Semalam, di depan mata saya terjadi kecelakaan. Sebuah motor menabrak pejalan kaki yang sedang menyebrang. Malam itu, sekitar pukul 21.00 WIB, saya tengah berjalan kaki menuju rumah saya. Jarak perhentian angkot ke rumah tak lebih dari 200 meter atau sekitar lima menit berjalan kaki.
Saya selalu berjalan di sebelah kanan, sehingga berlawanan arah dengan kendaran yang berlalu lalang. Sepanjang jalan saya memperhatikan gerai makanan. Bebek Madura dan Pempek di sisi kanan jalan. Sementara tukang nasi goreng di sisi kiri. Posisi antara tukang pempek dengan warung tenda nasi goreng tak lebih dari 50 meter.
Saat melongok ke sebelah kiri jalan, ternyata si tukang nasi goreng tak berjualan. Padahal, kemarin mereka masih buka. Saya luruskan pandangan saya, dimana ada seorang pria bersiap ingin menyebrang.
Jalanan saat itu lumayan sepi. Si pria berkaos oranye yang berdiri tak jauh dari saya, melangkahkan kakinya di aspal. Baru beberapa langkah, mendadak sebuah motor dengan kecepatan tinggi menghantamnya. Ia terhempas tak jauh dari lokasi tabrakan. Pengendara motor terjatuh.
Pria malang itu tampak tak berdaya. Tulang-tulang tubuhnya seolah membengkok sehingga ia tak bisa meluruskan tangan dan kakinya. Ia merintih kesakitan.
Seketika kejadian itu mengundang perhatian warga. Beberapa orang mengangkat korban ke tepian jalan, dan lainnya membantu pengendara motor.
Saya yang dalam keadaan kaget hampir menangis menyaksikan kejadian itu. Jantung saya berdebar kencang. Saya putuskan untuk tidak terlibat lebih lanjut dalam peristiwa itu.
Melihat seseorang tertabrak sudah cukup membuat saya shock. Tak perlulah menyaksikan penderitaan si korban atau amuk warga lantaran keteledoran pengendara motor. Saya hanya ingin pulang.
Lalu, pagi ini, saya kembali disuguhi pemandangan tabrakan. Tak secara langsung seperti semalam, kali ini saya hanya melihat korban yang sedang dibantu oleh sesama pengendara motor.
Korbannya kali ini seorang pria dan gadis kecil berusia kurang lebih tiga tahun. Tampaknya hanya terserempet atau berbenturan dengan pengendara motor lainnya. Namun, si gadis tak henti menangis karena kesakitan. Kasihan.
Sungguh, kita harus berhati-hati dalam berkendara. Patuhilah aturan yang ada. Jangan memacu kendaraan melebihi ketentuan. Kenakan selalu pelindung kepala.
Demikian juga pejalan kaki. Menyebranglah pada jembatan penyebrangan. Kalau tidak ada jembatan, dan harus menyebrang di jalan, ya lihat kanan kiri.
Padahal, saya sering banget melanggar aturan lalu lintas. Paling malas menyebrang lewat jembatan penyebrangan. Jalan di sisi kanan.
Tapi, dengan dua kejadian itu saya jadi berpikir untuk menyebrang sembarang. Coba kalau tukang nasi goreng buka. Bisa jadi saya yang ketabrak motor itu. Tuhan masih sayang sama saya. Masih diberi waktu untuk memperbaiki diri.
Hehe, sekali lagi, seperti kata petugas NTMC: Berhati-hatilah dalam kendara dan utamakan keselamatan.
Saya selalu berjalan di sebelah kanan, sehingga berlawanan arah dengan kendaran yang berlalu lalang. Sepanjang jalan saya memperhatikan gerai makanan. Bebek Madura dan Pempek di sisi kanan jalan. Sementara tukang nasi goreng di sisi kiri. Posisi antara tukang pempek dengan warung tenda nasi goreng tak lebih dari 50 meter.
Saat melongok ke sebelah kiri jalan, ternyata si tukang nasi goreng tak berjualan. Padahal, kemarin mereka masih buka. Saya luruskan pandangan saya, dimana ada seorang pria bersiap ingin menyebrang.
Jalanan saat itu lumayan sepi. Si pria berkaos oranye yang berdiri tak jauh dari saya, melangkahkan kakinya di aspal. Baru beberapa langkah, mendadak sebuah motor dengan kecepatan tinggi menghantamnya. Ia terhempas tak jauh dari lokasi tabrakan. Pengendara motor terjatuh.
Pria malang itu tampak tak berdaya. Tulang-tulang tubuhnya seolah membengkok sehingga ia tak bisa meluruskan tangan dan kakinya. Ia merintih kesakitan.
Seketika kejadian itu mengundang perhatian warga. Beberapa orang mengangkat korban ke tepian jalan, dan lainnya membantu pengendara motor.
Saya yang dalam keadaan kaget hampir menangis menyaksikan kejadian itu. Jantung saya berdebar kencang. Saya putuskan untuk tidak terlibat lebih lanjut dalam peristiwa itu.
Melihat seseorang tertabrak sudah cukup membuat saya shock. Tak perlulah menyaksikan penderitaan si korban atau amuk warga lantaran keteledoran pengendara motor. Saya hanya ingin pulang.
Lalu, pagi ini, saya kembali disuguhi pemandangan tabrakan. Tak secara langsung seperti semalam, kali ini saya hanya melihat korban yang sedang dibantu oleh sesama pengendara motor.
Korbannya kali ini seorang pria dan gadis kecil berusia kurang lebih tiga tahun. Tampaknya hanya terserempet atau berbenturan dengan pengendara motor lainnya. Namun, si gadis tak henti menangis karena kesakitan. Kasihan.
Sungguh, kita harus berhati-hati dalam berkendara. Patuhilah aturan yang ada. Jangan memacu kendaraan melebihi ketentuan. Kenakan selalu pelindung kepala.
Demikian juga pejalan kaki. Menyebranglah pada jembatan penyebrangan. Kalau tidak ada jembatan, dan harus menyebrang di jalan, ya lihat kanan kiri.
Padahal, saya sering banget melanggar aturan lalu lintas. Paling malas menyebrang lewat jembatan penyebrangan. Jalan di sisi kanan.
Tapi, dengan dua kejadian itu saya jadi berpikir untuk menyebrang sembarang. Coba kalau tukang nasi goreng buka. Bisa jadi saya yang ketabrak motor itu. Tuhan masih sayang sama saya. Masih diberi waktu untuk memperbaiki diri.
Hehe, sekali lagi, seperti kata petugas NTMC: Berhati-hatilah dalam kendara dan utamakan keselamatan.
Comments
Post a Comment