Ulang tahun kali ini akan saya catat dan masukan dalam daftar perayaan ulang tahun yang tidak akan pernah saya lupakan.
Di awali dari rumah. Orang tua dan saudara tentunya menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun. Dua ponakan lucu juga ambil bagian dalam perayaan ulang tahun tanpa kue tadi pagi.
Mamas Pendar yang tahun lalu hanya bisa mengucapkan: Amat Taun Ta (Sekamat ulang tahun tante). Tahun ini mengalami kemajuan pesat dalam berbicara. Setelah bernyanyi bersama anggota keluarga lainnya, Pendar berujar: selamat ulang tahun tante rusa (Pendar mempunyai sebutan khusus untuk anggota keluarga dan saya memaksakan diri agar menjadi rusa).
Pijar, ponakan nomor dua, karena belum bisa berbicara dan tak mengerti arti dari pertambahan umur tantenya, hanya bisa tertawa sembari tepuk tangan saat lagu Selamat Ulang Tahun dilantunkan.
Tak lengkap jika tak merayakan momen berkurangnya jatah hidup di dunia, di KPK. Sebuah ruangan di sisi kiri kantor KPK sudah seperti ruang keluarga kedua bagi saya. Tak afdol jika saya tak berbagi kebahagian kepada keluarga kedua saya; rekan-rekan jurnalis yang bertugas di KPK.
Tentu perayaan ulang tahun di KPK kemarin menjadi tidak biasa karena peristiwa penangkapan Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto oleh Bareskrim Mabes Polri. Tidak ada acara foto-foto sebagaimana ritual manakala ada yang berulang tahun dan membawa makanan.
Kondisi ruang wartawan KPK saat itu penuh sesak oleh wartawan yang sedang menulis berita dan mungkin kelaparan. Empat kotak donat saya pindahtangankan dan tanpa basa-basi langsung dimakan.
Tak lama berada di KPK, saya langsung melarikan diri ke Plaza Senayan. Di sana dua kawan semasa kuliah sudah menunggu. Saya tak mengira, mereka berdua akan memberikan kue red velvet yang sudah lama saya idam-idamkan. Sang kue yang selama ini hanya dinikmati melalui postingan di media sosial, tadi sore saya lumat. Ternyata benar, kue ini memang enak.
Lagi-lagi pertemuan saya dengan Daboe dan Erlin tak bisa lama-lama. Ada liputan di Kota yang saya harus datangani. Saya terlambat. Datang saat acara selesai. Seorang bapak yang saya yakini adalah bagian dari panitia penasaran mengapa saya datang di akhir acara.
"Kamu dari Plaza Senayan ya? Liput apa? Pejabat ya? Menteri?" Tanya si bapak yang terlihat melirik paperbag sebuah toko kue di Plaza Senyaan yang saya tenteng.
"Enggak pak saya tadi bertemu teman," jawab saya santai.
"Wah, kamu mangkir dari pekerjaan kamu," respon si bapak dan saya memilih untuk tidak menanggapi.
Liputan selesai, saya pulang ke rumah. Sebelum sampai rumah, saya mampir untuk membeli kue untuk perayaan kecil-kecil dengan keluarga. Sayang, dua bocah lucu itu sudah tidur, dan acara tiup lilin ditunda hingga hari ini.
Sepanjang pagi hingga malam hari, berbagai pesan baik personal maupun melalui sosial media terus berdatangan. Ucapan selamat dan doa mengalir tiada henti. Bahkan orang-orang yang tidak pernah satu kalipun mengucapkan selamat, kemarin meluangkan waktu untuk menulis di wall facebook saya.
Namun saya masih resah. Saya masih menunggu satu ucapan dari seseorang. Gusar tidak mau hilang, sampai sayapun akhirnya memancing orang tersebut untuk memberikan selamat.
30 menit jelang dini hari tak ada tanda-tanda, orang itu menuliskan pesan. Saya pasrah. Ah, mungkin dia sedang disibukan dengan pekerjaannya. Namun, lima menit sebelum tanggal berganti menjadi 24, pesan itu masuk. Senyum bahagia manakala membaca deretan kata yang sesungguhnya biasa saja. Terima kasih saya kepada anda yang sudah menutup hari ulang tahun saya dengan sempurna.
Terima kasih Allah yang masih mempercayakan saya untuk menikmati dunia. Terima kasih orang tua untuk doa yang sangat spesial. Untuk kawan-kawan yang sudah membuat foto-foto kreatif ucapan selamat ulang tahun. Dan sekali lagi kepada anda.
Inilah kisah saya di tanggal 23.
Comments
Post a Comment