KINDERDIJK |
Yaay... sudah hari kedua lho!! Di hari kedua ini, saya menjadwalkan untuk ke Kinderdijk, Amsterdam dan Leiden. Tujuan pertama sudah pasti Kinderdijk, karena faktor kedekatan lokasi dengan Rotterdam. Jarak Rotterdam-Kinderdijk adalah 15 kilometer saja.
Sebelum melancong ke Kinderdijk, tuan rumah menyuguhkan kami dengan sarapan nikmat yang susah ditemukan di Belanda. Rendang, tempe orek dan gulai daun singkong (karna nggak ada daun singkok, jadi Dain pakai Kale). Subhanallah.. nikmat banget. Baru dua hari di Belanda, saya sudah dikasih makanan Indonesia. Alamat nggak kangen sama Indonesia ini mah! Makasih Bumil.
Setelah kelar urusan perut dan penampilan. Kece banget deh saya dengan barang-barang pinjaman dari Dain dan Anda. Boots dipinjami Dain. Sementara Anda merelakan jaketnya yang tebal itu untuk menghangatkan tubuh saya yang masih kampring belum climatizing (istilahnya si Anda), belum beradaptasi dengan cuaca dingin di Belanda.
Ini penting untuk diketahui semua orang. Saya suka banget, baik lokasi maupun rumahnya Dain. Jarak rumah Dain ke stasiun metro terdekat, yaitu Slinge adalah 10 menit dengan berjalan kaki. Tapi 10 menit jalan di Belanda itu rasanya beda lho dengan 10 menit jalan di Jakarta. Lebih enak. Pertama karena cuaca yang dingin. Semakin banyak jalan (bergerak), tubuh otomatis akan mengeluarkan energi yang bakal menghangatkan tubuh. Kedua, udaranya bersih. Pantaslah bersih, mobil yang berlalu lalang bisa dihitung dengan jari. Ketiga adalah pemandangan. Kece bangeeeeeettt!! Nggak jauh dari rumah Dain, ada danau lengkap dengan bebek berkepala hijau dan coklat, dan angsa. Dan jangan lupa... ada burung-burung putih yang terbang cantik menghiasi langit Rotterdam. Sempurna!
Dalam metro menuju Kinderdijk. Maafkan gambarnya goyang |
Sebelum lanjut, pembaca yang budiman sudah tahu tentang Kinderdijk kan? Kinderdijk adalah sebuah desa yang terletak di Molenwaard, Provinsi Noord Holland. Di desa ini terdapat ikon negara Belanda. Yup, tidak lain dan tidak bukan: KINCIR ANGIN!
Kinderdijk masuk dalam 25 persen kawasan Belanda yang terdapat di bawah permukaan laut. Nah, si kincir angin ini fungsinya untuk mengeringkan wilayah itu dari air. Untuk Kinderdijk sendiri, ada sekitar 19 kincir angin jadul yang sampai saat ini masih berfungsi dengan baik. Sekarang sih, sudah beralih fungsi, nggak lagi untuk mengusir air, tapi untuk membuat tepung dan lainnya (maafin kalau nggak akurat yaaa).
Balik ke perjalanan saya ke Kinderdijk. Jadi ada dua cara untuk mencapai desa kecil yang dipenuhi oleh kincir angin raksasa. Pertama dengan menggunakan bis tujuan Molenwaard. Kedua, yang tentunya lebih mengasyikan adalah menggunakan waterbus. Bis juga sih, tapi di air. Haha.. jadi ini semacam perahu cepat yang bisa menampung lebih dari 50 orang. Sepeda dan motor juga bisa terangkut oleh waterbus ini.
Mejeng sendirian |
Mejeng di depan waterbus. Tuh yang di belakang namanya Erasmus Brug |
Ini bukan waterbus sih. Tapi bentuknya mirip-miriplah! |
Lokasi waterbus terletak tak jauh dari jembatan termahsyur di Rotterdam, yaitu Erasmus Brug. Biasa aja sih sebenarnya jembatan ini. Tapi kece untuk dijadikan background foto. Kalau tidak salah, untuk menuju waterbus, bisa naik tram dan turun di Wilhemina Plein. Dari situ jalan kaki menuju waterbus. Lumayan jauh ini jalan kakinya. Hahaaa..
Sebelum dibuat terpana dengan cerita saya tentang Kinderdijk, saya mau bagi informasi dulu soal sistem transportasi plus pembayarannya di Belanda. Selama saya dan Anda di Belanda, Feba meminjami kami OV Chipkaart. Ini kartu yang dipakai untuk tap in dan tap out di semua transportasi umum, kecuali kereta. Kalau nggak punya OV Chipkaart bisa beli tiket sekali jalan/tiket yang berlaku satu jam (tergantung kebijakan perusahaan angkutan) di mesin atau loket di stasiun metro. Di halte-halte pemberhentian tram, sama sekali nggak ada tempat beli tiket.
Untuk satu kali perjalanan, dikenakan tarif yang berbeda sesuai dengan jarak. Tapi, setiap kali check in, saldo kita yang tersedot adalah ongkos perjalanan ditambah dengan jaminan sebesar 4 Euro. Jika kita tidak check out, maka relain aja si 4 Euro itu melayang. Makanya.. wajib banget check in dan check out. Bukan cuma bisa kehilangan 4 Euro aja. Kalau lupa check in, lalu ada petugas (ini untung-untungan. Kadang ada petugas yang ngecek, kadang enggak. Tapi sebaiknya selalu check in dan check out demi ketenangan dompet dan jiwa), kita bisa kena denda 40 Euro. Euuuwww.. amit-amit banget kan. Lebih baik patuhi peraturan yang ada di sana. Mesin check in dan check out ada di setiap pintu. Jadi nggak ada alasan untuk nggak check in dan check out. Kecuali bener-bener lupa seperti yang dilakuin Dain beberapa waktu lalu.
OV Kaart bisa digunakan juga untuk membayar ongkos waterbus. Nah, si waterbus ini nggak mengantar kita sampai ke Kinderdijk. Kita harus naik perahu yang lebih kecil untuk menuju Kinderdijk. Cukup mengeluarkan 1,75 Euro untuk rute pendek ke Kinderdijk. Yang ini dibayar tunai yaa. Nanti dikasih tiket kertas gitu sama bapak nahkodanya.
Di dalam waterbus. Hapenya Dain kece banget ya. Saya jadi cantik gini :P |
Selamat datang di Kinderdijk. Setelah nahkoda merapatkan kapalnya ke daratan, saya belum bisa mengintip jejeran kincir angin original berukuran raksasa. Saya, Anda dan Dain harus berjalan menanjak tak kurang dari 250 meter untuk masuk ke kawasan wisata Kinderdijk.
Naaah.. sekarang kincir anginnya sudah keliatan. Saya bertanya ke Dain, apakah saya harus bayar untuk masuk kawasan wisata ini. Jawabannya TIDAK. Jadi, kalau kita hanya mau mengagumi dan melihat dari jarak dekat 19 kincir angin yang dibangun skeitar tahun 1740-an itu, sama sekali tidak dikenakan biaya. TAPI, kalau mau masuk ke museum dan masuk ke dalam kincir anginnya, ya harus bayar dong. Nggak mahal kok, cuma sekitar 7 Euro.
Karena saya datang di waktu yang kurang tepat, jadi saya hanya bisa memandang kagum dan nggak berhenti foto-foto kincir raksasa itu. Begini.. Kinderdijk itu ditutup setiap bulan Desember sampai Februari untuk perawatan. Di lain itu, Kinderdijk selalu terbuka. April menjadi bulan yang paling ramai dikunjungi. Jadi mending jangan main ke Kinderdijk di bulan April, kalau nggak mau desek-desekan sama sesama pelancong.
SAH! |
Bersama Bumil |
Bertiga. Liat deh! Anginnya nggak santai. |
Buat saya, Kinderdijk adalah tempat yang magis. Kenapa ajaib, karena desa ini langsung menyulut hormon endorfin dan serotonin di tubuh saya. Bawaanya bahagia dan senang terus-menerus. Kalau Cinta AADC bosan dengan penat, kemudian lari ke pantai atau hutan, lalu mecahin gelas. Kalau saya bosan, penat, nggak mood dan segala persaaan negatif lainnya, obatnya ke Kinderdijk! Berasa Jakarta-Kinderdijk deket aja yaaa... Hahaha!!
Bagaimana tidak ajaib, Kinderdijk menyuguhkan pemandangan yang luar biasa indah. Breathtakingly beautiful, bahasa Inggrisnya. Langit biru dengan percikan awan-awan putih, rerumputan hijau atau oranye kecoklatan, 19 kincir angin tua nan otentik yang berputar lambat seolah menandakan umur mereka dan sungai/danau yang menjadi cermin bagi rumput, langit dan tetumbuhan di Kinderdijk. Heel erg mooi!
Setelah menikmati keindahan Kinderdijk, mampir dong ke toko suvenir. Cuma ada satu kok tokonya. Kalau saya kemarin, beli kincir angin mini yang bisa dipajang depan rumah. Lucuuuuuu! Oleh-oleh yang unik dan pas untuk yang punya keponakan.
Selain belanja oleh-oleh, numpang ngadem di toko itu juga boleh lho. Kalau pembaca yang budiman datang saat winter seperti yang saya lakukan, bisa duduk-duduk sambil minum segelas CHOCOMELK hangat. Susu coklat dengan tagline De Enige Echte ini enaaaak bangeeet dinikmati saat winter sembari memandangi kincir angin. Heaven!
CC ke Bos Chocomelk biar diendorse :P |
Saya kayaknya bakal betah berlama-lama di Kinderdijk. Tapi harus cabut ke lokasi lain, yaitu Leiden dan Amsterdam. Tapi rencana berubah, karena kami kelamaan di Kinderdijk. Kami akhirnya nyantai di Bean and Baggel di Rotterdam. Dan selanjutnya kami balik ke rumah Dain untuk berkemas untuk perjalanan ke Paris keesokan harinya.
Ini enak tapi porsinya gede bangeeeeettt buat gw!! |
Duaaaarrr!!! Kaget nggak? Malam-malam dibikinin pisang bakar keju plus Chocomelk, sambil maskeran. Biar cakep besok ke Paris. |
Comments
Post a Comment