Pasca mendapatkan tiket, saya malah larut dalam kebahagian. Padahal, saya harusnya sudah mulai bikin itinerary yang bakal saya jadikan acuan untuk apply Visa Schengen.
Oiya, dengan bangga saya mengumumkan bahwa saya bakal bertualang di Eropa ditemani oleh Gadis (ah, dia sudah tak gadis lagi) Serang yang sudah Go Internasional (Agnes Mo mah lewaat), Nurul Handayani a.k.a. Anda, a.k.a. Noe, a.k.a. Mrs Mottl. Alhamdulillaaaahh.. ada teman di sepanjang perjalanan dan yang terpenting, akomodasi bisa dibagi dua! Yesssss!!
Naaah, beruntunglah ada si Anda. Dia mengingatkan saya untuk segera menyusun itenerary dan apply Visa Schengen. Baiklah, saatnya kembali ke laptop dan mulai menyusun negara mana saja yang ingin saya kunjungi.
Jadi, dua wanita ini luar biasa ambisius ya. Dalam kurun waktu 15 hari harus mengunjungi sebanyak mungkin negara. Dari hasil diskusi, maka negara yang akan kami sambangi adalah Belanda, Prancis, Belgia, Italia, Spanyol, Hongaria, Ceko dan Slovakia.
Itinerary sudah jadi, saya mulai mempersiapkan dokumen untuk mengajukan Visa Schengen. Bagi yang belum tahu Visa Schengen, saya jelasin secara singkat ya. Schengen adalah visa yang diterbitkan oleh Uni Eropa untuk mereka yang mau mengunjungi negara-negara yang menjadi anggota Uni Eropa. Ada 26 negara. Negaranya mana saja, silahkan dicari (Turki dan Inggris nggak termasuk ya. Duh, padahal mau banget ke dua negara ini). Dengan mengantongi Visa Schengen, kita bisa loncat dari satu negara ke negara lain dalam wilayah Uni Eropa dengan bebas.
Visa Schengen diajukan ke Kedutaan negara yang pertama kali kita datangi. Kalau mendarat di Amsterdam, ya ajukan ke Kedutaan Besar Belanda. Kemudian soal persyaratan, semua bisa dilihat di situs Embassy masing-masing negara. Kalau Belanda, bisa disimak di www.nlembassy.org
Dokumen yang harus dibutuhkan sebenarnya adalah jaminan bahwa kita nggak akan terlunta-lunta selama di sana, nggak akan menyalahgunakan visa (misalnya visa turis, tapi di sana malah kerja) dan kepastian kalau kita akan kembali ke negara asal. Kalau kita tidak memenuhi kriteria, ya besar kemungkinan visa akan ditolak.
Oke, daftar dokumen yang harus dibawa saat apply Visa Schengen:
1. Tiket Pulang Pergi. Nah, Kedutaan Belanda nggak mewajibkan tiket sudah dibeli. Cukup reservasi saja. Untuk reservasi tiket biasanya harus meminta tolong travel agent.
2. Rekening Koran tiga bulan terakhir. Disyaratkan setidaknya mempunyai uang yang bisa membiayai hidup selama di Eropa. Minimal 34 Euro sehari. Lebih banyak duit di rekening kita, semakin meyakinkan pihak Kedutaan untuk mengeluarkan visa.
3. Surat Referensi dari Bank. Biasanya bank mengenakan biaya Rp50 ribu untuk selembar surat referensi yang menerangkan jumlah uang di rekening.
4.Booking tempat tinggal. Kalau nggak mau ribet, booking hotel/hostel di booking.com, pilih yang free cancelation, biar nggak rugi kalau ternyata visa ditolak.
5. Surat Rekomendasi dari kantor. Ini jaminan kalau kita akan pulang. Templatenya banyak di internet. Dan biasanya masing-masing kantor punya format tersendiri.
6. Paspor.
7. Pas foto. Ada ukuran khusus. Lebih baik foto langsung di Kedutaan Belanda dengan biaya sekitar Rp50ribu.
8. Asuransi Perjalanan dengan nilai pertanggungan 30 ribu euro.
Oiya, Visa Schengen diajukan lebih awal lebih baik. Jangan terlalu mepet. Minimal dua minggu sebelum keberangkatan.
Cukup ya selayang pandang soal Visa Schengen. Balik ke pengalaman saya mengajukan visa ini. Satu hal yang bikin saya khawatir adalah soal surat keterangan kerja. Secara sudah nggak kerja yaa. Bingung!! Alhamdulillah, masalah terpecahkan karena Mba Muti dari Eka Kolese, tempat saya pernah mengajar dulu, mau memberikan surat rekomendasi. Terima kasih Mba Muti :)
Paspor siap, surat rekomendasi kantor siap, rekening koran siap, pas foto siap, semua siap, saya meluncur ke situs nlembassy.org untuk membuat janji penyerahan dokumen. Di situs itu, nanti bisa dilihat slot yang masih kosong kapan. Bulan Desember lalu, pas saya mau membuat janji, hanya tanggal 24 yang masih kosong.
Setelah memilih slot dan mengisi formulir (harus hati-hati isi, terutama kolom paspor. Kalau salah, baru tiga bulan kemudian bisa ajukan visa lagi), maka akan dapat email yang harus dicetak dan dibawa saat penyerahan dokumen.
Hari penyerahan dokumen, saya datang 30 menit lebih awal, yaitu sekitar pukul 08.00 WIB. Ketika sampai, sudah ada antrean orang-orang yang punya janji pukul 8.00 WIB. Agak terlambat ya masuknya. Serharusnya 08.30 WIB, saya baru diizinkan masuk 20 menit kemudian.
Sebelum masuk ke ruangan, kita harus menyusun dokumen sesuai dengan urutan yang sudah ditentukan. Oleh petugasnya juga diberikan lembaran negara yang akan dikunjungi dan durasinya. Selain dokumen dan uang, semua barang yang kita bawa harus disimpan dalam loker.
Duh, semacam dejavu. Maret tahun lalu, saya ke ruangan ini untuk ambil visa Mas Helmy, pacarnya sahabat saya Ratna. Sekarang, saya di sini untuk mengurus visa saya sendiri.
Pas masuk ke ruangan ini, saya harus kembali menunggu antrian penyerahan dokumen sekaligus wawancara basa-basi. Saat menunggu saya memperhatikan proses wawancara. Ada seorang Ibu tua yang ngobrol dengan petugas menggunakan Bahasa Belanda. Saya nyengir-nyengir nguping pembicaraan mereka. Dalam benak saya, sebentar lagi saya akan mempraktekan kembali ilmu yang saya pelajari di kampus dulu.
Giliran saya tiba. Saya mencoba untuk santai, tidak grogi. Dokumen saya serahkan dan petugas berjilbab mulai memeriksa dokumen sambil mengajukan beberapa pertanyaan. Pertanyaan yang dilontarkan standar banget. Seperti ke Eropa mau apa? Berapa lama? Sama siapa? Nginep dimana?
Petugas ngobrol sama sesama petugas: Di Amsterdam ada hostel tiga hari cuma Rp600 ribu?
Saya nyamber: Ada mba. Itu kan hostel Mba.
Petugas: Ini sekamar berapa banyak?
Saya: sepuluh atau 12 gitu, saya lupa
Petugas: Kenapa nggak nginep aja di tempat temannya?
Saya: Hmmm... (si Mba nggak tau aja, nanti semua hostel itu saya batalin)
Setelah pemeriksaan dokumen, pembuatan sidik jari dan membayar biaya pembuatan visa sebesar Rp850 ribu, saya dipersilahkan duduk. Tak lama kemudian, si Mba memanggil saya.
Petugas: Senin ke sini lagi ya. Ambil paspornya.
Saya: Oke Mba. Terima kasih.
Saya agak terkejut karna jeda waktu penyerahan dan pengambilan cuma sehari. Apakah visa saya diterima? Atau malah ditolak? Semuanya akan terjawab di hari senin.
Senin pun tiba. Saya sengaja datang siang, sekitar pukul 13.00 WIB. Eh, tapi pas sampai di sana, kedutaan kosong melompong. Saya dikasih tahu kalau saya pengambilan visa seharusnya di pagi hari. Untung masih diizinkan untuk ambil visa. Dan untung masih ada petugas yang stand by di sana.
Petugas. Mba-mba mukanya familiar. Kayaknya eks anak Belanda: Kok baru segini datangnya?
Saya: Nggak ada keterangan harus jam berapa datangnya.
Petugas: Kalau nggak ditulis, kamu mondeling (artinya ngomong. Laah, si Mba kok tiba-tiba pakai Bahasa Belanda) dong. Tanya. Nih (sambil menyerahkan paspor). Selamat jalan-jalan yaaa...
Saya: (sok cool) Makasih Mbak
Karna si Mbak bilang selamat jalan-jalan, jadi positif ya.. STICKER VISA SCHENGEN MENEMPEL DI PASPOR SAYA. APPROVED! Alhamdulilaaah ya Allah.
Duuuuh.. momen melihat halaman pertama paspor saya ditempeli sticker Visa Schengen akan saya catat dalam sejarah hidup saya. Salah satu momen membahagiakan yang pernah saya alami.
Demikianlah, lika liku pengalaman saya membuat Visa Schengen :)
29.01.2016
12.00
Kiky
Oiya, dengan bangga saya mengumumkan bahwa saya bakal bertualang di Eropa ditemani oleh Gadis (ah, dia sudah tak gadis lagi) Serang yang sudah Go Internasional (Agnes Mo mah lewaat), Nurul Handayani a.k.a. Anda, a.k.a. Noe, a.k.a. Mrs Mottl. Alhamdulillaaaahh.. ada teman di sepanjang perjalanan dan yang terpenting, akomodasi bisa dibagi dua! Yesssss!!
Naaah, beruntunglah ada si Anda. Dia mengingatkan saya untuk segera menyusun itenerary dan apply Visa Schengen. Baiklah, saatnya kembali ke laptop dan mulai menyusun negara mana saja yang ingin saya kunjungi.
Jadi, dua wanita ini luar biasa ambisius ya. Dalam kurun waktu 15 hari harus mengunjungi sebanyak mungkin negara. Dari hasil diskusi, maka negara yang akan kami sambangi adalah Belanda, Prancis, Belgia, Italia, Spanyol, Hongaria, Ceko dan Slovakia.
Itinerary sudah jadi, saya mulai mempersiapkan dokumen untuk mengajukan Visa Schengen. Bagi yang belum tahu Visa Schengen, saya jelasin secara singkat ya. Schengen adalah visa yang diterbitkan oleh Uni Eropa untuk mereka yang mau mengunjungi negara-negara yang menjadi anggota Uni Eropa. Ada 26 negara. Negaranya mana saja, silahkan dicari (Turki dan Inggris nggak termasuk ya. Duh, padahal mau banget ke dua negara ini). Dengan mengantongi Visa Schengen, kita bisa loncat dari satu negara ke negara lain dalam wilayah Uni Eropa dengan bebas.
Visa Schengen diajukan ke Kedutaan negara yang pertama kali kita datangi. Kalau mendarat di Amsterdam, ya ajukan ke Kedutaan Besar Belanda. Kemudian soal persyaratan, semua bisa dilihat di situs Embassy masing-masing negara. Kalau Belanda, bisa disimak di www.nlembassy.org
Dokumen yang harus dibutuhkan sebenarnya adalah jaminan bahwa kita nggak akan terlunta-lunta selama di sana, nggak akan menyalahgunakan visa (misalnya visa turis, tapi di sana malah kerja) dan kepastian kalau kita akan kembali ke negara asal. Kalau kita tidak memenuhi kriteria, ya besar kemungkinan visa akan ditolak.
Oke, daftar dokumen yang harus dibawa saat apply Visa Schengen:
1. Tiket Pulang Pergi. Nah, Kedutaan Belanda nggak mewajibkan tiket sudah dibeli. Cukup reservasi saja. Untuk reservasi tiket biasanya harus meminta tolong travel agent.
2. Rekening Koran tiga bulan terakhir. Disyaratkan setidaknya mempunyai uang yang bisa membiayai hidup selama di Eropa. Minimal 34 Euro sehari. Lebih banyak duit di rekening kita, semakin meyakinkan pihak Kedutaan untuk mengeluarkan visa.
3. Surat Referensi dari Bank. Biasanya bank mengenakan biaya Rp50 ribu untuk selembar surat referensi yang menerangkan jumlah uang di rekening.
4.Booking tempat tinggal. Kalau nggak mau ribet, booking hotel/hostel di booking.com, pilih yang free cancelation, biar nggak rugi kalau ternyata visa ditolak.
5. Surat Rekomendasi dari kantor. Ini jaminan kalau kita akan pulang. Templatenya banyak di internet. Dan biasanya masing-masing kantor punya format tersendiri.
6. Paspor.
7. Pas foto. Ada ukuran khusus. Lebih baik foto langsung di Kedutaan Belanda dengan biaya sekitar Rp50ribu.
8. Asuransi Perjalanan dengan nilai pertanggungan 30 ribu euro.
Oiya, Visa Schengen diajukan lebih awal lebih baik. Jangan terlalu mepet. Minimal dua minggu sebelum keberangkatan.
Cukup ya selayang pandang soal Visa Schengen. Balik ke pengalaman saya mengajukan visa ini. Satu hal yang bikin saya khawatir adalah soal surat keterangan kerja. Secara sudah nggak kerja yaa. Bingung!! Alhamdulillah, masalah terpecahkan karena Mba Muti dari Eka Kolese, tempat saya pernah mengajar dulu, mau memberikan surat rekomendasi. Terima kasih Mba Muti :)
Paspor siap, surat rekomendasi kantor siap, rekening koran siap, pas foto siap, semua siap, saya meluncur ke situs nlembassy.org untuk membuat janji penyerahan dokumen. Di situs itu, nanti bisa dilihat slot yang masih kosong kapan. Bulan Desember lalu, pas saya mau membuat janji, hanya tanggal 24 yang masih kosong.
Setelah memilih slot dan mengisi formulir (harus hati-hati isi, terutama kolom paspor. Kalau salah, baru tiga bulan kemudian bisa ajukan visa lagi), maka akan dapat email yang harus dicetak dan dibawa saat penyerahan dokumen.
Hari penyerahan dokumen, saya datang 30 menit lebih awal, yaitu sekitar pukul 08.00 WIB. Ketika sampai, sudah ada antrean orang-orang yang punya janji pukul 8.00 WIB. Agak terlambat ya masuknya. Serharusnya 08.30 WIB, saya baru diizinkan masuk 20 menit kemudian.
Sebelum masuk ke ruangan, kita harus menyusun dokumen sesuai dengan urutan yang sudah ditentukan. Oleh petugasnya juga diberikan lembaran negara yang akan dikunjungi dan durasinya. Selain dokumen dan uang, semua barang yang kita bawa harus disimpan dalam loker.
Duh, semacam dejavu. Maret tahun lalu, saya ke ruangan ini untuk ambil visa Mas Helmy, pacarnya sahabat saya Ratna. Sekarang, saya di sini untuk mengurus visa saya sendiri.
Pas masuk ke ruangan ini, saya harus kembali menunggu antrian penyerahan dokumen sekaligus wawancara basa-basi. Saat menunggu saya memperhatikan proses wawancara. Ada seorang Ibu tua yang ngobrol dengan petugas menggunakan Bahasa Belanda. Saya nyengir-nyengir nguping pembicaraan mereka. Dalam benak saya, sebentar lagi saya akan mempraktekan kembali ilmu yang saya pelajari di kampus dulu.
Giliran saya tiba. Saya mencoba untuk santai, tidak grogi. Dokumen saya serahkan dan petugas berjilbab mulai memeriksa dokumen sambil mengajukan beberapa pertanyaan. Pertanyaan yang dilontarkan standar banget. Seperti ke Eropa mau apa? Berapa lama? Sama siapa? Nginep dimana?
Petugas ngobrol sama sesama petugas: Di Amsterdam ada hostel tiga hari cuma Rp600 ribu?
Saya nyamber: Ada mba. Itu kan hostel Mba.
Petugas: Ini sekamar berapa banyak?
Saya: sepuluh atau 12 gitu, saya lupa
Petugas: Kenapa nggak nginep aja di tempat temannya?
Saya: Hmmm... (si Mba nggak tau aja, nanti semua hostel itu saya batalin)
Setelah pemeriksaan dokumen, pembuatan sidik jari dan membayar biaya pembuatan visa sebesar Rp850 ribu, saya dipersilahkan duduk. Tak lama kemudian, si Mba memanggil saya.
Petugas: Senin ke sini lagi ya. Ambil paspornya.
Saya: Oke Mba. Terima kasih.
Saya agak terkejut karna jeda waktu penyerahan dan pengambilan cuma sehari. Apakah visa saya diterima? Atau malah ditolak? Semuanya akan terjawab di hari senin.
Senin pun tiba. Saya sengaja datang siang, sekitar pukul 13.00 WIB. Eh, tapi pas sampai di sana, kedutaan kosong melompong. Saya dikasih tahu kalau saya pengambilan visa seharusnya di pagi hari. Untung masih diizinkan untuk ambil visa. Dan untung masih ada petugas yang stand by di sana.
Petugas. Mba-mba mukanya familiar. Kayaknya eks anak Belanda: Kok baru segini datangnya?
Saya: Nggak ada keterangan harus jam berapa datangnya.
Petugas: Kalau nggak ditulis, kamu mondeling (artinya ngomong. Laah, si Mba kok tiba-tiba pakai Bahasa Belanda) dong. Tanya. Nih (sambil menyerahkan paspor). Selamat jalan-jalan yaaa...
Saya: (sok cool) Makasih Mbak
Karna si Mbak bilang selamat jalan-jalan, jadi positif ya.. STICKER VISA SCHENGEN MENEMPEL DI PASPOR SAYA. APPROVED! Alhamdulilaaah ya Allah.
Duuuuh.. momen melihat halaman pertama paspor saya ditempeli sticker Visa Schengen akan saya catat dalam sejarah hidup saya. Salah satu momen membahagiakan yang pernah saya alami.
Demikianlah, lika liku pengalaman saya membuat Visa Schengen :)
29.01.2016
12.00
Kiky
mbak.. apply visa schengennya di jakarta ya? soalnya disuruh ngamhil passpornya cepet.
ReplyDeleteaku apply di bali hri. disuruh ngambil paspornya akhir bulan ini
. galau nunggu 2 minggu :(
Hii.. aku apply di jakarta karna domisili di Jakarta. Mungkin karna persyaratan aku memenuhi makanya dalam sehari udah jadi visanya. Semoga approved ya visa kamuuu
Deleteiya.. soalnya wktu di konsulat katanya visanya skg dikeluarin dri kuala lumpur jd lbh lama.. 2014 kmaren bikin visa schengen seminggu udah kelar.. di jkt cepat bgt ya.. enak ga pake galau kyk aku.. hehe. iya makasih.. smoga visaku segera diterima. amin.. ☺😅
ReplyDeleteGimana visanya? Udah ada kabar baik belum dari konsulat? Kayaknya diterima deh. Apalagi visa schengen kamu sebelumnya sudah pernah diterima. Good luck yaa dan enjoy Holland
Deleteiya udah dpt visanya. dapet setahun. hehe... thank you dear ☺
Deletewaaah selamat ya. Setahun. Iri deh akuuuuu...
DeleteHai mba, aku mau nanya.. Kalo boleh tau mba pake asuransi perjalanan apa yaa?
ReplyDeleteaku pake evasan. Direkomendasikan oleh teman aku yg tinggal di Belgia. Prosesnya gampang, tinggal beli melalui website: https://www.evasan.com/ . Lalu, pihak evasan sangat fleksibel terhadap perubahan. Polis bisa diubah jika ada yang tidak sesuai dengan keinginan kita
Deletehalo mbaa...
ReplyDeletebaru baru aku apply visa ke belanda tapi di tolak padahal dokumen semua sudah lengkap trus juga udah ada sponsor.. nah waktu bikin surat keterangan kerja itu mba kasih tau ga tgl keberangkatan dn kepulangannya ?
semoga d bales :)