Tiga Hari Di Negeri Singa Bagian Kedua
Ini adalah inti dari acara jalan-jalan kami. Menelusuri
setiap sudut Singapura. Main di Gardens By the Bay, foto di depan Merlion,
mampir ke Setosa Island, mejeng di depan Globe Unversal Studio dan belanja di
Vivo City.
Universal Studio Singapura |
Pengalaman paling seru selama di Singapura ya di hari kedua
ini. Judulnya seharian jalan kaki. Dari satu lokasi ke lokasi lain kami tempuh
dengan berjalan kaki. Kami sering banget nyasar dalam perjalanan ini. Mau ke Bugis Junction berputar-putar
entah lewat mana. Begitu kami mengeluh lantaran nggak menemukan lokasi yang
kami tuju, eh, ternyata tempat itu ada di depan mata. Beberapa kali, hal semacam
ini terjadi. Contohnya waktu mencari Rafles City dan Marina Bay.
Kami jalan terus kayak orang bego sampai menemukan Merlion
Park.Dengan muka kelelahan, haus dan tak betenaga, kami langusng foto-foto di
depan singa yang memuncratkan air dari mulutnya. Standar lah yaaa... foto
mangap, seolah-olah minum air muncratan si Merlion. Saya dan Daboe bergantian
berfoto.
Nah, ini yang dahsyat. Kami menjadi pusat perhatian
wisatawan lain yang lagi heboh foto-foto di depan Merlion. Ini gara-gara si
tongsis. Kemunculan si tongsis membuat heboh Singapura. Di saat orang-orang
foto dengan minta bantuan orang lain, saya dan Daboe mandiri, nggak nyusahin
orang. Selfie foto-foto gaya orang gila di depan Merlion. Orang-orang memandang
kagum dengan selfie stick hasil pinjaman dari temannya Daboe.
Puas foto-foto di depan Merlion, kami harus segera menuju
destinasi lain. Hayo tebak apa? Vivo City (semacam mall) untuk selanjutnya
nyebrang ke Sentosa Island. Untuk mencapai Vivo City kami naik MRT, tapi saya
lupa nama stasiun yang terkoneksi langsung dengan Vivo City. Gampang kok urusan
transportasi publik di Singapura. Hampir ke seluruh daerah bisa terjangkau
dengan MRT. Pun kalau tidak ada MRT, bisa disambung dengan bis atau taxi.
Sebelum menggila di Sentosa Island, saya dan Daboe makan
siang dulu. Sewaktu di Rafles City, kami meniatkan untuk makan siang. Sayangnya
hampir seluruh restoran penuh. Lagipula harga makan di restoran di Rafles City
lumayan mahal untuk backpacker macam kami. Jadi, ujung-ujungnya kami makan
siang di McD di Vivo City.
Sudah pasti yang namanya junkfood di luar negeri tidak
seenak di Indonesia. Ini gara-gara sambalnya. Sambal pelengkap junkfood yang di
luar negeri jomplang banget dibandingkan dengan sambel buatan Indonesia. Tapi
ya.. lumayan buat mengisi perut daripada kami kelaparan.
Selesai makan, kami langsung ke lantai atas Vivo City,
menuju semacam stasiun kereta untuk sampai ke Sentosa Island. Dengan kartu EZ
Link, kami tinggal tap dan bisa langsung masuk untuk menunggu kereta menuju
Sentosa Island.
Perjalanan dengan kereta menuju Sentosa Island nggak sampai
5 menit. Yang lama itu menunggu keretanya datang. Eh tapi nggak lama juga kok.
Cuma penuh aja sih, padahal weekdays lho.
Tujuan saya dan Daboe di Sentosa Island cuma mau foto-foto
di depan Globe Universal Studio. Itu
saja. Kami nggak masuk ke dalam Universal Studio, karena harganya mahal. Dalam
bayangan saya, Universal Studio Singapur itu nggak jauh beda dengan Dunia
Fantasi.
Puas foto-foto, kami langsung balik ke Vivo City. Nah,
karena Vivo adalah mall yang besar dimana banyak brand pakaian luar negeri yang
konon menjual baju dengan harga miring, kami coba deh ubek-ubek counter Cotton
On, H&M, Uniqlo dan Ruby. Sayangnya, harganya nggak beda jauh dari di
Jakarta. Ya udah deh saya mengurungkan niat untuk belanja-belenji. Padahal,
salah satu niat ke Singapura mau belanja. Huhuhu..
Gardens by The Bay merupakan destinasi selanjutnya. Saya
nggak terlalu excited karena, pameran Bunga Tulip Belanda ditutup sehari
sebelum saya menginjakan kaki di Singapura. Dengan langkah gontai (karena
kecapean sih jalan kaki teruuusss soalnya), kami pada akhirnya sampai di
gerbang Gardens By The Bay. Sebelum masuk, ada
bangunan tinggi yang nampaknya sengaja diperuntukan bagi mereka yang
ingin menikmati pemandangan Gardens By The Bay dari ketinggian. Hanya saja, di
siang hari, nggak banyak yang bisa dilihat. Semestinya memang malam hari, saat
lampu-lampu bangunan Gardens by The Bay menyala. Itu Indah banget. Dari lokasi
yang sama kita juga bisa lihat Marina Bay Sands dan Singapore Flyer. Sekali
lagi, siang hari mereka nggak menarik. Harus dilihat di malam hari.
Gardens by The Bay menyambut kami dengan sejumlah replika
taman dari seluruh dunia. Maaf ya saya lupa, jenis taman apa saja yang ada di
sana. Tapi yang pasti sih ada taman India. Yang nggak ada tuh cowo-cewe
Indonesia joget di taman itu. Hahahaa...
Di Gardens by The Bay, terdapat dua bangunan utama, yaitu
Cloud Forest dan Flower Dome. Di Flower Dome, kita bisa lihat berbagai macam
bunga dan tetumbuhan dari berbagai negara. Bahkan ada Baobab dari Madagascar
yang batangnya gede-gede itu. Nah, di Flower Dome ini sering ada eksebisi
bunga. Sekali lagi, sehari sebelum saya tiba di Singapura, ada pameran bunga
tulip.
Ini poster eksebisi Tulipmania |
Di depan pintu masuk Flower Dome, masih terdapat sisa-sisa
poster eksebisi bunga tulip. Saya dan Daboe foto- foto di depan poster dengan
muka sedih karena nggak berjodoh dengan pameran tersebut. Saat masuk, saya sih
sempat dibuat takjub. Ada lorong informasi digital soal pentingnya menjaga
lingkungan. Setelah melewati lorong, kami mendapati taman bunga raksasa dengan atap
kaca yang sangat tinggi. Saya sih sempat ternganga ketika mendapati isi Flower
Dome. Saya bergegas untuk melihat sekitar.
AAAAAKKKKKHHHHHhhhhh... betapa terkejutnya saya saat
melongok ke lantai dasar. Taman kecil dengan bunga tulip berwarna-warni. Segera
saya balik kanan dan mendekati Daboe. Saya bak anak kecil yang kegirangan dapat
es krim.
Alhamdulillah ya allaaaah. Belum bisa menginjakan kaki di
Belanda, tapi sudah bisa melihat Mini Keukenhoof. Terima kasih Flower Dome
Gardens by The Bay. Satu mimpi saya menjadi nyata!!! Saya segera menyeret Daboe untuk turun ke lantai bawah,
melihat lebih dekat bunga yang identik dengan Belanda (padahal mah aslinya
bukan dari Belanda, tapi Turki). Sungguh saat itu saya mau nangis melihat tulip-tulip cantik
itu. Saya nggak berhenti-henti mengagumi bunga-bunga berwarna-warni itu. Foto
sana-sini sampai puas. Hmmm.. saya mau bawa pulang satu nggak boleh yaaaa????????? Daripada dibuang karena eksebisi telah selesai. Lebih baik diberikan ke saya. Ya nggak.. ya nggaaaak????
Flower Dome ini lokasi yang menarik untuk belajar soal bunga dan tetumbuhan lainnya. Kita jadi bisa tahu berbagai macam jenis bunga, kaktus dan tumbuhan lainnya. Kalau ke sini, paling enak menyewa headphone yang berisi penjelasan dalam bentuk audio berbagai tumbuhan.
Puas berkeliling di Flower Dome, saatnya menginjakan kaki di Cloud Forest. Nah, kalau ini adalah hutan mini buatan. Bener-bener seperti masuk hutan. Seketika kita bisa merasakan kesejukan hutan plus percikan air terjun buatan. Saluuuutttt buat Singapura. Negara kecil ini sebenarnya tidak punya hal menarik untuk dibanggakan ke dunia. Tapi berkat kreatifitas orang-orang Singapura, maka terciptalah objek wisata semacam Universal Studio dan Gardens by The Bay. Sekali lagi.. angkat topi untuk Singapura.
Isi Cloud Forest sebenarnya tak berbeda jauh dengan Flower Dome. Tapi Cloud Forest lebih banyak pohonnya sih. Yang menarik dari Cloud Forest adalah ruang multimedia soal bagaimana pengoperasian Gardens by The Bay. Ternyata kawan-kawan, listrik yang digunakan untuk pengoperasian Gardens by The Bay berasal dari energi matahari yang dikumpulkan melalui panel surya di siang hari. Selain itu, ada ruang multimedia yang menampilkan film soal bahaya kerusakan lingkungan apabila kita terus melanjutkan gaya hidup tak ramah lingkungan.
Marina Bay Sands. Semoga bisa liputan lalu diinepin di sini |
Singapore Flyer. Mahal Kaaak mau naik ini. |
Supertree Groove. Pohon Avatar |
Di luar kawasan Gardens by The Bay, saya mendapati warga lokal dan bule (yang tinggal dan bekerja di Singapura) sedang jogging. Akkkhh.. keren banget ini!!!! Bikin iri!!
Sehabis Gardens by The Bay, saya dan Daboe belanja-belenji ke Bugis Junction. Lumayan beli-beli kaos murah untuk oleh-oleh keluarga. Setelah itu balik ke hostel. Lelaaaaah seharian berjalan kaki. Malam terakhir di Singapura kami manfaatkan untuk beristirahat dan packing karena besok sore kami kembali ke Jakarta.
PS. Maafkan foto yang mencong-mencong. Padahal sudah disetting jadi Potrait.
Comments
Post a Comment