Bagian menyenangkan dari berpetualang seorang diri adalah adanya semacam keharusan untuk berinteraksi dengan orang lokal dan sesama petualang. Jika liburan rombongan kita kerap asyik dengan rombongan dan jarang berkenalan dengan orang lain. Maka dalam liburan solo, menurut saya wajib untuk berkenalan dengan orang-orang baru.
Pilihannya ERI (enak sendiri) atau Hera (heboh rame-rame). Saya sih memilih yang kedua.Nggak enak bengong sendirian. Mending cari temen, kenalan, tambah koneksi. Nggak ada yang tahu kan dari kenalan baru itu saya dapat sejumlah keuntungan.
Selama di Bale Sasak, tempat saya menginap, saya berteman dengan para pegawai hotel. Langsung saja saya bocorin nih keuntungan saya gara-gara berteman dengan mereka. Harga sewa hotel dimurahin sama beberapa kali dikasih dinner gratis. Lumayan banget kan.
Di Gili, destinasi favorit baru wisatawan asing, nggak afdol kalau nggak kenalan sama bule. Nah, karena saya tinggal di dorm alias asrama yang isinya semuanya bule, ya mau nggak mau kenalan. Di kamar saya itu ada yang namanya Alan dari Amerika, Nigela dari Australia, Brad dan temannya dari Australia dan Alex dari Australia juga. Kebanyakan mereka traveling sendirian.
Nigela datang ke Lombok untuk liburan sekaligus sertifikasi diving. Menurut Nigela, harga untuk mendapatkan izin menyelam di negaranya jauh lebih mahal dibandingkan dengan di Indonesia. Untuk kursus diving dan langsung praktek di laut selama semingga cuma ditarifi kurang lebih dari Rp5 Juta. Latihan di kolam beberapa hari dan sisanya langsung turun ke laut.
Setiap subuh, Nigela sudah gedubag gedubug jogging kemudian kursus diving. Baru sore sekitar jam lima sore dia kembali dari kursus diving-nya. Maka, kesempatan untuk ngobrol dengan cewe berambut coklat ini hanya di malam hari. Saat semua penghuni hotel kumpul makan di restoran hotel.
Lalu saya berkenalan dengan Alan. Lucuuu banget kenalannya. Jadi, sore hari, saya habis mandi, beberes di dalam kamar. Lalu muncullah Alan yang baru selesai jogging. Zzzzz... doi topless nggak pakai baju, keringat bercucuran dan iPod masih nempel di kupingnya. Karena bertemu mata, akhirnya kami berkenalan. Tinggi semamai, ganteng dan punya badan bagus itu ke Gili untuk ambil sertifikasi menjadi dive master. Alan bercerita, untuk menjadi seorang dive master dia harus mengajar diving di berbagai tempat. Kebetulan lokasi sertifikasi diving Alan dan Nigela sama.
Duh, si Alan ini kayaknya ngerasa kalau dia oke. Di dalam kamar, masih aja sok-sok olahraga. Jogging lah, sit up, push up dan belaga main basket (ini dia lagi cerita kalau dia biasa main basket). Untung saya kuat iman, jadi sok oke dia saya bales dengan sok cool saya. Hahahahaa....
Alex ini, kalau menurut saya paling menarik. Hahahahhaaa...misterius gitu orangnya. Orang Australia tapi nggak bule. Cenderung seperti orang dari ras mongol. Sipit gitu. Doi pendekar (pendek dan kekar). Dari pagi sampai malam, nggak pernah satu kalipun pakai baju. Cuma pakai celana pendek hitam. Hanya waktu dia mau check out, saya melihat dia pakai baju. Sebagai salam perpisahan, dia malah nawarin saya untuk ikut dia naik ke Gunung Rinjani. Mauuu ikut, tapi digendong yaaa... hahahaha!
Nah, kalau Brad, dia itu instruktur menyelam. Jarang banget tidur di kamar. Entah menclok kemana tuh dia dan temen-temennya. Saya juga dikenalin sama temennya yang jujur namanya lupa. Dia mantan jurnalis yang sekarang kerja sebagai humas perusahaan minyak. Gara-gara berlatar belakang sama, jadilah kami berdua curhat soal kejamnya dunia jurnalistik. Dia pun menyarankan saya untuk segeralah beralih profesi. Karena, you get nothing from this job, kata dia. Hmmmm....
Itulah teman-teman baru yang sama temui di Gili. Semoga di belahan dunia lain, kami bisa kembali dipertemukan yaaaaa....
Pilihannya ERI (enak sendiri) atau Hera (heboh rame-rame). Saya sih memilih yang kedua.Nggak enak bengong sendirian. Mending cari temen, kenalan, tambah koneksi. Nggak ada yang tahu kan dari kenalan baru itu saya dapat sejumlah keuntungan.
Selama di Bale Sasak, tempat saya menginap, saya berteman dengan para pegawai hotel. Langsung saja saya bocorin nih keuntungan saya gara-gara berteman dengan mereka. Harga sewa hotel dimurahin sama beberapa kali dikasih dinner gratis. Lumayan banget kan.
Di Gili, destinasi favorit baru wisatawan asing, nggak afdol kalau nggak kenalan sama bule. Nah, karena saya tinggal di dorm alias asrama yang isinya semuanya bule, ya mau nggak mau kenalan. Di kamar saya itu ada yang namanya Alan dari Amerika, Nigela dari Australia, Brad dan temannya dari Australia dan Alex dari Australia juga. Kebanyakan mereka traveling sendirian.
Tuh si Alex yang nggak pernah pakai baju. Itu Nigela, dan yang pakai baju merah nan tampan itu si Alan |
Setiap subuh, Nigela sudah gedubag gedubug jogging kemudian kursus diving. Baru sore sekitar jam lima sore dia kembali dari kursus diving-nya. Maka, kesempatan untuk ngobrol dengan cewe berambut coklat ini hanya di malam hari. Saat semua penghuni hotel kumpul makan di restoran hotel.
Lalu saya berkenalan dengan Alan. Lucuuu banget kenalannya. Jadi, sore hari, saya habis mandi, beberes di dalam kamar. Lalu muncullah Alan yang baru selesai jogging. Zzzzz... doi topless nggak pakai baju, keringat bercucuran dan iPod masih nempel di kupingnya. Karena bertemu mata, akhirnya kami berkenalan. Tinggi semamai, ganteng dan punya badan bagus itu ke Gili untuk ambil sertifikasi menjadi dive master. Alan bercerita, untuk menjadi seorang dive master dia harus mengajar diving di berbagai tempat. Kebetulan lokasi sertifikasi diving Alan dan Nigela sama.
Duh, si Alan ini kayaknya ngerasa kalau dia oke. Di dalam kamar, masih aja sok-sok olahraga. Jogging lah, sit up, push up dan belaga main basket (ini dia lagi cerita kalau dia biasa main basket). Untung saya kuat iman, jadi sok oke dia saya bales dengan sok cool saya. Hahahahaa....
Alex ini, kalau menurut saya paling menarik. Hahahahhaaa...misterius gitu orangnya. Orang Australia tapi nggak bule. Cenderung seperti orang dari ras mongol. Sipit gitu. Doi pendekar (pendek dan kekar). Dari pagi sampai malam, nggak pernah satu kalipun pakai baju. Cuma pakai celana pendek hitam. Hanya waktu dia mau check out, saya melihat dia pakai baju. Sebagai salam perpisahan, dia malah nawarin saya untuk ikut dia naik ke Gunung Rinjani. Mauuu ikut, tapi digendong yaaa... hahahaha!
Nah, kalau Brad, dia itu instruktur menyelam. Jarang banget tidur di kamar. Entah menclok kemana tuh dia dan temen-temennya. Saya juga dikenalin sama temennya yang jujur namanya lupa. Dia mantan jurnalis yang sekarang kerja sebagai humas perusahaan minyak. Gara-gara berlatar belakang sama, jadilah kami berdua curhat soal kejamnya dunia jurnalistik. Dia pun menyarankan saya untuk segeralah beralih profesi. Karena, you get nothing from this job, kata dia. Hmmmm....
Itulah teman-teman baru yang sama temui di Gili. Semoga di belahan dunia lain, kami bisa kembali dipertemukan yaaaaa....
Comments
Post a Comment