berita hukum di dua lokasi tersebut.
Walaupun gembira bisa sakit, namun rasanya ternyata nggak enak. Tenggorokan nggak enak dipakai buat nelan makanan apapun. Kepala pusing yang bikin saya agak linglung kalau jalan. Hidung terus menurus mengeluarkan ingus, sehingga mau tak mau saya sumpel dengan tisu. Nafas susah dan pendek. Dan yang paling tidak menyenangkan adalah badan berasa seperti habis digebukin dan dibanting TNI Angkatan Udara. Pegelnya pooooollll!!! Kalau sudah begini pengennya sehat biar bisa lari-larian, lompat-lompatan, ketawa sampai perut sakit dan bisa minum es sepuasnya.
Sehat! Ayo Iboy lekas sehat!!
Terjawablah keinginan saya. Dari hari Minggu dini hari saya sudah merasa sakit. Badan nggak enak, tenggorokan sakit, pusing, mata panas dan flu. Saya kira dengan diistirahatkan bakal sembuh. Ternyata tidak. Tadi pagi, saya memaksakan diri untuk tetap kerja. Padahal saat itu kondisi saya lemah. Sampai-sampai nggak sempet nyatok rambut dan terpaksa hanya dikuncir kuda. Teman-teman di KPK ada yang shock dengan rambut keriting saya. Selama ini mereka mengira rambut saya sudah lurus selama (haduuuh, rambut saya tumbuh kali. Aslinya keriting, ya pas tumbuh keriting dong).
Pic from google |
Dokter Johannes, dokter yang memeriksa saya awalnya menanyakan keluhan saya. Saya jelaskan apa yang tidak terasa enak di badan. Saya kemudian disuruh berbaring di tempat tidur. Dengan stetoskop, detak jantung saya diperiksa oleh si dokter berkacamata itu. Bagian dada tengah, kiri, kanan, lalu diulangi dada bagian kiri dan kanan.
Kemudian perut. Dipukul-pukul hampir di seluruh bagian. Nah, ada beberapa bagian yang ditekan-tekan, seperti uluh hati dan perut bagian kanan (ini mungkin takut dikira usus buntu ya). Perut beres, dokter beralih ke rongga mulut. Dilihatnya bagian terdalam tenggorokan saya.
Sekarang giliran si suster. Dia mengukur suhu tubuh saya. 37 derajat celsius. Lalu, menghitung tensi darah saya yang katanya masih dalam batas kewajaran (tapi saya lupa berapa).
Dokter Johannes mengatakan tenggorokan saya merah. Ada infeksi di situ. Selain itu pernafasan saya juga terengah-tengah. Katanya kemungkinan ada infeksi di saluran pernafasan saya. Saya disuruh istirahat selama dua hari dari 23 sampai 24 Oktober. Padahal saya request istirahat kalau bisa seminggu. Eh si dokter malah bilang kalau lama-lama istirahat di rumah juga nggak enak.
"Istirahat ya di rumah. Ini benar-benar harus istirahat lho. Kamu nggak boleh kerja. Jangan banyak beraktifitas. Tidur-tiduran saja di rumah," perintah dokter Johannes yang langsung disambut dengan teriakan "Yes libur". Si dokter cuma bisa geleng-geleng lihat kelakuan saya.
Oh ya, si dokter juga jelaskan kenapa saya bisa terkena penyakit ini. Ada virus milik orang lain yang secara tidak sengaja (atau sengaja) tertular ke saya. Lalu, saya dikasih tahu harus makan tepat waktu, perbanyak minum air putih dan menghindari es.
Hahaha... bandelnya saya, sehabis membayar seluruh biaya administrasi dan mengambil obat, saya malah ngeloyor ke Toko Donat, Ring Master untuk membeli Milo dingin. Enak banget tenggorokan setelah dialiri manis dan dinginnya cokelat. Semoga nggak tambah parah ya penyakit saya.
Jadiii, sampai hari Kamis ini saya absen ke Kuningan (KPK dan Tipikor). Senang rasanya. Hahahahaa.. tapi di sisi lain kasihan kantor karena tidak ada yang meng-cover berita-berita hukum di dua lokasi tersebut.
Walaupun gembira bisa sakit, namun rasanya ternyata nggak enak. Tenggorokan nggak enak dipakai buat nelan makanan apapun. Kepala pusing yang bikin saya agak linglung kalau jalan. Hidung terus menurus mengeluarkan ingus, sehingga mau tak mau saya sumpel dengan tisu. Nafas susah dan pendek. Dan yang paling tidak menyenangkan adalah badan berasa seperti habis digebukin dan dibanting TNI Angkatan Udara. Pegelnya pooooollll!!! Kalau sudah begini pengennya sehat biar bisa lari-larian, lompat-lompatan, ketawa sampai perut sakit dan bisa minum es sepuasnya.
Sehat! Ayo Iboy lekas sehat!!
Comments
Post a Comment