Tiga Hari Di Negeri Singa Bagian Terakhir
Berdasarkan itenerary yang saya dan Daboe buat jauh-jauh hari sebelum keberangkatan, kami seharusnya menghabiskan hari ketiga ini dengan mengunjungi Kebun Binatang Singapura. Namun rencana berubah. Hari terakhir di Singapura didedikasikan untuk mencicipi es krim 1 dollar yang konon mangkal di Orchard Road.
Oh ya, sebelum cerita pengalaman kami muter-muter Orchard mencari es krim yang kayaknya wajib banget dimakan oleh orang Indonesia kalau ke Singapura, ada satu hal unik yang terjadi di kamar kami.
Jadi ya, di malam kedua, kamar kami mendapatkan penghuni baru. Seorang wanita yang... cakep siiih. Pas kami balik, si Mba-nya ini sudah tidur. Tapi, malam hari, saya sempat curi dengar si Mba teleponan dalam bahasa Inggris yang pas-pasan.
Pagi harinya, saat berberes tas sebelum pulang, kami akhirnya berkenalan. Namanya...siapa ya.. saya nggak ingat. Nggak penting juga untuk diingat! Hahaha..!! Pokoknya Daboe lah yang berkenalan lalu tukeran nomor handphone.
Si mba ini adalah seorang penata rambut (mungkin profesional karena rambutnya keceeee badaaai!! Dia pakai rambut sambungan segala! Mantaaap!!!). Dia cerita jalan-jalan sendirian di Singapura. Dia juga cerita sudah berkeluarga dan punya anak (padahal saya dan Daboe nggak nanya).
Basa-basi yang sungguh basi dengan si Mba. Kami segera meninggalkan hotel. Tas kami titipkan, selagi kami menyusuri Singapura untuk terakhir kalinya. Sebelum pergi, kami makan roti gratisan yang disiapkan oleh hostel. Saya dan Daboe sarapan sambil membicarakan rencana perjalanan kami. Lumayan lama ngobrolnya.
Nah, saat kami selesai makan dan kemudian meninggalkan hostel, kami nggak sengaja melihat si Mbak dijemput sama kakek-kakek. Hayooo... hayooooo... hayooo....!! Apakah pikiran kalian sama dengan saya?? Hahahaa saya juga langsung bilang ke Daboe: Kaaaan, udah gw duga. Dia pasti tante-tante genit. Saat malam-malam mendengar dia ngobrol di telepon, saya mempunyai firasat kalau si Mbak ini.. ya begitu deh! Ternyata, firasat saya didukung alat bukti; Si Mbak dijemput, dipayungin sama kakek-kakek. Aduuuh mesra bangeet kayak anak muda pacaran deh.
Tadinya, saya dan Daboe mau iseng, pengen tahu si Mbak dan si Kakek mau dibawa kemana. Dudududu... kemana ya mereka. Tapi akhirnya kami mengurungkan niat melakukan investigasi curigatif kami. Ngabisin waktu juga kali. Mending muterin jalan-jalan Singapura deh.
Ada kejadian unik lagi nih saat saya dan Daboe di stasiun menuju Orchard. Tiba-tiba ada mas-mas kece ngondek bawa koper yang segede badannya, bertanya ke Daboe.
Pria eksotis,rambut berwarna warni (kalau nggak salah) ditutupi topi ala Justin Bieber, tindik sana-sini: Kakak tahu tuh dimana JB??
What??? JB?? Justin Bieber?? Saya sama Daboe pastinya nggak tahu JB yang dimaksud si pria. Setahu saya, dekat situ yang ada adalah Bugis Junction. Karena nggak tahu, kami minta maaf lalu melanjutkan perjalanan.
Jalan menuju Orchard harus ditempuh dengan transit MRT beberapa kali. Tapi akhirnya kami sampai juga di Orchard. Tujuan utama, ya itu mencari es krim satu dollar Singapura.
Es krim ini entah nyempil di sebelah mana. Saya dan Daboe berpatokan pada blog seseorang yang menyatakan si es krim berlokasi di dekat Cavenagh Bridge. Sampai sana, ternyata si abang es krim nggak ada. Saya dan Daboe terus berjalan, celingak-celinguk mencari gerobak es krim. Sekali lagi, saaat kami putus asa, si tukang es krim ternyata ada di depan mata.
Taddaaa... akhirnya kami bisa icip si es krim yang happening banget itu. Jadi yaa.. es krim satu dollar Singapura itu sebenarnya hanya es krim berbagai rasa yang dilapis roti. Rasa es krimnya bermacam-macam, mulai dari yang standar, yaitu vanila hingga duren. Sebagai penggemar duren, saya pun pesan duren. Soal rasa, kayaknya biasa aja deh. Nggak terlalu spesial menurut saya.
Oh ya, kenapa dinamain uncle ice cream? Nah ini dikarenakan penjualnya adalah bapak-bapak tua. Saking tuanya, jalannya sampai bongkok-bongkok. Kesiaaan.
Terpuaskan dengan es krim, kami kembali masuk mall. Kali ini mampir ke Smiggle. Toko yang menjual pernak-pernik unik. Di situ saya membeli casing ipad, dan beberapa dompet koin untuk oleh-oleh.
Selesai sudah perjalanan saya dan Daboe di Singapura. Di Bandara, kami sempat was-was karena ransel kami yang akan dimasukan kabin, beratnya melebihi batas ketentuan. Untungnya, tidak ada kecurigaan dari petugas bandara. Saya dan Daboe bisa melenggang masuk boarding room.
Saat menunggu pesawat, saya dan Daboe menyempatkan diri untuk skype dengan Anda yang saat ini tinggal di Belgia. Sayang, koneksi di Singapura ternyata jelek. Jadi, acara temu kangen lewat dunia maya tak berlangsung lama.
Tahun ini, tahun terakhir saya jalan-jalan. Saya meniatkan diri untuk satu kali lagi jalan-jalan dengan Daboe! Ayo Daaab!! Apa destinasi berikutnya? Medan.. makan duren yuuuuk!!!
Berdasarkan itenerary yang saya dan Daboe buat jauh-jauh hari sebelum keberangkatan, kami seharusnya menghabiskan hari ketiga ini dengan mengunjungi Kebun Binatang Singapura. Namun rencana berubah. Hari terakhir di Singapura didedikasikan untuk mencicipi es krim 1 dollar yang konon mangkal di Orchard Road.
Daboe mejeng di depan ION. Mall paling gede di Singapura |
Jadi ya, di malam kedua, kamar kami mendapatkan penghuni baru. Seorang wanita yang... cakep siiih. Pas kami balik, si Mba-nya ini sudah tidur. Tapi, malam hari, saya sempat curi dengar si Mba teleponan dalam bahasa Inggris yang pas-pasan.
Pagi harinya, saat berberes tas sebelum pulang, kami akhirnya berkenalan. Namanya...siapa ya.. saya nggak ingat. Nggak penting juga untuk diingat! Hahaha..!! Pokoknya Daboe lah yang berkenalan lalu tukeran nomor handphone.
Si mba ini adalah seorang penata rambut (mungkin profesional karena rambutnya keceeee badaaai!! Dia pakai rambut sambungan segala! Mantaaap!!!). Dia cerita jalan-jalan sendirian di Singapura. Dia juga cerita sudah berkeluarga dan punya anak (padahal saya dan Daboe nggak nanya).
Basa-basi yang sungguh basi dengan si Mba. Kami segera meninggalkan hotel. Tas kami titipkan, selagi kami menyusuri Singapura untuk terakhir kalinya. Sebelum pergi, kami makan roti gratisan yang disiapkan oleh hostel. Saya dan Daboe sarapan sambil membicarakan rencana perjalanan kami. Lumayan lama ngobrolnya.
Nah, saat kami selesai makan dan kemudian meninggalkan hostel, kami nggak sengaja melihat si Mbak dijemput sama kakek-kakek. Hayooo... hayooooo... hayooo....!! Apakah pikiran kalian sama dengan saya?? Hahahaa saya juga langsung bilang ke Daboe: Kaaaan, udah gw duga. Dia pasti tante-tante genit. Saat malam-malam mendengar dia ngobrol di telepon, saya mempunyai firasat kalau si Mbak ini.. ya begitu deh! Ternyata, firasat saya didukung alat bukti; Si Mbak dijemput, dipayungin sama kakek-kakek. Aduuuh mesra bangeet kayak anak muda pacaran deh.
Tadinya, saya dan Daboe mau iseng, pengen tahu si Mbak dan si Kakek mau dibawa kemana. Dudududu... kemana ya mereka. Tapi akhirnya kami mengurungkan niat melakukan investigasi curigatif kami. Ngabisin waktu juga kali. Mending muterin jalan-jalan Singapura deh.
Ada kejadian unik lagi nih saat saya dan Daboe di stasiun menuju Orchard. Tiba-tiba ada mas-mas kece ngondek bawa koper yang segede badannya, bertanya ke Daboe.
Pria eksotis,rambut berwarna warni (kalau nggak salah) ditutupi topi ala Justin Bieber, tindik sana-sini: Kakak tahu tuh dimana JB??
What??? JB?? Justin Bieber?? Saya sama Daboe pastinya nggak tahu JB yang dimaksud si pria. Setahu saya, dekat situ yang ada adalah Bugis Junction. Karena nggak tahu, kami minta maaf lalu melanjutkan perjalanan.
Jalan menuju Orchard harus ditempuh dengan transit MRT beberapa kali. Tapi akhirnya kami sampai juga di Orchard. Tujuan utama, ya itu mencari es krim satu dollar Singapura.
Es krim ini entah nyempil di sebelah mana. Saya dan Daboe berpatokan pada blog seseorang yang menyatakan si es krim berlokasi di dekat Cavenagh Bridge. Sampai sana, ternyata si abang es krim nggak ada. Saya dan Daboe terus berjalan, celingak-celinguk mencari gerobak es krim. Sekali lagi, saaat kami putus asa, si tukang es krim ternyata ada di depan mata.
Si Uncle. Udah Tua kaaan?? |
Monggo-monggo dipilih mau rasa apaa??? |
Oh ya, kenapa dinamain uncle ice cream? Nah ini dikarenakan penjualnya adalah bapak-bapak tua. Saking tuanya, jalannya sampai bongkok-bongkok. Kesiaaan.
Terpuaskan dengan es krim, kami kembali masuk mall. Kali ini mampir ke Smiggle. Toko yang menjual pernak-pernik unik. Di situ saya membeli casing ipad, dan beberapa dompet koin untuk oleh-oleh.
Selesai sudah perjalanan saya dan Daboe di Singapura. Di Bandara, kami sempat was-was karena ransel kami yang akan dimasukan kabin, beratnya melebihi batas ketentuan. Untungnya, tidak ada kecurigaan dari petugas bandara. Saya dan Daboe bisa melenggang masuk boarding room.
Saat menunggu pesawat, saya dan Daboe menyempatkan diri untuk skype dengan Anda yang saat ini tinggal di Belgia. Sayang, koneksi di Singapura ternyata jelek. Jadi, acara temu kangen lewat dunia maya tak berlangsung lama.
Tahun ini, tahun terakhir saya jalan-jalan. Saya meniatkan diri untuk satu kali lagi jalan-jalan dengan Daboe! Ayo Daaab!! Apa destinasi berikutnya? Medan.. makan duren yuuuuk!!!
ah bokis nih iboy katanya sudah pensiun tapi msh jalan aja hehe, btw kapan backpackeran sama saya? haha lagian ke singapura ga ngajak2 kan sy bs jd guidenya hehe
ReplyDeletesalam #fakh